10
Kuroo Tetsurou--The One That You Love
Gadis berambut coklat kemerahan itu menghela nafas. Kepalanya dijatuhkan perlahan pada meja kantin sekolah. Membuat Kenma yang sedang duduk dihadapannya ikut menghela nafas.
Sudah seminggu [Name] minta ditemani makan siang bersama. Menolak semua ajakan para anggota klub voli, dan menarik Kenma ikut serta tanpa menerima bantahan.
Dan selama itu juga, Kuroo Tetsurou merengek pada sang pemuda berambut pirang. Galau karena [Name] secara terang-terangan menjauhinya, padahal sang pemuda berambut jelaga sudah membongkar afeksinya saat mereka jalan-jalan berdua.
"[Name], kau itu sebenarnya mau sampai kapan?" Tanya Kenma dengan ekspresi lelah.
"Apanya?" Jawab [Name] setengah bergumam.
"Menjauhi Kuroo, kau pikir aku tidak tahu?"
Mendengar itu, [Name] mengangkat kepalanya. Ekspresi gadis itu tampak terkejut, menatap Kenma yang tengah mendengus sebal.
"Tapi--tapi, aku kan--AARGH!"
Pemuda berambut puding kembali menghela nafas saat melihat gadis berambut coklat kemerahan itu mengacak rambutnya frustasi. Untung saja kantin sedang dalam keadaan sepi. Segelas ice lemon tea yang belum diminum milik Kenma disodorkan pada sang teman masa kecil.
Kenma tahu di dalam kepala gadis itu berisi pertanyaan menyangkut perasaan asing yang sebelumnya tak pernah diketahuinya. [Name] terlalu banyak memikirkannya sampai sang pemuda berambut pirang dapat melihat kepulan asap imajiner di atas kepala gadis bernetra coklat itu.
Mengeluarkan nintendo biru kesayangan, Kenma berujar dengan nada sebal, "Aku tak bisa membantu kalau kau tak mengatakan apapun masalahmu."
Mendengar itu, [Name] terdiam. Gadis berambut coklat kemerahan itu menyeruput ice lemon tea milik Kenma, sambil memikirkan cara menyampaikan masalahnya.
Namun selama sepuluh menit ia memutar otak, sang gadis [Lastname] tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaannya. [Name] mengerang kesal sambil memegang kedua sisi kepalanya frustasi.
"Hei katakan saja," seru Kenma kesal.
Pemuda itu harus bisa menyelesaikan masalah Kuroo dan [Name] hari ini. Ia sudah lelah dengan segala perilaku absurd kedua teman masa kecilnya. Yang satu gengsi menyatakan perasaannya dan berakhir berkode ria, yang satunya lagi sangat bodoh tentang asmara dan tidak peka.
Lebih baik Kenma tidak tidur karena pusing mengerjakan soal fisika daripada ikut pusing karena terlibat dalam masalah mereka.
Sang gadis berambut coklat kemerahan menghela nafas. Kepalanya ditidurkan di atas lipatan tangan, lalu mulai bergumam pelan.
"Kurasa aku mulai takut dengan Tetsurou-san," kata [Name].
Netra golden milik Kenma mengerjap bingung. Jari-jemarinya masih bergerak lincah memainkan nintendo. Ia melirik sebentar ke arah sang gadis yang duduk di hadapannya.
"Maksudmu?"
"Yah, seperti itu," kalimatnya dijeda beberapa detik. "Wajah Tetsurou-san jadi sering terbayang di otakku, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, dan ada beberapa perasaan yang tidak bisa kudefinisikan."
[Name] mengangkat wajahnya, kemudian menatap sang pemuda berambut pirang dengan serius.
"Itu artinya aku mulai takut dengannya kan? Apa ya namanya, paranoid? Rasanya seperti aku habis menonton film hantu dan scene menakutkannya terus berputar diotakku, membuat jantungku berdetak lebih kencang."
Kenma nyaris menjatuhkan nintendo birunya saat mendengar hipotesa absurd dari sang gadis manajer. Netra golden miliknya menatap [Name] dengan pandangan apa-kau-bercanda?
"Tunggu--apa jangan-jangan selama ini aku punya penyakit jantung?"
Mendengar celetukan yang semakin tak masuk akal dari gadis teman masa kecil membuat sang setter Nekoma menyadari kalau [Name] bersungguh-sungguh. Ekspresi serius tercetak jelas di wajah manisnya.
Terkadang Kenma merasa heran. Otak pintar sang gadis [Lastname] itu sebenarnya dikemanakan?
Sang pemuda berambut pirang menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Netranya kembali fokus pada layar nintendo.
"Itu bukan perasaan takut."
"Lalu apa? Aku sudah mencari beberapa gejala dan yang paling mendekati adalah rasa takut yang berlebihan dan sakit jantu--"
"Kau jatuh cinta pada Kuroo."
"Hah?"
Netra coklat mengerjap pelan. [Name] tercengang mendengar perkataan sang pemuda berambut puding. Mungkin telinganya sedang error. Ia pasti salah dengar.
"Kau tadi bilang apa?" Tanya sang gadis.
Kenma menghela nafas, "Kau menyukainya. Kau jatuh cinta padanya," ucapnya.
"Aku--pada Tetsurou-san?" Perkataan gadis itu terputus-putus, ia mengerjap tak percaya. Kenma mengangguk.
"Setiap kali kau berpapasan dengan Kuroo wajahmu memerah. Kau merona. Lalu kau bilang wajah Kuroo hampir selalu terbayang dibenakmu kan? Lalu jantungmu berdetak lebih cepat saat melihat Kuroo. Itu namanya jatuh cinta." Jelas Kenma.
Lima detik mencerna perkataan sang setter klub voli, wajah [Name] memanas. Gadis itu kembali menelungkupkan kepalanya, menyembunyikan wajah yang tersipu malu. Jantungnya berdetak dua kali lipat lebih kencang saat mengingat bayang-bayang Kuroo yang tengah memeluknya seminggu lalu.
"Setelah ini kau bicara saja dengannya. Aku lelah mendengar rengekan kalian berdua selama seminggu ini," saran Kenma.
.
.
.
Kaki jenjang [Name] berjalan di koridor yang sepi karena sudah lewat waktu pulang. Ia pergi ke arah ruang kelas Kuroo. Hari ini, pemuda berambut jelaga itu memiliki jadwal piket. Sang gadis berambut coklat kemerahan berinisiatif untuk meminta maaf pada kapten voli.
Setelah Kenma menasehatinya, pemuda itu gantian mengkritik cara kekanakannya yang menjauhi Kuroo tanpa sebab. [Name] akui, seminggu terakhir ini ia sangat tidak becus menjadi manajer karena sibuk menghindar. Permainan Kuroo juga menjadi sedikit kacau karena banyak pikiran dan itu mempengaruhi tim mereka.
[Name] menghela nafas saat ia sudah berdiri di depan pintu kelas Kuroo. Mempersiapkan diri untuk kembali bertatap muka dengan sang teman masa kecil. Pintu geser diketuk pelan sebelum dibuka.
"Tetsurou-san?" Panggilnya sambil melihat ke dalam ruangan.
Pemuda sang pemilik nama menoleh, kemudian mengerjapkan netra hazel-nya, terkejut dengan kehadiran sang gadis berambut coklat kemerahan. Kuroo menghentikan aktivitas membersihkan whiteboard. Pemuda itu menghampiri [Name].
"Ng... ada apa?" Tanya Kuroo sambil memegang tengkuknya canggung.
Mengabaikan pertanyaan sang pemuda berambut jelaga, netra coklat menilik ke dalam ruangan kelas Kuroo yang tampak kosong.
"Kau piket sendirian?" Tanya [Name]. Kuroo menggeleng.
"Yang lain sudah selesai duluan. Tinggal bagianku saja."
"Mau kubantu?"
Mendengar tawaran [Name], Kuroo menyeringai jahil. Rasa canggung hilang seketika.
"Memangnya kau sampai?" Tanyanya sambil menunjuk area papan tulis bagian atas yang belum dibersihkan.
[Name] memukul lengan Kuroo dengan kencang karena kesal. Gadis itu menggerutu pelan, sedangkan sang kapten voli malah terkekeh senang.
Pemuda berambut jelaga masuk kembali ke dalam kelasnya diikuti oleh [Name]. Tangan Kuroo bergerak cepat membersihkan whiteboard. Tak mau membuat sang pujaan hati menunggu lama.
"Tumben sekali kau kemari. Kupikir kau akan pulang dengan Kenma seperti biasanya," kata Kuroo sambil membereskan peralatan kebersihannya.
"Uh, ada yang ingin kukatakan padamu," ucap [Name] sambil mengalihkan pandangan.
"Oh ya?"
"Uhm... aku mau minta maaf karena menjauhimu dan tidak melakukan tugas sebagai manajer dengan benar."
Tangan Kuroo yang sedang memasukkan sapu ke dalam lemari sapu terhenti selama beberapa detik. Ia mengangguk paham.
"Tidak masalah. Tapi, apa aku boleh tahu kenapa kau menghindariku?"
Kuroo berjalan ke arah tempat duduknya, merapikan barang-barangnya tanpa menoleh ke arah sang gadis teman masa kecil. Tak menyadari rona merah yang mulai menjalar di wajah [Name].
Pemuda itu menghampiri [Name] yang sedang berdiri di depan pintu kelas. Sedikit merasa kesal karena pertanyaannya tidak dijawab. Padahal Kuroo sudah pusing tujuh keliling memikirkan kesalahan yang mungkin ia perbuat.
"Kau tidak mau menjawabnya? Aku ada salah padamu ya?" Ulang Kuroo.
"Bu-bukan!!"
[Name] menggeleng dengan cepat. Gadis itu menunduk, menyembunyikan wajah dengan untaian poninya.
"Lalu apa?"
"I-itu, aku... uhm--"
Kuroo menghela nafas. Pemuda itu mengelus puncak kepala [Name]. Tidak jadi menanyakan hal tersebut jika membuat gadis berambut coklat kemerahan itu terganggu.
"Tidak apa. Tak perlu kau katakan kalau kau tidak mau," ujar Kuroo.
[Name] tersentak. Gadis itu menggeleng keras. Benaknya mengulang kembali perkataan teman perempuannya yang sedang curhat masalah cinta beberapa bulan lalu.
Sang manajer klub voli itu mendongak. Iris coklatnya menatap lurus ke arah netra hazel Kuroo.
Ya ampun, kenapa [Name] baru menyadari kalau teman masa kecilnya ini tampan sekali!
Bibir mungil terbuka perlahan. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya memerah sempurna.
"A-aku suk--"
"T-tunggu, tunggu, tunggu dulu!"
Tangan Kuroo buru-buru menutup bibir [Name] saat otak jeniusnya berhasil menebak hal yang ingin dibicarakan gadis itu. Memotong kalimat sang manajer sambil menutup wajah tampannya dengan punggung tangan. Pemuda itu mengalihkan pandangannya.
"Se-sejak kapan?" Tanyanya gugup.
"Uhm, seminggu yang lalu," balas [Name]. Kuroo menatap gadis di hadapannya tak percaya.
"Kau mau menyatakannya padahal baru seminggu?"
[Name] memiringkan kepalanya beberapa derajat. Keningnya berkerut heran.
"Dulu teman-temanku bilang, kalau menyu--"
"Eh, heh!" Kuroo kembali membekap mulut [Name], "Ja-jangan katakan."
Gadis berambut kemerahan mulai kesal. Tangan Kuroo ditepis kencang. Kemudian [Name] memekik sebal.
"Mereka bilang harus segera dikatakan agar tidak menyesal!"
Kuroo tercengang mendengar perkataan sang gadis [Lastname]. Wajah [Name] tampak serius walaupun merona hebat. Melihat itu, sang pemuda berambut jelaga mendengus geli sebelum melepaskan kekehan pelan.
"Apa sih, kenapa malah tertawa?!" [Name] memukul-mukul lengan Kuroo--alibi menghilangkan rasa salah tingkah.
Kuroo menahan kedua tangan gadis itu, ia menghentikan tawanya. Kemudian tersenyum lembut.
Netra hazel menatap intens wajah manis sang gadis bernetra coklat. Mengagumi dalam diam, mengapresiasi keberanian [Name] yang sangat blak-blakan.
"Jangan katakan," ujar Kuroo. [Name] terdiam.
"Tetsurou-san... menolakku?" Tanya [Name] dengan ekspresi sedih.
Kedua pipi sang gadis [Lastname] dicubit kencang. Membuat sang korban mengaduh kesakitan.
"Biar aku yang mengatakannya duluan."
"Hah?"
Senyuman pemuda itu mengembang di wajah tampannya. Dengan satu tarikan nafas, Kuroo berujar pelan.
"Aku sudah lama menyukaimu. Apa kau mau menerimaku sebagai pacarmu?"
K--Aii: bYE WORLD 😭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro