Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 11b

Erica turun dari mobil dan melambai dengan senyum tersungging. Menenteng tas berisi perlatan make up, ia berjalan tertatih menyusuri gang. Sudah lebih dari dari jam sepuluh tapi kondisi gang masih cukup ramai. Ada banyak orang berkerumun di tempat duduk yang terbuat dari bambu, maupun di depan warung. Tiba di ujung gang, Erica hendak berbelok saat sang papa mendadak muncul. Menyeringai dengan penuh kegembiraan yang aneh.

"Erica, anak papa. Siapa laki-laki yang mengantarmu tadi? Mobil yang dipakai sangat mewah."

"Dari mana Papa tahu aku diantar?" tanya Erica sambil lalu. Masuk ke rumah dan mencopot sepatunya.

"Teman-teman papa banyak yang lagi duduk di pinggir jalan. Mereka heboh karena kamu diantar mobil mewah. Katakan, siapa itu?"

"Klien," jawab Erica sambil lalu.

"Klien kamu? Tumben mau ngantar? Bukan pacar?"

Mendekati dispenser untuk menuang air dan meneguknya, Erica menatap sang papa. "Klienku kaya-kaya semua. Kebetulan dari tempat kerja kemari itu searah sama rumahnya. Lebih baik Papa nggak usah ikut campur urusanku, atau ingin tahu dengan siapa aku bergaul."

"Loh, aku ini papamu. Memangnya salah kalau ingin tahu."

"Salah! Karena dari beberapa tahun belakang, aku udah anggap nggak punya papa!"

Rohman meradang, tangannya terkepal. Aniswati muncul dari kamar dengan wajah kuatir. "Ada apa ini? Malam-malam bertengkar terus."

Kehadiran ibu tiri membuat Erica punya kesempatan untuk masuk ke kamar tanpa berdebat dengan papanya lagi. Meski begitu ia masih bisa mendengar percakapan di luar kamar.

"Anak kurang ajar itu, berani-beraninya mengatakan tidak lagi menganggapku papa. Padahal aku ini masih orang tuanya. Dia bersikap seolah aku sudah mati!"

"Paa, Erica sedang lelah. Mungkin pikirannya lagi kacau."

"Sekacau-kacaunya pikiran, dia ngga seharusnya bilang begitu!"

Merebahkan diri di atas ranjang, Erica menatap langit-langit kamar yang buram dan kotor. Entah apa yang membuatnya bertahan di rumah ini. Segala sesuatu tidak lagi membuatnya bahagia. Bisa jadi tanggung jawab konyol sebagai kakak yang membuatnya tidak tega meninggalkan kedua adiknya. Erica memejam, tanpa perlu membersihkan tubuh ingin terlelap hingga pagi.

Keesokan harinya Erica berangkat ke restoran dalam keadaan rumah sepi. Kedua adiknya sekolah, ibu tirinya sedang berdagang dan entah apa yang dilakukan papanya. Tiba di restoran, menjelang makan siang. Ia memakai celemek dan bergegas menerima pesanan. Restoran masakan tiongkok yang dijalankan oleh sepasang suami istri yang sudah berumur bersama anak laki-laki mereka. Biasanya tidak terlalu ramai tapi hari ini ada tamu rombongan yang membuat mereka kewalahan. Erica bergerak sigap, melayani pembeli, mencatat pesanan dan mengelap meja. Mereka menggunakan gelas dan piring serta sumpit sekali pakai, dengan begitu tidak banyak cucian.

Rombongan yang datang adalah para orang tua yang sedang bereuni. Pihak restoran menyediakan karaoke untuk mereka bernyanyi. Suasana berlangsung meriah dan gembira. Setelah lima jam akhirnya selesai. Erica dibantu oleh anak pemilik yang bernama Santo, membersihkan restoran sementara pesanan online terus berdatangan.

"Capek?" Santo datang mengulurkan minuman dingin.

Erica menerima sambil tersenyum. "Terima kasih, capek tapi seneng. Orangnya asyik-asyik, aku dikasih tipis."

Santo tertawa, mengangkat dua jempolnya. "Baguslah. Restoran ini kalau hari biasa memang nggak terlalu ramai tapi di waktu-waktu tertenu suka menerima tamu pesanan dalam jumlah banyak."

"Kenapa bisa begitu?"

"Di belakang restoran ini, sebelum menjadi apartemen adalah perkampungan penduduk dan ada juga sekolahan. Jadi, mereka itu para pelanggan lama yang ingin bernostalgia."

"Gitu rupanya, pantas saja sekalinya datang banyak sekali Orang tua kamu hebat, menjaga rasa dan kualitas tetap sama seperti dulu, makanya mereka tetap suka dan kangen ingin mencoba."

Memiringkan kepala, Santo yang berkulit putih dengan tubuh tinggi dan mata sipit, menatap Erica lekat-lekat. "Kamu juga hebat, Erica. Sangat pekerja keras, senang punya patner kerja seperti kamu."

Mereka mengobrol sebentar sebelum kembali melayani pelanggan. Yang membuat kaget Erica adalah sebelum pulang pemilik restoran membungkus banyak makanan untuknya. Santo membantunya mencari ojek. Saat menunggu tukang ojek datang Santo mengatakan sesuatu yang membuat Erica terdiam.

"Boleh nggak aku kenal dekat sama kamu, Erica. Terus terang aku suka sama kamu. Pintar, baik, dan cekatan. Orang tuaku bersemangat sekali saat aku bilang suka sama kamu. Kata mereka kita bisa mengelola restoran bersama-sama."

Sebuah tawaran yang sangat luar biasa dan Erica menghargainya. Tapi kondisi keluarganya memakas dirinya untuk tetap single.

"Terima kasih, Santo."

Erica menjawab singkat tanpa mengatakan apa pun. Ia masih ingin bekerja di restoran ini tanpa sangkut paut perasaan. Semoga Santo bisa mengerti.
.
.
.
Tersedia di googgle playbook.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro