Part 9
Aku post ulang yaa soalnya wattpadku ternyata eror
Hay semua aku mau kasih info nih sekarang ini aku gak bisa update cepet yaa soalnya jadwal kuliahku lagi padet banget. Tapi tenang aja aku bakal usaha buat ngeluangin waktu buat ngelanjutin cerita ini :D
Happy reading guys :)
jangat lupa vottenya
*******
Lili POV
Disinilah aku didepan rumah besar bergaya minimalis. Yaa ini rumah Al, tadi setelah pengambilan rapot aku pamit pada Opa untuk pergi kesini. Saat disekolah aku tidak bertemu dengan Al.
"Assalamualaikum pak, saya Lili temannya Al. Apa Al ada dirumah?" aku bertanya pada satpam dirumah ini.
"Waalaikumsalam oh ada non den Ando tadi juga baru pulang dari sekolah, mari non silahkan masuk"
"Terimakasih pak"aku tersenyum padanya. Aku mengetuk pintu rumah Al dan tak lama mama Al membuka pintu.
"Yaampun Lili sini sayang sini masuk" tante terlihat sangat senang aku datang.
"Hay tante, maaf Lil mengganggu waktu tante"
"Apaansih kamu gak ganggu kok, nyari Ando ya?sini duduk dulu sama tante" aku hanya mengangguk dan mengikutinya.
"Ando lagi dibelakang sama papanya, Oh iya tante mau bilang terimakasih sama Lil karna sudah membuat Ando berubah"
"Maksud tante?"
"Ando sudah cerita tentang kamu yang sudah menasehatinya, kamu benar sayang. Tante punya alasan kenapa melarang Ando dengan Tamara"
Aku menghembuskan nafas lalu tersenyum "Sama-sama tante, Lil hanya tak suka melihat sahabat Lil bersikap yang tidak sopan pada orang tuanya sendiri. Hemm kalau boleh tau, apa alasan tante melarang hubungan mereka?"
"Sayang, Ando itu adalah anak satu-satunya kami. Yaa meskipun sejak Ando kecil, waktu tante dan om memang lebih banyak untuk pekerjaan dari pada untuk Ando. Tapi tetap saja bagi kami kebahagiaannya adalah segalanya dan kesedihan Ando adalah kesedihan kami juga. Tamara itu sakit kangker otak nak, dan kamu pasti tau kalau itu bukan penyakit biasa. Kami takut jika suatu saat Tamara meninggal dunia maka Ando akan terguncang karna kami tau ia sangat menyayangi Ara. Terdengar egois bukan?"
"Tante, melindungi anak kandung bukanlah hal yang egois, aku mengerti kenapa tante melakukan itu" aku mengusap bahunya.
"Tante memang bukan mama yang sempurna. Tapi seberuk apapun tante, tante itu tetap seorang ibu yang tidak tega melihat anaknya sedih. Ando selalu sedih setiap hari saat melihat Ara sedang kambuh, oleh karna itu tante menyuruh Tamara untuk meninggalkan Ando. Tante tau itu tidak adil bagi Tamara jadi tante memutuskan membiayai seluruh pengobatannya dan jika ia sudah sembuh ia bisa kembali pada Ando" sudah kubilang bukan bahwa orang tua Al punya alasan yang kuat.
"Keputusan tante sudah benar, apa tante sudah bilang alasan ini pada Al?ucapku.
"Sudah, dan dia meminta maaf pada tante karna sudah jadi anak yang nakal. Haha padahal tante sama sekali tidak menganggap ia anak nakal"
"Sukurlah, kita berdoa saja supaya Tamara cepat sembuh dan bisa kembali"
"Hemm entah kenapa tante lebih memilih kamu yang akan bersama dengan Ando"aku mengangkat alisku.
"Haha tante, aku dan Al hanya bersahabat tidak lebih"
"Loh Lili, lo ngapain dirumah gue?" suara Al memotong pembicaraan kami.
"Eh yaudah tante bikinin minum untuk Lil dulu yaa, Ando ajak ngobrol Lil gih"Tante pergi kearah dapur.
"woy lo ngapain kesini? mau minta makan ya?" aishh menyebalkan sekali. Ok aku haru sabar karna aku membutuhkan bantuannya.
"Hemm Al kau adalah laki-laki yang tampan dan sangaaaat baik..." aku mencoba merayunya tetapi ucapanku dipotong.
"Stop-stop gue ngerti nih kalo kaya gini pasti ada maunya" bagaimana ia bisa tau.
"Tidak kok aku hanya memujimu"
"Ehh nenek sihir, kita udah sahabatan lama dan selama ini lo gak pernah muji gue jadi lo tuh pasti ada maunya kalo sampe muji gue gitu"
"Huh baiklah, aku ingin minta tolong"
"Tuh kan, minta tolong apaan?" aku menjelaskan tentang nilaiku yan C dan niatku ingin belajar alat musik dengannya.
"Gue gak mau"ucap Al santai. Rasanya aku ingin mencekiknya sekarang juga.
"Ayolah Al kau itukan sahabatku"
"Lili lo tau sendiri kalo kita lagi bareng kita selalu debat nanti yang ada bukannya latihan kita malah berantem"Al melipat tangannya didepan dada.
"Al please help me" aku menggoyangkan tangannya.
"Kenapa gak nyewa guru musik aja sih Lil? kalo belajar sama orang yang gak lo kenal pasti lo bakal latihan serius lagipula belajar musik tuh gak sehari dua hari"
"Al ayolah bantu aku, kau kan pintar memainkan alat musik jadi kupikir lebih baik belajar denganmu dari pada harus menyewa guru musik. Aku lebih nyaman belajar dengan teman" aku memasang wajah memelasku.
"Gak usah masang tampang kaya gitu deh, hem oke gue mau ngajarin lo tapi ada syarat yang lo harus ikutin" Aku hanya menganggukam kepala.
"Kita latihan seminggu tiga kali hari Selasa,Rabu,Sabtu jamnya gue yang tentuin gak boleh telat. Lo juga harus ngikutin apa yang gue omongin. Lo harus serius jangan main-main karna gue males ngajarin orang yang kayak gitu"
"Ok aku setuju, tapi Al dua minggu ini kita libur. Jadi kita mulai latihan kapan?"
"Mulai minggu ini, jadi besok lo kerumah gue"aku kaget mendengar jawaban Al.
"Loh Al kitakan sedang liburan"
"Eh tadi gue bilang apa? lo harus ngikutin apa yang gue omonginkan?"
"Huh baiklah kita mulai minggu ini, besok aku akan kerumahmu"aku mengerucutkan bibirku.
"Gak usah cemberut gitu, jelek banget tau" aku diam tak menaggapi ucapannya.
Mama Al datang membawa minuman dan camilan "Loh kalian kok diem-dieman? itu Lil kenapa cemberut gitu?"
"Biasa mam, dia lagi ngambek jadi biarin aja ntar juga baik sendiri" ucap Al asal. Tante tersenyum kearah kami.
"Ohh tante jadi ingat masa muda, dulu tante juga begitu jika kesal pada om"Al terlihat memutar matanya.
"Tante mau ke taman belakang dulu yaa, mau romantisan sama om mumpum pengganggunya lagi pacaran juga hehe"
"Maa masa anaknya dibilang pengganggu"Wajah Al merajuk seperti anak kecil. Aku tertawa melihat tingkahnya.
Aku pulang dari rumah Al, setibanya dirumah aku melihat mobil yang kukenal adalah milik ayah yang dititipkan dirumah Opa selama ayah dan bunda tinggal di Aussie. Aku berlari kedalam rumah.
"Assalamualaikum, Lili pulang"dan munculah wanita cantik dari dapur. Aku langsung berlari kepelukannya.
"Bundaa, Yaampun aku sangat merindukan bunda" aku terisak kecil, yaa aku sangat merindukannya karna sudah hampir satu setengah tahun kami tak bertemu.
Bunda terkekeh dan mengelus rambutku "Bunda juga sayang, kamu makin cantik sekarang. Dan kau membuatku sesak sayang" ohh aku tak sadar bahwa telah memeluknya terlalu erat.
"Haha maaf bunda, aku terlalu senang bunda datang. Oh iya bunda akan disini lama bukan?" Bunda tersenyum dan mengangguk.
"Iya sayang, bunda dan ayah akan disini selama kau liburan lagi pula si kembar juga rindu padamu dan yang lain"
"Mana ayah dan sikembar? dan apa sikembar masih suka menggoda para gadis si aussie?"
"Ayah dan si kembar sedang dikamar daddymu, Haha tentu saja masih, itu mungkin penyakit yang tak bisa disembuhkan dari si kembar"
"Haha dasar, biar kuberi pelajaran pada mereka bun" Bunda tertawa mendengar ucapanku.
"Hai kakak sepupu kami yang sangat cantik" aku menoleh ke sumber suara dan aku melihat sikembar yang sedang berjalan kearahku dan bunda.
"Oh kalian ini tak pernah berubah, kemarilah beri aku pelukan kalian!" ucapku. Mereka langsung memelukku bersamaan. Haha mereka ini memang SMP dan baru akan lulus tahun ini tapi tinggi mereka sudah melebihi aku.
"Kak apa kabar?kenapa tak pernah berkunjung ke Aussie?" ucap Kafka.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Kafka "Kau tau kan aku tak mungkin meninggalkan daddy" sungguh aku sangat ingin kesana.
"Yah kami mengerti, daddy pasti sembuh kak kau harus semangat"aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada Kafka.
"Hey Kahfi kau tumben diam saja, biasanya pertanyaanmu sangat banyak jika bertemu denganku" Kahfi hanya tersenyum kemudian langsung memelukku. Aku hanya bingung melihat tingkahnya.
"Kak apa kau dan daddy tidak sebaiknya pindah lagi saja ke Aussie?" Kahfi masih memelukku. Aku mengusap punggungnya.
"Kau tau kan daddy tak bisa jauh dari oma? dan oma tak mungkin tinggal di Aussie karna ia harus menemani opa disini"aku melepaskan pelukannya.
"Opa itu bagaimana sih sudah tua kan harusnya beristirahat saja dirumah" Kahfi menggerutu.
"Huss jangan bicara begitu sayang" Bunda mengingatkan Kahfi.
"Haha hanya bercanda bunda"
"Bun Lil mau kekamar daddy yaa" aku ingin melihat daddy dan ayah. Setelah menaiki tangga alu membuka pintu kamar daddy.
Di balkon aku melihat ayah sedang bicara dengan daddy. Aku senang melihatnya dan akupun menghampiri mereka.
---------
Author POV
"Hay semua Lil datang" Lili bergabung dengan Ares dan Kevin yang sedang mengobrol.
"Hay sayang, putri ayah sekarang makin cantik" Kevin mengelus rambut Lili.
"Dia putrimu? bukankah Lil putri Varo? Varo selalu memanggilnya putriku juga seperti dirimu" ucapan daddy membuat Lili tersenyum getir, hatinya sanhat sakit.
"Kak kau belum bisa mengingatnya? Lili adalah putrimu kak, putri kecilmu yang sangat kau cintai" Kevin mencoba mengingatkan Ares.
anakku?mana mungkin ucap Ares dalam hati. Ia berusaha mengingat tetapi tak bisa yang ia infat ia hanya mempunyai anak bernama Bian.
"Tidak mungkin, Lil adalah temanku ia bukan putriku"
"Kak sadarlah, coba kau ingat lagi nama Lili. Lili Anissa Pradipta" Kevin besikeras mengingatkan Ares. Jujur ia sudah tak tega melihat Lili meskipun Lili terlihat biasa saja tapi ia tahu dalam hati anak itu pasti memendam sakit yang teramat sangat.
Lili annisa pradita nama itu terbayang dalam otak Ares dan sekelebat ingatan tentang Malika muncul di kepalanya.
"Anak kita cantik sekali sayang, terimakasih telah menghadirkan bidadari dalam hidupku" Ares mengecup kening Malika yang sedang terbaring lemah.
"Tentu saja, ia adalah putriku" Malika berusaha tertawa menghibur Ares yang terlihat cemas.
"Bian sangat senang melihat adiknya, oh iya kau sudah menyiapkan nama untuk putri kita?"ucap Ares.
"Ya namanya Lili Anissa Pradipta. Lili nama bunga yang cantik bukan?"Malika tersenyum menjelaskan nama yang ia siapkan untuk putrinya.
"Cantik sekali sayang, Semoga sifatnya kelak secantik wajah dan namanya" Ares menggenggam tangan Malika.
"Amin semoga saja. Emmm Ares jika aku tak bisa bertahan.." Ares segera menutup mulut Malika dengan telunjuknya.
"Aku yakin kamu bisa bertahan untukku dan untuk anak-anak kita. Bertahanlah Malika untuk kami" Ares meneteskan air mata.
Malika menghapus air mata suaminya sengan jarinya yang lentik "Aku akan berusaha" ucap Malika sambil tersenyum.
Kepingan masa lalu itu memenuhi kepala Ares tangannya mulai memegang kepalanya yang sakit. Ia berteriak kesakitan dan itu membuat Lili dan Kevin panik.
"Daddy kenapa? ayah tolong ambilkan obat daddy" Lili mengusap kepala Ares yang masih mengerang kesakitan. Setelah meminum obatnya Ares terlihat lebih tenang dan itu membuat Lili lega.
"Sudahlah ayah jangan dipaksakan, jika sudah waktunya pasti dad akam mengingat Lil lagi" Lili tak tega melihat daddynya kesakitan.
Kevin menghela nafas berat "Baiklah maafkan ayah" Lili hanya menganggukan kepala. Kevin dan Lili keluar dari kamar Ares setelah Ares tertidur.
"Sayang dengarkan aku, aku melakukan itu karna..."omongan Kevin terputus sejenak.
Kevin menghebuskan nafas lelah "Karna Fandra sudah datang ke Indonesia" Lili kaget mendengar omongan Kevin.
"Aunty Fandra kembali?" Lili mendapat firasat buruk akan informasi yang baru ia dengar itu.
*******
Nahh loh ada yang masih inget gak sama aunty fandra? kalo gak coba baca part 4 bagian Lili baikan sama kak Bian yaa :)
Maaf kalau part ini kurang panjang. Next part bakal lebih panjang dari part ini deh
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro