Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4a

Mereka berendam di jacuzzi. Erica bersandar pada Jayde, menikmati air hangat dengan taburan kelopak bunga. Saling mendengarkan degup jantung masing-masing. Erica mendesah, meletakkan kepalanya di bahu Jayde dan memejam. Membiarkan air hangat membelai tubuh telanjangnya.

"Kamu melakukan semuanya demi uang?" tanya Jayde setelah jeda kesunyian.

Erica mengangguk malu-malu. "Iya, Pak. Uang yang dijanjikan mampu melunasi utang orang tuaku."

"Berapa mereka menjanjikanmu?"

"Dua puluh juta."

"Padahal Jared membayar lebih dari itu. Potongan terlalu banyak."

"Tidak masalah, Pak. Yang terpenting aku dapat uang. Awalnya aku tidak berminat saat ditawari, hanya ingin menjadi waitress biasa. Tapi, mereka membujuk dengan menyodorkan nama Jared."

"Karena kamu menyukai Jared?"

"Benar, perasaan yang bodoh memang dan membuat aku rela menjadi seperti sekarang."

"Apa kamu menyesal karena bukan Jared yang harus kamu temani?"

Dengan tegas Erica menggeleng. "Tidak. Jujur saja aku dari awal tidak mengharapkan apa pun, saat di pesta bahkan tidak melihat Jared sama sekali. Jadi aku pikir pasti dialihkan ke orang lain. Aku sempat takut akan bertemu klien kasar atau yang suka aneh-aneh. Bisa dikatakan aku beruntung karena Jared menukar posisi dengan Anda, Pak."

Jemari Jayde bergerak perlahan untuk membelai paha Erica. Menikmati sensasi menyenangkan dengan kulit lembut yang basah. Erica mendesah, tanpa sadar bersandar lebih dekat dan kakinya diangkat untik bertopang pada kaki Jayde. Jemari Jayde meluncur ke selangkangan yang membuka.

"Aku juga nggak menyesal karena bertemu kamu, Erica. Sempat kaget saat melihatmu muncul di pntu. Teman Niki yang selama ini hanya aku kenal sekilas, ternyata seorang gadis panggilan. Jangan salahkan aku karena mengira begitu."

"Anda nggak salah, Pak." Erica mulai menggelinjang saat jari Jayde menggosok pangkal pahanya.

"Aku mengenal Niki dengan baik, tahu bagaimana dia. Harusnya sahabat Niki sama sepertinya."

"Memang, meskipun membutuhkan uang, aku menjaga diriku. Sayangnya, nama Jared membuyarkan semuanya."

"Erica, aku nggak ada maksud untuk menghinamu. Kita bicara yang kita pikirkan saat pertama bertemu. Aku juga bisa melihat kalau kamu kaget serta takut melihatku."

"Memang, dalam pikiranku Pak Jayde memang menakutkan."

"Sekarang masih?"

"Ya, sedikit."

Erica mulai terengah saat Jayde menggerakan jarinya dengan cepat, menggodakan dengan sentuhan yang memabukan.

"Bahkan saat begini kamu takut padaku?"

Erica terbeliak dan membusungkan dada. "Pak, aku nggak takut, aku hanya, ah!"

Suara Erica menggema di kamar mandi yang sepi. Tidak sanggup lagi, ia membalikkan tubuh. Melumat bibir Jayde dan mengerang saat tubuh mereka kembali bersatu. Rasanya tidak pernah puas hanya dengan satu kebersamaan. Rasanya tidak pernah cukup hanya dengan satu malam berciuman. Sedikit saja sentuhan Jayde di tubuhnya, membuat Erica menggila.

Ia menggerakkan tubuh turun naik dengan desahan. Menembus air hangat yang menyelimuti tubuh mereka. Mencengkram bahu Jayde dan menggoyangkan pinggulnya. Tertawa lirih saat mendengar Jayde memaki.

"Sial! Enak sekali, Erica."

Erica tidak peduli kalau bersikap liar, binal, layaknya pelacur professional di hadapan Jayde. Ingin menikmati hari ini berdua bersama laki-laki yang sudah memiliki tubuhnya. Kalau seandainya hari ini harus berakhir bahkan tanpa uang sekalipun, ia rela. Tapi, sepertinya itu tidak mungkin terjadi. Tranferan 20 juta sudah masuk ke rekeningnya dari Arifin, tanpa laki-laki itu kalau mereka memperpanjang hari bersama. Erica mempercepat gerakannya dan Jayde menyambutnya tidak kalah sigap. Air menciprati lantai karena gerakan mereka dan saat mencapai puncak, berpelukan dengan lemas di dalam jacuzzi

Pukul sembilan malam, mereka memutuskan untuk menyudahi semua. Keduanya berpakaian dengan rapi, dan bersiap untuk berpisah. Jayde tidak dapat menahan senyum melihat seragam waitress yang dipakai Erica.

"Bagus sekali bajumu."

"Bagian dari tugas, Pak."

Jayde mengulurkan ponselnya pada Erica. "Masukkan nomor hapemu."

Erica menerima dengan ragu-ragu dan mulai mengetik nomornya di ponsel Jayde.

"Aku akan menghubungimu kalau memerlukan bantuan. Bukankah kamu bekerja apa saja untuk membantu orang lain?"

"Bisa dikatakan begitu. Memangnya Pak Jayde butuh bantuan apa?"

Jayde mengangkat bahu. "Entahlah, yang pasti sekarang belum. Jangan lupa masukkan nomor rekening dan nama bankmu."

Kali ini Erica menatap bingung. "Pak, aku sudah dibayar."

"Hanya untuk satu malam padahal kita berdua di sini untuk dua malam."

"Tapi, aku menikmati, Pak." Erica menjawab cepat lalu menutup mulut karena malu dengan kata-katanya sendiri. Bagaimana ia bisa mengucapkan hal memalukan seperti itu.

Jayde tersenyum, mendekati Erica dan mengusap bibirnya. "Percayalah Erica, aku pun menikmati kebersamaan kita. Tapi, aku juga tahu kamu membutuhkan uang. Jangan menolakku. Uang tidak berarti aku tidak menghargaimu."

Persetan, yang penting aku dapat uang. Batin Erica berteriak saat menuliskan nomor rekeningnya. Ia menyerahkan ponsel Jayde sambil tersenyum kecil.

"Sebenarnya aku masih suka bersamamu, tapi besok pagi aku harus terbang ke Singapura dan banyak hal yang harus aku siapkan. Ayo, aku akan mengantarmu pulang."

"Nggak usah, Pak. Aku naik taxi saja. Mau pergi ke suatu tempat." Erica tidak mungkin mengatakan pada Jayde kalau dirinya menginap di sebuat hotel kecil.

"Oke, kalau begitu."

.
.
.
Di Karyakarsa update bab 24.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro