Bab 3b
"Erica, kamu tahu bukan apa yang sudah kita lakukan? Terlepas dari adanya obat perangsang?"
"Iya, Pak. Saya tahu." Erica menunduk dalam-dalam.
"Aku tahu kamu mengharapkan Jared dan semua yang terjadi termasuk aku di sini adalah ulahnya. Dia yang mengatur agar semua ini terjadi, dengan niat aku meniduri perempuan. Jared memang adik yang kacau meskipun niatnya baik. Dia hanya ingin bersenang-senang dengan seorang perempuan, hanya untuk membuktikan kalau aku bukan gay. Adik sialan!"
"Pak, saya minta maaf," ucap Erica lirih.
"Kenapa?"
"Karena, yah, karena, itu ...."
Jayde mengangkat dagu Erica dan menggeleng. "Bukan salahmu atau salahku. Kita mungkin sudah digariskan untuk bertemu dan bercinta malam ini. Ngomong-ngomong, kamu masih perawan."
Erica menggigit bibir, tidak mengerti harus menanggapi bagaimana pembicaraan aneh ini. Mereka saling pandang dan Jayde mengulurkan tangan ke arah rambut Erica.
"Aku merasa bersalah, tadi malam ini berhenti tapi kamu begitu menggoda."
"Pak, aku jadi malu."
"Nggak usaha malu, kita berdua sudah sama-sama telanjang dan kamu masih malu?"
Makin banyak bicara dengan Jayde, makin malu hati Erica. Laki-laki yang terlihat sangar dan dingin ternyata bisa bicara begitu lembut. Ia berpamitan ke toilet, untuk menyegarkan wajah dan mengembalikan lagi harga dirinya. Setelah ini, perjanjian akan berakhir. Ia bisa pulang dan tidak perlu lagi bertemu Jayde. Semoga saja semua bisa seperti rencannya.
Menegakkan tubuh dan menatap bayangannya di kaca toilet, Erica mendesah. Ternyata yang memesan dirinya memang atas nama Jared tapi khusus untuk Jayde. Jared yang takut kakaknya menjadi gay, berusaha mencarikan pasangan. Tapi, dari performa di ranjang, sama sekali tidak nampak kalau Jayde adalah gay. Kenapa isu itu bisa muncul? Setelah mengendalikan diri, dan membersihkan tubuh dengan baik, ia keluar.
Di sofa sudah ada sarapan, Jayde mengambil sampanye dan membawanya ke meja. "Sebelum pulang, kita sarapan dulu."
Erica yang memakai jubah mandi hotel mengangguk, duduk di sofa menghadapi berbagai sarapan dari mulai roti, nasi ayam, dan salad. Ada pula buah-buahan dan sup. Merasa sangat lapar, ia makan roti dan buah. Tidak menolak saat Jayde menuang sampanye untuknya.
"Mungkin sudah nggak dingin, tapi rasanya masih lumayan. Bersulang untuk kebersamaan kita."
Mereka membenturkan gelas ke udara dan menyesap sampanye yang tidak lagi dingin, sambil makan. Tidak ada percakapan, hanya bunyi denting peralatan makan beradu. Tanpa sadar sampanye di dalam gelas tandas dan saat makan roti kedua, Erica lagi-lagi merasa panas. Jayde pun sama, mulai membuka kembali kemejanya dan menatap gelas sampanye yang kosong.
"Sialan! Obatnya ternyata di dalam sampanye," keluh Jayde dengan tidak nyaman. Menatap Erica lekat-lekat dan mengulurkan tangan untuk mengusap bibirnya. "Erica, aku mohon. Apakah kamu mau menemaniku malam ini? Tinggal lebih lama sehari lagi?"
Erica menggigit bibir dan mengangguk tanpa kata. "Iya, Pak."
Jayde bergegas menuju telepon untuk melakukan konfirmasi tentang perpanjangan masa tinggal dengan pihak hotel. Selesai menelepon, memanggil room service untuk membersihkan semua sisa makanan. Selama menunggu, ia merokok di sudut sedangkan Erica duduk diam di dekat ranjang. Saat ruangan sudah bersih, makanan sudah diangkat semua, Jayde menandaskan rokoknya. Menghampiri Erica, menunduk untuk melumat bibirnya.
Ini adalah hal tergila yang terjadi dalam hidup Erica, menemani laki-laki tidur selama dua hari dan tidak peduli dengan dampaknya nanti. Ia bangkit dari kursi, membalas pagutan Jayde.Tangannya bergerak tidak sabar untuk menelanjangi laki-laki itu. Jubah, kemeja, dan pakaian dalam berserak di lantai berkarpet. Jayde mengangkat Erica ke ranjang dan menindihnya.
Mereka bercumbu untuk membakar gairah, saling membelai, dan mencium. Erica dengan berani membelai kejantanan Jayde yang menegang, dan tidak menolak saat tangan laki-laki itu bermain di area intimnya. Saling menyentuh dan mengusap satu sama lain.
"Aku bisa gila, lama-lama karena kamu, Erica!"
Erica pun ingin mengatakan hal yang sama, bisa gila karena menginginkan tubuh Jayde. Laki-laki itu membawanya ke jendela, menekuk tubuhnya di depan kaca, dan mulai menyatukan diri. Tangan Jayde menangkup dada dan pinggul Erica saat keduanya bergerak bersamaan. Baru saja selesai makan, dan mereka memutuskan membakar kalori dalam percintaan.
Erica melenguh, Jayde mengusap dadanya dan mengecup bahunya. Kaki mereka bergerak seiring dengan hujaman dan penetrasi. Jayde menghentikan hujamannya, membalikkan tubuh Erica dan mengangkatnya. Mennyatukan mereka sekali lagi kali ini dengan kaki Erica melingkari pinggangnya.
"Pak, pingin yang cepat," ucap Erica menanggalkan rasa malu. Menggigit bahu Jayde dengan gemas. "Yang cepat, tolong!"
"Erica, Erica, binal sekali kamu. Tapi aku suka!"
Jayde mengangkatt tubuh Erica ke ranjang dan membaringkanya. Menunduk untuk melumat bibir, mengusap dan mengisap puting dada yang menegang. Membuka paha Erica lebih lebar dan kembali menyatuhkan mereka. Kali ini lebih keras, lebih cepat, dan seolah ingin menghancurkan mereka. Tidak peduli siapa yang ingin memuaskan siapa. Mereka bergumul saling mencumbu dan merayu, mengisi tubuh dan melampiaskan nafsu dengan percintaan yang keras dan membara.
Tidak ada yang peduli saat ponsel berdering, mereka tetap berciuman dengan lembut. Tidak ada yangberniat untuk beranjak dari pelukan, yang mereka inginkan hanya tetap berdekatan untuk saling menghangatkan. Tidak peduli apa pun, bercinta hingga lupa waktu dan lupa diri.
.
.
.
Di Karyakarsa update bab 20.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro