Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2

Kuroo Tetsurou--Dia yang selalu tahu masalahmu di sekolah


"Kenma,"

Panggilan dari Kuroo dijawab dengan gumaman. Kedua pemuda itu kini sedang menunggu [Name] di depan gymnasium. Kebetulan klub voli dan klub basket hari ini memiliki jadwal yang sama. Sehingga mereka bisa pulang bersama.

"[Name] lama sekali. Mau menjemputnya tidak?" Tanya Kuroo.

Kenma meliriknya sekilas. Namun kembali mengalihkan atensi pada nintendo biru kesayangannya. Jari pemuda itu masih bergerak lincah.

"Kau tahu kalau [Name] mengatakan untuk menunggunya di sini. Dan lagi, dijemput oleh dua laki-laki--kurasa dia tak akan memaafkanmu jika muncul gosip baru tentangnya," kata Kenma.

Kuroo terdiam. Pemuda itu menengadah, menatap langit senja yang akan segera berganti. Ia kembali teringat dengan beberapa gosip yang tak sengaja pemuda itu dengar saat melewati ruang klub basket perempuan.

Gadis berambut coklat kemerahan yang menjadi teman masa kecilnya dibicarakan tengah dekat dengan dua orang anggota klub basket laki-laki. Walaupun Kuroo tahu sepenuhnya kalau berita itu tidak mungkin benar.

"Hanya perasaanku atau beberapa hari belakangan ini dia memang tampak lebih murung?" Tanya Kuroo.

Kenma tak langsung menjawab. Pemuda berambut pudding itu menggali ingatannya. Kemudian menganggukkan kepala setelah beberapa waktu mendapati [Name] yang suka melamun saat diajak bicara.

"...kurasa kau sendiri tahu. Aah, siapa namanya? Izuna-san dan Shinozawa?"

"Shinozaki," ralat Kuroo. Kenma mengangguk mengerti.

"Yah, mereka memang gencar sekali mendekati [Name] akhir-akhir ini. Dan [Name] menjadi satu-satunya yang disalahkan karena dia tak menggubris mereka," lanjut pemuda maniak game.

"Klub basket memang seperti itu kan? Harus menghormati senior jika ingin berada di tim reguler. [Name] itu terlalu bersikap sopan pada senior basketnya. Dia selalu tersenyum dan menolak secara halus--walau penolakannya tidak akan pernah di dengarkan," balas Kuroo.

"...aku selalu membenci senioritas dalam kegiatan klub,"

Kuroo menghela nafas. Pemuda itu mengecek jam di layar ponselnya. Hampir pukul tujuh malam, dan [Name] sama sekali belum menampakkan batang hidungnya. Rambut jelaga diusak kasar, ia berdecak kesal.

"Kenma, aku akan menjemputnya," putus Kuroo.

Sang teman masa kecil berambut pirang melirik sebentar dan mengangguk. Kuroo berlari ke arah ruang klub basket perempuan. Namun menghentikan langkahnya tepat setelah ia melihat segerombol gadis tim basket angkatannya keluar dari ruangan dengan raut wajah kesal.

Beberapa detik kemudian [Name] keluar dari ruangan dengan ekspresi datar. Gadis itu mengunci ruang klub, kemudian berjalan ke arah Kuroo tanpa menyapa sang pemuda tak seperti biasa.

"Maaf membuat kalian menunggu lama. Aku akan mengembalikan kunci ini. Tetsurou-san tunggu di depan saja," kata [Name].

Mendengar nada datar milik gadis berambut coklat kemerahan, Kuroo tertegun. Pemuda itu tahu, pasti ada hal yang terjadi pada [Name]. Namun ia tak mau mengungkitnya jika sang gadis tak ingin.

Kuroo memutuskan untuk mengiyakan perkataan [Name]. Pemuda itu kembali ke tempat Kenma dan mengajaknya untuk menunggu di depan gerbang.

"Kau sudah bertemu dengannya?"

"Sudah. Tampaknya memang ada masalah. Tunggu [Name] yang ungkit saja," kata Kuroo.

"Ah, sou,"

Pemuda berambut pudding masih memainkan game miliknya. Tepat saat [Name] sampai di sampingnya, karakter mage yang dimainkannya telah berhasil mengalahkan bos musuh level 86. Setelah mengeklik bonus dan gift yang di dapat, Kenma memasukkan nintendo birunya ke kantung almamater.

Netra gold miliknya menatap ke arah sang gadis berambut coklat kemerahan. Mengamati wajah datar [Name] yang sama sekali tidak berubah sejak keluar dari ruang klub basket perempuan. Tetapi Kenma tidak menanyakan apapun. Seperti kata Kuroo. Biarkan sang gadis yang menceritakannya sendiri.

Suasana saat perjalanan pulang cukup canggung. Jika biasanya mereka akan saling bergurau, kali ini hanya Kuroo dan Kenma. Itupun hanya membicarakan masalah klub--sang pemuda berambut jelaga sengaja mencari bahan pembicaraan untuk memecah ke-awkward-an.

Kedua pemuda itu saling mencuri pandang ke arah [Name]. Kuroo menghela nafas saat melihat sang gadis hanya menatap lurus jalanan dengan tatapan kosong. Tangannya bergerak untuk menepuk pelan puncak kepala sang gadis.

[Name] yang terkejut langsung menoleh ke arah Kuroo. Sang pemuda berambut jelaga tak mengatakan apapun. Ia hanya kembali mengusap kepala sang gadis, kemudian berbicara sambil berlalu mendahului [Name].

"Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Ayo ke kedai ice cream,"

[Name] menatap punggung tegap seorang Kuroo Tetsurou yang terbalut jersey klub voli Nekoma. Kemudian menoleh ke arah Kenma yang ikut berhenti di sebelahnya.

"Sebaiknya kau sudahi acara murungmu itu. Kuroo sepertinya tidak tahan untuk kembali berargumen denganmu," kata Kenma. Pemuda itu melangkah menyusul Kuroo duluan.

Netra coklat kembali menatap ke arah Kuroo. Pemuda itu sudah berjalan sejauh empat meter di depan. Ia berhenti saat menyadari kedua teman masa kecilnya masih tertinggal jauh. Kuroo menoleh ke belakang.

"Kalau tidak cepat, ice cream-nya tidak jadi ya," katanya dengan suara yang cukup keras.

Mendengar itu, [Name] segera berlari melewati kedua pemuda itu dan memasuki kedai ice cream yang berjarak dua toko dari tempat Kuroo berdiri. Sang pemuda berambut jelaga mendengus geli. Kemudian berjalan memasuki kedai tersebut dengan Kenma.

"Lama sekali!" Pekik [Name] yang sudah mengambil duduk di meja bermuatan empat orang.

Kuroo menarik kursi di depan [Name]. Sedangkan Kenma duduk di sebelah sang pemuda berambut jelaga. Tas mereka diletakkan pada kursi kosong di sebelah sang gadis bernetra coklat.

"Cepat tentukan rasa ice cream kalian. Aku yang akan memesan," kata Kuroo.

"Aku mau vanila," kata Kenma.

"Aku matcha!" Kata [Name].

Kuroo mengangguk, pemuda itu berjalan ke arah konter dan memesan. [Name] tampak terdiam mengamati pemuda berambut pirang yang kembali asyik dengan nintendo birunya.

"Kenma," panggilnya.

"Mm?"

"...aku keluar dari klub basket," kata [Name] dengan suara pelan.

Kenma langsung menekan tombol pause. Netra gold-nya menatap terkejut ke arah sang gadis teman masa kecil. Tampak tak percaya dengan yang [Name] katakan.

"Kau yakin?" Tanya Kenma.

[Name] menopangkan kepalanya dengan tangan kanan. Tangan kirinya bergerak-gerak mengetuk pelan meja kedai. Gadis itu mengangguk mengiyakan.

Kenma terdiam. Pemuda itu tahu pasti kalau [Name] sedikit merasa tak rela. Terlihat dari netra coklat yang menatap sendu ke arah jari tangan yang mengetuk meja.

Basket adalah permainan yang selalu disukai [Name] semenjak ia kecil. Walaupun gadis berambut coklat kemerahan itu juga mahir dalam bermain voli akibat selalu ikut andil menemani Kuroo dan Kenma berlatih.

"Ada apa?" Tanya Kuroo sambil meletakkan nampan berisi tiga mangkuk ice cream.

"...Aku memutuskan untuk keluar dari klub basket," ulang [Name].

Kuroo terkejut. Namun selanjutnya, ia tersenyum ke arah sang gadis dihadapan. Mangkuk berisi ice cream matcha disodorkan. Setelah meletakkan mangkuk di depan [Name], Kuroo kembali menepuk pelan puncak kepala sang gadis.

"Baguslah. Aku tidak tahan melihatmu dihina anggota klub basket perempuan. Aku juga tidak tahan melihatmu dikejar sampai mampus oleh laki-laki--"

--lain, tentu saja, ini dikatakan di dalam hati.

Kenma melirik ke arah Kuroo saat pemuda itu menjeda kalimatnya beberapa detik. Sang pemuda bernetra hazel pura-pura tidak tahu dan tetap melanjutkan kalimatnya.

"Untuk apa kau bertahan di sana? Tidak ada yang mendengarkanmu, dan mereka malah selalu menyalahkanmu karena membuat dua pangeran klub basket jatuh hati,"

Walau sebenarnya ada tiga, satu lagi pangeran voli--middle blocker terjenius di hadapanmu ini.

Tentu saja, kalimat di atas lagi-lagi hanya diucapkan dalam hati.

"Tapi aku tidak melakukan sesuatu yang dapat membuat mereka menyukaiku. Tunggu, dari mana Tetsurou-san tahu masalahku?" kata [Name]. Kuroo mendengus.

"Memangnya kita sudah kenal berapa lama sih? Kau terlalu meragukanku sebagai teman masa kecilmu," Kata Kuroo menggelengkan kepalanya.

Pemuda berambut hitam jelaga itu memasukkan sesuap ice cream coklat ke dalam mulutnya. Kenma ikut menanggapi setelah menelan ice cream vanilanya.

"Kuroo benar. Kau seharusnya segera menjauhi mereka. Klub basket itu terlalu toxic untukmu," kata pemuda berambut pirang.

"Sekali-sekali aku dan Kenma akan menemanimu bermain basket, jadi jangan sedih lagi. Ice cream-mu hampir meleleh tuh. Kalau tidak mau dimakan berikan padaku saja," kata Kuroo sambil tersenyum miring.

Jari telunjuk sang pemuda bernetra hazel mengarah pada ice cream matcha yang mulai mencair. [Name] buru-buru menyendok ice cream-nya.

"Terima kasih," ujar [Name] sambil tersenyum pada kedua teman masa kecilnya.

K--Aii : hmmm, susah banget buat momen di book ini 😭😭😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro