Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10. Sean dan Dilan

Kamu tahu cinta? Cinta adalah semua tentangmu. Kamu adalah bentuk nyata dari sebuah cinta yang aku puja. Aku tak menyesal pernah mencintaimu, sebab kamu adalah irama hati yang mengalun indah sepanjang hidupku. (Betty)

***

Mata Sean melotot mendengar pengakuan Betty. Sean menyesali apa yang pernah ia ucapkan pada Betty dulu hingga gadis itu menderita karena cinta.

"Betty aku menyesal! Aku bodoh! Aku baru menyadarinya beberapa tahun ini kalau aku," tiba-tiba Sean kehabisan kata-kata.

Apa yang perlu ku dengar darimu Sean? Kamu hanya pria tampan yang merusak kisah cintaku, batin Betty.

Betty menatap Sean tanpa berkedip. Terlalu lama menatap pria itu akan berakibat fatal, yaitu jatuh cinta lagi. Selama tiga tahun Betty berusaha melupakan pria itu, kini ia muncul dalam keadaan terdesak, lalu menyesal. Betty tak tahu harus berkata apa? Ia ingin segera pergi, namun hati kecilnya melarang. Dalam hati kecilnya gadis itu juga merindukan sosok di depannya kini.

"Terlepas dari Dilan! Apa kamu pernah mencintai aku?" Betty bertanya pelan.

"Iya Betty, aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu! Sejak aku tahu kalau kamu pacarnya Dilan," jawab Sean mantap.

"Kenapa dulu kamu bilang kita sahabat! Aku benci kata-kata itu jika kamu yang mengucapkannya!" tanya Betty dengan suara parau menahan tangis sekuat-kuatnya.

"Aku menyesal Betty, tak seharusnya kata-kata itu terlontar dari mulutku. Seharusnya ketika kamu ingin pergi bersamaku aku membawamu pergi," jawab Sean memegang bahu Betty.

Betty bergeming. Sekuat tenaga ia berusaha tidak menangis dan menahan debaran hatinya yang sangat kuat. Pria itu selalu sukses mengguncang hatinya.

"Maaf Kak Sean! Tapi aku senang mendengar pengakuanmu. Setidaknya aku tahu kalau kamu pernah mencintaiku," jawab Betty.

"Betty, bukan pernah tapi masih!" jawab Sean.

"Dengar Kak Sean, itu dulu! Sekarang kamu harus menatap masa depanmu dengan anaknya Sultan, ketua partai Republik," jawab Betty.

"Enggak Betty, enggak! aku mau kamu!" jawab Sean.

"Maaf Kak Sean, enggak bisa!" jawab Betty.

Tanpa aba-aba Sean menyeka bekas darah di sudut bibirnya dengan pungung tangannya. Setelah dirasa bersih dari darah, pria itu menarik pelan bahu Betty dan mendekatkan bibirnya pada bibir Betty. Betty tak kuasa menolak bibir Sean, mereka berciuman.

Sean si pria ganteng berkelas kini menciumnya untuk pertama kalinya. Betty membalas ciuman itu, ia seakan tak peduli kalau Sean hampir menjadi milik wanita lain. Beberapa detik Betty tersadar, ia menjauhkan kepalanya. Tapi bibir Sean justru semakin mendekat, Sean tak ingin melepas ciuman itu.

Betty mendorong tubuh Sean pelan. Gadis itu melihat mata Sean yang sayu. Betty merasa bersalah dengan ciuman ini, namun ia tetap berkeras hati dengan pendiriannya menolak Sean. Apapun alasannya ia harus menjauh. Ia harus menjauh karena Sean akan bertunangan dengan wanita lain.

"Betty kamu menolakku!" kata Sean dengan suara parau.

"Kak Sean aku enggak bisa!" jawab Betty dingin.

Setelahnya Betty kembali menarik tangan Sean dan membawanya keluar dari basement menuju jalan. Ia tak ingin berandal tadi mengejar Sean yang mereka anggap Dilan. Mereka berjalan pelan-pelan dan sampai di depan mall. Betty mengajak Sean berjalan hingga ke trotoar di depan mall.

Dari kejauhan Betty menangkap sosok 4 berandal yang menyerang Sean, sepertinya mereka mencari Sean dan dirinya. Segera Betty menarik Sean agar mempercepat langkah dan memberhentikan taksi yang lewat. Begitu taksi berwarna biru muda itu berhenti Betty membuka pintu belakang taksi dan mendorong Sean agar memasuki taksi.


Sean menurut saja karena ia merasa Betty akan naik taksi bersamanya. Ternyata tidak, gadis cantik berambut lurus sebahu itu menutup pintu taksi. Ia sedikit membungkuk untuk menyampaikan sesuatu pada Sean.

"Kak Sean, aku sayang Dilan tolong jaga Dilan. Tolong jaga dirimu, aku tak ingin Dilan kenapa-kenapa! Pergilah," kata gadis itu lirih dan setelahnya ia meminta sopir taksi membawa Sean pergi.

"Betty jangan tinggalkan aku!" ratap Sean.

"Jalan Flamboyan, jalan Pak!" kata Betty pada sopir.

"Betty kamu bahkan tahu rumahku tapi kamu enggak mencariku!" protes Sean.

"Jalan Pak!" perintah Betty untuk yang kedua kalinya.

"Beettyyyyy!!!!!!" pekik Sean setelah taksi membawanya pergi.

Setelah taksi membawa Sean pergi, Betty merasa aman. Ia menoleh kebelakang diantara kerumuman ia mendapati berandal itu mencari-carinya.

"Itu dia! Tangkap!!!" pekik pria bertubuh kekar yang ia tendang tadi.

Betty mencoba berlari dan menerobos keramaian lalu-lalang kendaraan. Ia menerobos jalan raya guna menghindari kejaran berandal itu. Keramaian jalan raya membuat mereka kesulitan mengejar Betty. Ketika Betty sampai di seberang ia langsung disambut tukang ojek.

"Kampung Rambutan Bang, tolong ngebut ya Bang" kata Betty.

"Siap mbak, saya ini muridnya Rossy," jawab tukang ojek muda sambil memberinya helm full face untuk penumpang.

Tukang ojek membawa Betty pergi. Sementara berandal yang mengejarnya telah kehilangan jejak. Betty menoleh kebelakang memastikan berandal itu tidak mengejarnya. Setelah merasa lebih aman, ia menutup kaca helm yang ia pakai.

Wajah Betty kini tertutup rapat, ia melepas tangisnya yang sedari tadi ia tahan. Ia merindukan Dilan, tapi ia juga merindukan Sean. Ciuman hangat yang diberi Sean tadi telah merusak segalanya. Ciuman itu merusak pertahanan cinta di hatinya yang bertahun-tahun berusaha ia kubur.

Air matanya semakin deras karena mengingat Sean mengatakan kalau dia mencintai dirinya. Haruskah ia temui Sean? Dan mengalah pada perasaanya? Atau ia berusaha teguh pendirian menjauhi Sean karena Sean bukan Dilan.

Cinta adalah semua tentangmu dan Dilan. Kamu adalah bentuk nyata dari sebuah cinta yang aku puja. Aku tak menyesal pernah mencintaimu, sebab kamu adalah irama hati yang mengalun indah sepanjang hidupku. Dilan maafkan aku, aku juga mencintai Sean. Aku mencintai kalian.

***
Pukul 23.17

Setelah membayar ongkos taksi. Sean membuka jasnya dan mencoba menutup kepalanya dengan jas. Ia mengantisipasi kalau Ima sedang meneroponginya. Ia tak ingin membuat gadis cantik itu khawatir karena wajahnya babak belur dipukuli berandalan.

Wajah babak belur hati juga babak belur itu yang dirasakan Sean. Ia tak menyangka akan bertemu dengan Betty. Sangat disayangkan Betty muncul di saat seperti ini. Bertemu saat diserang penjahat dan bertemu saat dirinya akan bertunangan dengan Naima. Ia seharusnya sadar, tidak ada celah untuk dirinya mengubah atau memperbaiki hubungannya kembali dengan Betty.

Sean melangkah pelan ke kamarnya disaksikan Soni. Ia mencoba menyembunyikan wajah babak belurnya dari Soni, namun pria muda yang tumbuh besar bersamanya  sejak kecil itu seperti tahu apa yang sedang dialami adiknya.

"Dari mana lo!" tanya Soni ketika Sean sampai di ruang keluarga.

"Bukan urusan lo!" jawabnya singkat.

Jarak usia mereka hanya terpaut setahun membuat mereka bersikap seperti seumuran. Mereka sering menyebut aku kamu dengan lo gue. Tapi Sean masih tetap memanggil Soni dengan sebutan Kakak.

Soni menarik jas yang menutupi wajah Sean. Ia terbelalak melihat wajah adiknya babak belur.

"Lo berkelahi lagi? Hei tobat! Lo besok tunangan," pekik Soni.

Sean diam tak menjawab.

"Siapa yang bikin lo babak belur? Biar gue lapor polisi! Eh, tapi lo Sean kan?" tanya Soni ragu-ragu.

"Iya Kak, lo ngapain nanya gue gitu!" protes Sean.

"Ya udah lo istirahat sana, kompres muka lo supaya besok pagi pas tunangan muka lo seger," kata Soni.

"Hmm...," jawab Sean mengangguk.

Setelahnya Sean memasuki kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Sedari tadi ia menahan sakit kepala akibat tumbukan berandal itu. Ia memejamkan matanya, kepalanya sakit.

"Arrgh!" rintihnya.

Setelahnya ia tak sadarkan diri lagi. Tak ada yang tahu kalau ia kini  pingsan.

***

Authors note:

Teman-teman makasih. Buat yang masih dibawah umur mohon maaf karena ada adegan dewasanya. Sebisa mungkin vote ya, supaya aku makin semangat.

Ok buat yang vote dan komen aku doakan rezekinya lancar dan viewernya bertambah banyak.

Atmaja Bersaudara:

Nicholas Sean Atmaja dan Soni Gilberto Atmaja







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro