Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8

Kuroo Tetsurou--Dia yang mudah kepikiran


"Argh, sial. Aku salah menghitung,"

Kuroo mengusak rambut jelaganya kasar. Pemuda itu menghapus tulisan pada buku tulisnya, kemudian kembali menghitung pada kertas corat-coret disebelahnya.

Setelah berkutat dengan angka, Kuroo melihat jawaban option yang tertara pada buku soal setebal lima senti. Pemuda itu sedikit terkejut ketika tak mendapati pilihan yang sama seperti hasil hitungannya.

"Siaaalllll. Nomor tujuh belas memang tidak ada jawaban ya?" Tanya pemuda itu sambil mencoret-coret hitungannya.

"Kau tidak sabaran sekali. Nomor tujuh belas jawabannya A. Masa' tidak ketemu sih?" Kata Yaku.

Kuroo menghela nafas. Ia menjatuhkan kepalanya pada meja. Kemudian melirik ke arah Kai dan Yaku yang duduk di depannya. Mereka sedang belajar bersama untuk menghadapi ulangan harian Fisika yang kebetulan akan dilakukan di hari yang sama.

"Kau kenapa sih? Sejak kemarin tampak emosi?" Tanya Kai. Mendengar itu Yaku tertawa.

"Kau PMS?" Celetuk pemuda berambut coklat.

"MANA MUNGKIN!"

Tawa Yaku semakin menjadi. Kai ikut terkekeh. Sedangkan Kuroo mendengus kesal sambil mengalihkan pandangannya ke arah jendela rumah Kai. Menatapi awan yang bergerak secara perlahan.

"Kau ada masalah atau bagaimana sih?" Tanya Yaku.

"Tidak tahu," Kuroo bergumam panjang.

"[Name]-chan... kan?"

Tebakan dari Kai membuat Kuroo menoleh ke arahnya dengan cepat. Pemuda itu menampilkan ekspresi terkejut. Sang wing spiker Nekoma itu hanya tersenyum lembut seperti biasa.

"Darimana kau tahu?" Tanya Kuroo.

"Terlihat tahu. Kemarin kan [Name]-chan izin untuk tidak mengikuti latihan karena ada kerja kelompok. Tapi pada perjalanan pulang kita malah melihatnya keluar dari kafe dengan seorang laki-laki," kata Yaku.

Mendengar itu, benak sang pemuda berambut jelaga kembali memutar ingatan dimana [Name] tampak bercanda dan tertawa bersama pemuda berambut ash grey. Kuroo berdecak keras. Lalu menghantamkan kepalanya ke atas meja untuk menghilangkan bayang-bayang menyebalkan itu.

"Hei, awas kau jadi bodoh," kata Yaku.

"YAKKUN MULUTMU PERLU DISEKOLAHKAN!" Ketus Kuroo. Ia mendengus kesal. "Aku ini jenius, jadi tak mungkin bisa menjadi bodoh semudah itu,"

Yaku berdecih. Belum sempat membalas perkataan sang kapten voli Nekoma, Kai sudah lebih dulu menyela. Menghentikan argumentasi tak berguna yang sudah pasti akan membawa-bawa istilah ilmiah yang selalu dilontarkan kedua temannya.

"Kau sudah bertanya pada [Name]-chan?" Tanya Kai.

Kuroo mengangguk. Ia menghela nafas berat. Tangan pemuda itu bergerak untuk mencorat-coret abstrak kertas hitungannya. Sedangkan tangan kirinya menumpu kepala.

"Dia bilang hanya teman. Mereka memang kerja kelompok di kafe itu. Tapi keterusan mengobrol dan akhirnya bertemu kita saat pulang," jelas Kuroo.

"Tuh kan. [Name]-chan saja bilang kalau dia itu hanya teman. Lalu kenapa kau jadi segalau ini?" Tanya Yaku.

"Yakkun, apa kau tidak melihat tatapan orang itu saat aku menarik lengan [Name] untuk pulang bersama kita?" Tanya Kuroo dengan ekspresi kesal.

Ketiganya kembali teringat saat sang pemuda berambut jelaga memanggil nama sang gadis berambut coklat kemerahan. Bertanya apakah kerja kelompoknya sudah selesai, kemudian menarik lengan bawah [Name] dan mengajaknya pulang bersama.

Wajah pemuda berambut ash grey itu tampak tak suka. Netra hitam menatap tajam ke arah Kuroo. Namun kembali tersenyum lembut ketika [Name] berbicara padanya untuk pamit.

"Kau benar. Dia pasti menyukai [Name]-chan," kata Kai.

"AARGHH SIAAALLL," teriak Kuroo sambil kembali mengacak rambutnya, "Aku yang sudah memberi kode hampir satu semester saja belum di-notice. Setelah berhasil menjauhkannya dari para anggota basket kegatalan itu, sekarang malah muncul saingan baru," keluhnya.

"Kau ajak kencan saja, bagaimana?" Usul Kai. Yaku mengangguk setuju.

"Ajak nonton. [Name]-chan takut hantu kan? Kau ajak saja nonton horror," tambah Yaku.

Kai mengerutkan keningnya. Sedangkan Kuroo menyeringai sambil mengangguk. Menerima saran sang libero kebanggaan Nekoma.

"Kau benar. Kurasa aku bisa mencobanya," jawab Kuroo.

Pemuda itu mengulurkan tangan pada Yaku. Kemudian menjabatnya seakan sedang menyetujui sebuah project penting. Melihat itu, Kai hanya bisa menghela nafas. Tak mengerti isi pikiran kedua temannya.

"Kuharap [Name]-chan tidak berbalik membencimu," gumam pemuda itu.

Dengan begitu, Kuroo bisa kembali fokus mengerjakan soal latihannya.

.

.
.

"[Name]!"

Panggilan dari suara bariton yang sangat dikenalinya membuat sang gadis berambut coklat kemerahan menoleh dan menghentikan langkahnya. Kuroo menghampiri [Name] sambil berlari kecil.

"Ada apa, Tetsurou-san?" Tanya gadis itu.

"Ah, kau sedang sibuk?" Tanya pemuda berambut jelaga saat melihat tumpukan buku tulis yang sedang dibawa sang gadis [Lastname]. [Name] menggeleng.

"Hanya dititipi. Sudah selesai dinilai, jadi aku yang secara kebetulan melewati kantor guru disuruh membawanya ke kelas. Nanti ketua kelasku yang akan membagikannya," jelas [Name].

"Oh, begitu. Perlu kubantu?"

Sang gadis menjawab dengan gelengan. Kuroo terdiam, ia sedikit menjeda kalimatnya.

"Apa kau ada planning hari sabtu besok?"

"Tidak. Kenapa?"

Kuroo merogoh saku almamaternya. Kemudian mengeluarkan dua lembar tiket bioskop. Pemuda itu mengalihkan pandangannya. Wajahnya merona tipis. Ia merasa sedikit canggung, padahal mereka sudah saling kenal bertahun-tahun.

"Aku punya dua tiket bioskop," kata Kuroo.

[Name] menatap heran ke arah tiket yang disodorkan oleh sang pemuda berambut jelaga. Ia mengerutkan keningnya. Lalu beberapa detik kemudian mengangguk paham.

"Oh, oke," katanya sambil mengambil salah satu tiket.

Wajah Kuroo mencerah. Pemuda itu menatap sang gadis berambut coklat kemerahan dengan ekspresi senang. Tak menyangka bahwa ajakannya akan diterima begitu saja.

Pasalnya, [Name] tak akan mau diajak pergi nonton berdua. Kurang seru, katanya. Karena sudah dipastikan kalau mereka akan selalu berdebat. Kalau ada Kenma, kan bisa menjadi penengah. Walau pemuda berambut puding itu merasa cukup lelah mendengar keributan dari kedua teman masa kecilnya.

"Kalau begitu, kujemput dirumahmu jam sepuluh pagi. Oke?" Kata Kuroo.

Mendengar itu [Name] kembali mengerutkan keningnya. Netra coklat mengerjap. Tatapan heran sang gadis teman masa kecil membuat Kuroo melunturkan cengirannya. Tolong jangan bilang kalau [Name] sedang salah sangka untuk yang kesekian kalinya.

"Untuk apa menjemputku?" Tanya sang gadis.

"Ya untuk nonton bersama lah,"

Netra coklat melirik ke arah tiket bioskop ditangannya. Kemudian kembali menatap sang pemuda berambut jelaga.

"Oh, kupikir kau memintaku untuk membantu menjualnya," kata gadis itu.

"Mana mungkin!" Pekik sang pemuda bernetra hazel.

Kuroo menghela nafas. Pemuda itu mengusap wajahnya kasar. Ia merutuki dirinya sendiri. Bisa-bisanya sang kapten voli jatuh hati pada teman masa kecilnya yang sangat tidak peka itu.

"Aku mengajakmu nonton. Sabtu besok keluarga Kenma pergi mengunjungi tantenya kan? Karena itu aku hanya mengajakmu. Mau ikut tidak?" Tanya Kuroo.

[Name] menyipitkan matanya. Menatap sang middle blocker dengan curiga. Dalam hati, sang pemuda berambut jelaga memohon agar diiyakan.

"Nonton apa?" Tanya [Name].

"Eh, itu--ngg..."

Melihat Kuroo bingung mau menjawab apa, [Name] segera menebak dengan cepat. Gadis itu menggeleng keras sambil mengembalikan tiket tersebut.

"Kalau horror aku tola--" Katanya.

"Makan siangnya akan kubayarkan," potong Kuroo cepat. "Popcorn dan cola-nya juga. Kau hanya harus menemaniku. Semua makanan yang kau minta akan kubelikan. Bagaimana?"

"...Tetsurou-san, kau sakit?" Tanya [Name].

Gadis itu menatap Kuroo dengan ekspresi terkejut dan mengerutan kening bingung. Padahal biasanya pemuda itu mengomel kalau dompetnya sedang menipis. Tumben sekali menawarkan hal yang mampu membuatnya jatuh miskin dalam sekejap.

"Asal kau tahu diri, aku akan membelikannya," balas Kuroo.

[Name] tersenyum senang. Seketika, tiket bioskop dimasukkan ke dalam almamater sekolahnya. Kemudian melambaikan tangan dengan ceria ke arah sang pemuda berambut jelaga.

"Aku terima. Sampai nanti, Tetsurou-san!" Pamit gadis itu sambil membalikkan tubuhnya.

Kuroo terdiam ditempat. Netra hazel menatap punggung mungil [Name] dan kibasan rambut coklat kemerahannya sampai hilang dari jarak pandang. Sang kapten voli menutup wajahnya dengan sebelah tangan.

Terlampau terkejut karena Kuroo lebih sering melihat wajah jutek teman masa kecilnya. Ekspresi bahagia dengan binaran di netra coklat, serta senyuman yang sangat jarang terlihat itu mampu membuat wajah sang kapten voli merona.

Sial, dia manis sekali.

K--Aii : ...sekarang, gimana caranya ngebuat [Name] peka? 😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro