Bab 109 Mantan Bukan Mantan
“Kalian pacaran?” tanya Produser Agung yang tampak begitu terkejut. “Sejak kapan?”
Andra sudah siap membuka mulutnya ketika tiba-tiba Ayu berjalan melewatinya. Entah sengaja atau tidak, ia sampai menabrak tubuh Andra hingga membuat lelaki itu nyaris terjatuh.
“Chef Andra beneran pacaran sama penyanyi dangdut itu?”
Giliran Citra yang bersuara. Tak kalah terkejut dari yang lainnya yang memilih bungkam. Bukan karena tak ingin mempreteli Andra dengan beragam banyak tanya, tapi rasa penasaran mereka sudah terwakili oleh dua orang ini yang menanyakan hal yang sama persis. Mahira juga yang diam saja sebenarnya tengah menunggu jawaban Andra dari pertanyaan yang dilontarkan barusan.
Andra sampai berseru tak jelas. “Waaahhh!!! Sialan! Kenapa ada cewek freak lagi muncul depan gue? Sesial apa sih gue ini?” dumelnya jengkel bukan main. “Enggak! Gue gak pacaran sama dia. Dia aja yang ngaku-ngaku jadi pacar gue! Sumpah! Serius! Gue gak bohong!”
Andra sampai mengacungkan dua jarinya ke udara, ke muka orang-orang yang tengah menatapnya penuh curiga. Tentu saja ia risi bukan main. Andra makin kelimpungan ketika Mahira ternyata memilih pergi ketimbang mendengarkan penjelasan darinya yang hendak mengelak tuduhan itu.
“Mahira! Hira! Tunggu! Aku bisa jelasin semuanya!”
Bukannya Mahira tak mendengar panggilan itu, ia hanya terlalu malu untuk menoleh barang sedikit pun. Terlebih ketika langkahnya berhasil menyamai Ayu dan mendapati wanita itu menoleh padanya dengan delikan sinis. Kontan saja Mahira langsung menghentikan langkahnya karena terkejut. Hendak memperlambat laju langkahnya agar tak sampai bersinggungan dengan Ayu, apalagi bicara dengannya. Jangan sampai!
“Mahira! Aku bisa jelasin semuanya!”
Suara Andra terdengar dekat sekali. Mahira sempat menoleh dan mendapati lelaki itu sudah berada di belakangnya.
“Heh! Yu! Ngomong tuh jangan ngasal dong? Lo mau bikin masalah di tempat ini? Huh!” sinis Andra yang langsung berkaca pinggang pada Ayu. “Lo kalau ngomong jangan aneh-aneh deh! Gue udah bilang kan kemarin, gue gak suka ide lo buat main setting pacar-pacaran! Ajakin yang lain aja sana!”
“Setting pacar-pacaran?” Wajah Mahira mengernyit mendengarkan penuturan Andra barusan.
Berbeda dengan Ayu yang malah tersenyum. “Oh? Gini cara main kamu, Dra? Menjadikan aku kambing hitam? Oke! Lakukan sesukamu saja. Fakta sebenarnya pasti akan terungkap kok.”
Andra menunjuk muka Ayu dengan ujung telunjuknya. “Lo kalau ngomong yang bener dong! Jangan manipulatif begini! Mau lo apa sih sebenernya? Huh!”
“Aku gak pengen apa-apa. Aku cuma mau kita putus aja! Hubungan kita selesai! Tapi, jangan jadikan aku kambing hitam kayak gini!” Ayu membela diri karena merasa dirinya yang tersudut.
“Siapa yang jadiin lo kambing hitam? Huh! Lo kalau ngomong gak usah ngaco deh!” Andra makin jengkel dibuatnya. Ingin rasanya ia meninju wajah perempuan yang tengah menampakkan raut wajah seperti orang hendak menangis itu.
Benar-benar sialan tuh cewek!
“Terserah deh mau kamu apa, Dra. Jangan sampai urusan pekerjaan kita kacau balau karena ketidakprofesional kamu! Urusan kita selesai!”
Andra nyaris tak bisa berkomentar banyak kecuali berseru dengan perasaan dongkol. “Waaahhh!!! Beneran cewek freak nih! Sialan! Cobaan apa lagi nih?” Ia sampai garuk-garuk kepala yang terasa begitu nyeri di bagian dalamnya. “Waaahhh!!! Lihat kan, Ra! Kayak apa tuh cewek ngomong! Gak ngotak!” imbasnya melampiaskan emosi.
Mahira yang sedari tadi memerhatikan memang hanya diam saja. Tapi isi kepalanya berpikir keras untuk menilai mana yang berbicara jujur dan tidak. Maklum saja. Mahira sudah pernah berhasil dikibuli oleh Andra dulu, oleh orang asing yang mengaku fans Andra pun pernah, oleh Citra juga pernah, bahkan sampai rekan kerjanya sekalipun Mahira pernah berhasil dikibuli saat Andra merencanakan sebuah pesta kejutan untuknya.
Tingkat kepercayaan Mahira pada semua orang bisa dikatakan terkikis perlahan. Bahkan pada dirinya sendiri pun ia tak terlalu percaya, mana yang benar antara kata hati dan kata pikirannya.
Apakah benar ia merindu Andra? Apakah benar ia mencintai Andra? Itu jelas-jelas ambigu dan tak meyakinkan untuknya.
“Aku gak mau ikut campur, Dra.” Mahira menggeleng pelan. “Kalau kamu atau rekan kerjamu perlu sesuatu, kalian bisa langsung bicara padaku atau karyawan pulau lain. Kamu pasti tahu di mana bisa menemuiku, kan? Aku pergi.”
Andra siap menghadang langkah Mahira, tapi wanita itu berhasil menghindar dan pergi tanpa masalah.
“Hira! Mahira! Aku bukan pacar Ayu! Sungguh! Mahira!”
Mahira tak menggubris. Andra ditinggal pergi begitu saja oleh dua wanita yang sudah berhasil membuatnya jengkel bukan main, terutama Ayu. Wanita itu harus diberi pelajaran, begitulah pikir Andra. Jelas-jelas hari itu Ayu mengajaknya untuk pacaran demi mendongkrak popularitas. Pasti karena penolakannya ini Ayu jadi nekat dan hilang akal. Mengaku-ngaku sebagai pacarnya dan putus?
“Pacar lo?” Sebuah tangan tiba-tiba mendarat di bahu kanan Andra. “Dia fans lo kan awalnya?” tanya Yogi yang berdiri tepat di samping kirinya.
“Kayaknya sih iya.” Randu tahu-tahu ikut menyela.
Andra langsung berteriak. “Wah! Wah! Wah! Lo percaya sama omongannya tuh cewek asing, Ran?” tuduhnya.
“Jadi, beneran pacar atau bukan?” Randu bertanya balik.
“Bukan!” Andra menajwab lantang. Berteriak keras sekali saking jengkelnya. “Waaahhh!!! Gak kepikiran gue kalau dia bakal bikin skenario kayak gini. Jadiin gue seolah lelaki brengsek yang gak bisa move on dari mantannya?” Ia tergelak lantang. “Memangnya Mahira mantan pacar gue?” Andra menatap dua temannya secara bergantian.
Yogi dan Randu serempak mengangguk. Wajah Andra langsung cemberut kecewa.
“Bukan! Gue mana pernah pacaran sama dia!” tegas Andra. Lantang sekali mengelak tuduhan dua temannya yang rupanya punya penilaian di luar dugaan. “Kalian kok bisa ngira gue pacarnya sih? Kalian lebih percaya omongannya si Ayu ketimbang gue?”
“Bukan.”
“Bukan.”
“Bukan?” Andra bingung dengan tanggapan dua temannya ini. “Bukan gimana maksudnya?”
Randu berbisik di telinga kanan Andra yang berhasil membuat mata lelaki itu membola sempurna.
“Serius?” tanya Andra tak percaya atas apa yang baru saja dibisikkan oleh Randu.
Giliran Yogi yang juga berbisik pada Andra. Reaksi lelaki itu nyaris sama persis seperti ketika Randu membisikkan sesuatu padanya.
“Lo serius? Dia kangen sama gue?” tanya Andra pada dua temannya. Masih tak percaya atas apa yang dibisikkan oleh mereka barusan.
Randu dan Yogi kompak mengangguk.
“Jadwal makannya jadi gak teratur, sering begadang, dan … seperti yang gue bilang barusan. Dia sering ngigau nama lo!”
Perkataan Randu cukup membuat Andra bisa menyemai senyum.
“Dia sering ngelamun di dermaga sendirian, main jetski sendirian, sampai gue pernah denger dia teriakin nama lo.” Yogi ikut-ikutan mengompori. Tentu ada bualan, ada juga yang kenyataan. Bukan bualan secara utuh sih, hanya sedikit melebih-lebihkan saja.
Andra menatap dua temannya dengan wajah berbinar. “Yang kalian omongin ini beneran, kan? Bukannya buat bohongin gue?”
“Seriusan, Dra.”
“Seriusan, Bro!”
“Dah! Susul sana! Lo masih mau ngejar cinta lo yang gak dapet-dapet itu, kan? Makannya lo bela-belain dateng syuting ke sini.”
“Dasar cowok bucin! Pinter banget sih lo nyari kesempatan dan keuntungan? Ajarin gue dong! Eh? Mending lo ajarin si Randu aja deh biar bisa balikan sama si Citra. Ngenes gue lihat dia tiap malem galau mulu gara-gara gak bisa move on.”
Andra terlalu senang sampai tak sempat menggubris perkataan Yogi barusan, apalagi berfokus pada Randu. Ia sudah buru-buru pergi meninggalkan dua temannya tanpa mengatakan apapun lagi.
Disaat yang bersamaan, Citra berjalan melewati mereka. Yogi yang melihat kemunculan wanita itu dengan sengaja mendorong Randu hingga menabrak Citra. Kontan saja dua orang itu saling bertubrukkan hingga terjatuh. Naasnya, mereka tak mampu menahan diri satu sama lain sampai akhirnya terjatuh dari bibir dermaga ke lautan.
“Mampus!” Yogi menampar jidatnya sendiri. “Sorry, Ran! Disengajaaa!”
Yogi langsung kabur tepat sebelum Randu dan Citra sama-sama berhasil naik ke permukaan lagi. Ketika dua mata mereka saling bersirobok, mereka sama-sama saling berpaling tapi kembali saling memerhatikan. Tak ada yang bicara satu orang pun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro