Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5a

Erica menepati janjinya untuk datang ke rumah Niki. Dari sana mereka akan pergi bertemu Yessy. Rencananya mereka akan mencari souvenir pernikahan. Erica senang karena dilibatkan untuk semua kegiatan karena itu bisa menghiburnya. Ia berencana libur selama seminggu ini dari kerja part time karena uang dari Jayde masih cukup untuknya. Kalau boleh jujur uang itu bahkan lebih dari cukup asalkan papanya tidak lagi membuat masalah. Ia berencana keluar dari rumah itu dan hidup mandiri begitu masalah sertifikat rumah selesai. Tidak perlu lagi bersusah payah mengurusi satu keluarga yang sama sekali tidak menghargainya. Lagi pula ia punya hidupnya sendiri untuk diurusi.

"Kemana aja selama beberapa hari ini. Kerja apaan?"

"Dapat job MUA trus jadi waitress."

Niki menggeleng mendengar penuturun sahabatnya. "Nggak capek apa? Padahal niatnya gue mau ngajak lo jalan-jalan kemana gitu?"

Erica meletakkan kepala di bahu sahabatnya dan mendesah. "Lo baik banget, sih? Tapi gimana, gue harus kerja."

Mengulurkan tangan untuk mengusap wajah sahabatnya, Niki bisa merasakan beratnya beban yang harus ditanggung oleh Erica. Seorang gadis yang menghabiskan masa muda untuk bekerja, bahkan tidak punya waktu untuk berpacaran atau pun bersenang-senang seperti anak muda pada umumnya.

"Papa lo masih judi?"

"Masih, malah minta 10 juta buat nebus sertifikat rumah."

"Ya Tuhan, separah itu ternyata."

"Memang, gue sampai bingung gimana cara duitnya."

Niki meraih dagu Erica dan tersenyum. "Butuh berapa? Lo lupa kalau ada gue?"

Tersenyum kecil, Erica mencubit pipi Niki yang putih dan menggemaskan. "Terima kasih, tapi nggak bisa selamanya lo harus bantu gue. Sama kayak keluarga gue yang nggak bisa selamanya ngandelin gue."

"Kalau gue mampu dan mau gimana?"

"Gue tahu lo lebih dari mampu buat bantu, tapi biar gue hadepin pakai cara gue sendiri. Lo lupa cita-cita gue cari sugar daddy?"

Saat melihat Niki memutar bola mata, Erica terbahak-bahak. Saat mengucapkan kata sugar daddy, yang terlintas pertama di otaknya adalah Jayde. Padahal meskipun kaya raya Jayde justru masih muda, jauh dari kata daddy yang identik dengan orang yang sudah berumur. Tentu saja ia tidak akan menolak kalau laki-laki itu ingin menjadikkannya sugar babby, dengan senang hati ia akan melayaninya. Teringat akan Jayde dan percintaan mereka yang liar sampai di luar nalar membuat tubuh dan wajah Erica memanas.

"Heh, jangan mikir aneh-aneh lo. Muka lo merah tuh," tegur Niki. "Ayo, ah, Ibu udah nunggu kita."

Keduanya bergegas ke rumah Yessy, Niki membawa mobil sendiri dan sepanjang jalan sibuk bercerita. Erica merasa sangat bahagia setiap kali bersama Niki, rasanya seluruh beban di pundaknya terangkat setiap kali bersama sahabatnya. Ia bahkan berpikir untuk mencari kos di dekat rumah Niki, dengan begitu mudah baginya untuk datang setiap kali merasa ingin ditemani.

"Kapan lo mulai ngajar?" tanya Erica.

"Setelah nikah, Om nggak ngasih gue kerja cepat-cepat. Lagian urusan pesta ini nggak bisa dialihkan ke orang lain. Ngomong-ngomong gimana kabar Nindy?"

"Oh, dia baik-baik aja. Dapat kerjaan katanya, makanya nggak bisa datang. Tapi kalau nanti pesta lajang dia usahakan datang."

Niki melotot dari balik kemudi, menatap sahabatnya. "Wew, siapa yang mau pesta lajang?"

Erica tertawa. "Kitalah, khusus cewek-cewek. Ibu kita ajak kali, ya, biar seru."

Di luar dugaan, Yessy menyambut dengan hangat ide pesta lajang dari Erica. Yessy bahkan antusias untuk melakukan persiapan.

"Ibu udah lama nggak ikut-ikut pesta. Erica, kamu siapin semua, soal biaya biar aku yang tanggung. Niki, sebagai calon mempelai cukup diam saja."

Niki bertanya dengan kuatir pada Erica tentang bagaimana pesta lajang akan dilakukan. Ia banyak menonton film dan kebanyakan akan ada tarian telanjang dari laki-laki. Ia berpesan dengan serius tidak mau melakukan itu.

"Jangan kuatir, nggak akan ada pesta telanjang tapi nonton film porno rame-rame," goda Erica.

Saat Niki melotot, Erica terbahak. Menggoda sahabatnya sebelum menikah adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan. Mereka jalan ke sebuah pusat perbelanjaan yang khusus menjual kerajinan tangan untuk souvenir pernikahan atau acara tertentu. Memilih dan memilah, sudah dua jam berjalan dan tetap belum diputuskan. Erica mengusulkan untuk istirahat dan mereka memilih restoran untuk makan serta minum.

"Niki, kalau souvenirny gabungan dari beberapa barang gimana?" usul Erica. "Misalnya satu paket ada tumbler, parfum, kita bisa cari lokal brand yang bagus. Itung-itung bantu UMKM, terus tambah satu lagi gitu."

"Setuju, tambah satu lagi kerajinan tangan. Tadi kita lihat banyak sekali bukan? Misalnya lilin aroma terapi, atau juga handuk rajut." Yessy mendukung usul Erica dengan antusias.

Niki berpikir sesaat lalu mengangguk. "Sepertinya bagus, dan kita kemas dalam kotak dengan tulisan namaku serta nama Om di bagian tutupnya. Pasti akan indah sekali."

"Wow, Erica. Idemu luar biasa," puji Yessy. "Setelah pernikahan Niki, berikutnya giliran kamu menikah."

"Nikah perlu pasangan, Ibu. Pacar aja aku nggak punya," elak Erica.

"Loh, cewek secantik dan sesexy kamu nggak ada pacar? Pada buta, ya, para cowok itu! Tapi nggak apa-apa, kalau kamu nggak bisa cari nanti aku carikan."

Antusias Yessy membuat Erica terhibur. Tentu saja ada banyak laki-laki yang mengejarnya, tapi semuanya hidung belang atau pun anak-anak orang kaya yang hanya ingin bersenang-senang. Kalau ada yang berbeda adalah para artis pendatang baru yang berlagak superstar. Yang mempunya anggapan kalau memacari mereka maka keberuntungan untuk Erica. Tidak ada satu pun di antara mereka yang menarik hatinya, kecuali tentu saja Jayde.

Laki-laki itu membangkitkan sesautu dalam dirinya. Tentang sex dan keinginan untuk bercinta yang tiada henti. Ia bahkan tanpa malu merengek agar Jayde memasukinya. Bayangan erotis tentang Jayde membuat dadanya sesak seketika. Ia meneguk es lemon tea sampai tanda untuk mendinginkan tubuhnya yang memanas.

Erica tidak tahu, apakah tanpa obat perangsang itu Jayde masih menginginkannya atau tidak. Bisa jadi, itu hanya gairah sesaat yang menggelora setelah pagi datang, hasrat pun menghilang. Pemikiran-pemikiran itu menimbulkan bercak biru yang merupakan tanda tidak percaya diri dalam dirinya. Tidak mungkin gadis miskin sepertinya bersama dengan miliarder kaya dan muda seperti Jayde. Biasanya orang-orang seperti mereka akan mencari yang setara. Niki tidak masuk hitungan karena dari awal memang sudah mengenal Neil. Berbeda dengan dirinya yang berasal dari kalangan yang jauh berbeda dengan Jayde. Erica tersenyum kecil untuk menghibur dirinya karena mendadak muncul rasa rendah diri.

Selesai makan mereka kembali mencari souvenir. Sesuai kesepakatan, Niki memesan tumbler dengan warna-warna indah, handuk, serta parfum merek lokal. Mereka menambah satu souvenir lagi yaitu satu set make-up yang merupakan produk dari perusahaan Neil. Setelah seharian pergi, Erica yang kelelahan berniat menginap di rumah Niki. Lagi pula, sedang malas pulang untuk bertemu keluarganya. Mereka meluncur pulang setelah mengantarkan Yessy lebih dulu..

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro