Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12b

Gairah Erica terpicu, dan membuat otaknya berkabut. Ia mengusap kejantanan Jayde yang menegang di balik celana, membuka paha lebar-lebar agar jemari Jayde bisa bebas bermain di selangkangannya. Erica terengah dan tanpa sadar mengerang saat jari bergerak keluar masuk dengan cepat.

"Argh, Pak. Semoga nggak ada orang," bisiknya sambil menggigit bibir. Titik keringat bermunculan di dahi dan pipi.

Jayde tidak menghentikan gerakan sampai merasakan kalau Erica benar-benar basah. Ia mengangkat tank top, masuk ke sela bra meremas dada. Kembali duduk di kursinya, dan membuka celana.

"Naiklah ke pangkuanku," ucapnya dengan suara serak.

Tidak ada lagi rasa malu atau takut kalau akan ada orang yang memergoki. Di dalam mobil sangat gelap, hanya ada penerangan dari lampu jalan yang remang-remang. Erica berpindah dari kursinya menuju pangkuan Jayde. Mengusap perlahan kejantanan yang menegang, sebelum memosisikan diri untuk menyatukan tubuh mereka. Desahan panjang keduanya terdengar di sela-sela hujan. Erica bergerak naik turun dengan Jayde mencengkeram pinggangnya. Mereka bergerak cepat hingga napas tersengal, lalu perlahan untuk mengatur ritme.

Jayde mengangkat tubuh Erica, membalikkan hingga menghadap ke depan. Dengan tangan meremas dada yang masih tertutup tank top, ia melakukan penetrasi ulang. Kali ini jemarinya dengan bebas bisa meremas dan mengusap dada yang membusung.

Erica meletakkan kepalanya pada setir. Berhati-hati agar tidak membunyikan apa pun. Gerakan mereka sangat intim dan primitif karena dilakukan di tempat yang terbatas. Ia tidak menyangka kalau tempat sesempit ini akan membuat percintaan mereka menggila.

"Erica, hot sekali kamu," bisik Jayde sambil meraih bahu Erica. Menegakkan tubuhnya dan kembali memasuki dengan cepat. "Siaal! Aku kecanduan tubuhmu!"

Erica mendesah saat Jayde melenguh. Mereka terus bergerak dan saat mencapai puncak, hujan mulai reda. Terkulai bersimbah keringat, Erica berada di pelukan Jayde. Pakaiannya masih belum dirapikan dan mereka tidak peduli. Saling mendekap sambil mengatur napas.

Titik-titik hujan mulai turun perlahan, membuat kaca yang semula buram kini menjadi lebih terang. meski begitu ruko masih sama gelapnya dari sewaktu mereka datang. Jayde merapikan rok Erica, juga bra dan tank topnya. Membuka dashboard mobil dan mengeluarkan kotak. Erica masih belum beranjak dari pangkuannya saat ia mengaitkan sesuatu di leher gadis itu.

Sesuatu yang keras dan dingin menyentuh leher Erica. Ia merabanya dan terkejut saat jemarinya menyentuh sesuatu.

"Pak, apa ini?"

Jayde mengusap wajah Erica yang basah oleh keringat dan mengecup bibirnya dengan lembut. "Kalung berlian, ada inisial namamu."

Erica meninggalkan pangkuan Jayde, kembali ke kursinya dan membuka ponsel untuk menerangi kalung yang dipakainya. Ternyata benar, ada berlian putih yang sangat besar menurutnya dan ada huruf 'E' di sampingnya. Ia tersenyum kecil, tidak ingin menduga berapa harga kalung tapi pasti mahal sekali.

"Indah sekali, pasti mahal. Terima kasih, Pak."

Jayde mengulurkan kotak pada Erica. "Di dalamnya ada sertifikat. Kalung itu milikmu, mau kamu apakan itu terserah kamu."

Erica menerima kotak dan menaruhnya ke dalam tas. "Dijual juga boleh, Pak?"

"Erica, terserah kamu. Aku hanya membelikan untukmu tapi kebutuhanmu seperti apa hanya kamu yang tahu."

"Pak Jayde baik banget," ucap Erica sambil tersenyum bahagia. Dalam hatinya terharu karena ada laki-laki yang begitu memperhatikannya. Memberikan uang dan barang-barang mahal tanpa perhitungan. Meskipun diperlakukan layaknya perempuan simpanan, Erica tidak peduli. Ia sedang mengumpulkan uang agar bisa keluar dari rumah keluarganya tanpa kuatir. Tapi keadaan adik-adiknya tetap terjamin, itu yang sedang diusahakan olehnya.

"Erica, aku bisa lebih baik dari ini kalau kamu terima tawaranku. Ayo, cari apartemen untuk kita tinggali."

Tangan Erica mencari-cari celana dalam di dasar mobil, terselip di antara sepatunya. Ia memakai dengan susah payah.

"Paak, ntar dulu napa. Kenapa, sih, ngebet banget tinggal bersama? Nanti kalau nggak bisa kencan buta gimana? Aku orangnya cemburuan."

Jayde meraih dagu Erica dan berujar serius. "Kamu pikir aku nggak cemburuan? Aku menganggap kamu adalah milikku, maka nggak ada laki-laki lain yang boleh mendekatimu. Nggak cuka si artis pendatang baru ataupun anak pemilik restoran."

Erica tidak dapat menahan gelak. "Idih, inget aja."

"Jelaslah, karena baru beberapa jam diucapkan oleh Niki, tentu saja aku ingat. Aku juga lihat profil artis pendatang baru itu dan dengan sadar aku bilang, masih tampanan aku dari pada dia."

"Paak, narsis, ih."

"Harus itu, tampan aja kalah, apalagi kekayaan. Erica, sudah benar kalau kamu menolaknya."

Jayde kembali menjalankan kendaraan dan ternyata tidak ada kemacetan. Erica menyetel radio, duduk santai karena cinta dan orgasme yang baru saja dialaminya. Ia tidak menyangka kalau laki-laki kaku seperti Jayde, ternyata sangat buas dalam bercinta. Saat gairah menguasai kepala, Jayde bahkan tidak peduli tempat. Tidak akan ada yang percaya kalau seorang CEO kaya raya, bercinta dengan pasangannya di dalam mobil yang sempit, tepat di pinggir jalan. Padahal ada banyak hotel untuk disewa dan uang untuk membayar.

Saat kendaraan berhenti di lampu merah, ponsel Jayde berdering. Ia melihat nomor yang tidak dikenal dan mengabaikannya. Tiba di ujung gang, ia menawarkan untuk mengantar dan Erica tetap menolak.

"Selamat malam, Pak Jayde. Terima kasih untuk kalungnya. Tapi harus dilepas kalau nggak menimbulkan masalah." Erica melepas kaitan kalung, meletakkan kembali ke dalam kotak. Mencondongkan tubuh untuk mengecup pipi Jayde sebelum turun dan bergegas masuk ke dalam gang yang basah.

Jayde menatap punggung Erica yang menjauh lalu pada ponselnya yang kembali berdering. Ia masih mengabaikan sampai satu pesan suara masuk ke aplikasi pesan dari nomor itu. Suara perempuan terdengar jernih saat menyapa.

"Jayde, long time no see. Bagaimana kaburmu? Ini aku Angeliq."

Jayde terdiam, berusaha mengingat tentang perempuan yang berusaha untuk bicara dengannya. Cantik, berkulit putih dengan rambut ikal kecoklatan, Angeliq adalah mantan kekasih satu-satunya. Entah apa yang diinginkan perempuan itu setelah sekian lama tidak ada komunikasi.
.
.
.
Tersedia di google playbook.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro