4
Bokuto Koutarou--Dia yang memiliki mood swing parah
Gadis berambut coklat itu berlari menuju gymnasium dengan tergesa-gesa. Tidak peduli dengan aturan untuk tidak berlarian di koridor. Toh, sekolah sudah sepi. Hanya tersisa beberapa murid yang mengikuti ekstrakulikular.
Panggilan dari temannya—Shirofuku Yukie beberapa saat lalu membuat [Name] khawatir. Mungkin menjadi hal biasa jika mood seorang Bokuto Koutarou naik-turun secara mendadak seperti roller coaster. Tapi laporan dari Shirofuku mengatakan bahwa Bokuto sedang berada di mood terburuknya.
"Kou-chan!" Pekiknya saat memasuki gymnasium.
"Ah, [Name]-chan!"
Shirofuku melambaikan tangannya. Kemudian menunjuk Bokuto yang sedang menundukkan kepalanya dan duduk pada bench di pojok ruangan. [Name] mengangguk. Tetapi ia memilih untuk menghampiri kedua gadis yang menjadi manajer tim voli itu lebih dulu.
"Apa yang terjadi padanya?" Tanya [Name].
"Ah, Konoha-san kelepasan bicara kalau Akaashi-kun sakit karena Bokuto-san mengajaknya latihan sampai larut. Akaashi-kun jadi harus menerobos hujan karena rumahnya lumayan jauh," penjelasan dari Suzumeda Kaori membuat [Name] mengangguk paham.
"[Last Name], maaf kan aku. Kau jadi harus buru-buru datang ke sini," kata Konoha menyesal. [Name] mengibaskan tangannya.
"Tidak apa-apa. Lagipula tidak sengaja. Bukan salahmu kok," kata gadis berambut coklat itu.
[Name] menghampiri Bokuto. Gadis itu berhenti tepat dihadapan Bokuto. Lalu berlutut guna melihat raut wajah pemuda bernetra gold tersebut. Bokuto bahkan tidak sadar dengan kehadiran gadis teman masa kecilnya itu.
"Kou-chan," panggilnya pelan.
Mengetahui Bokuto tidak merespon, [Name] memanggilnya lagi dengan suara yang lebih keras. Membuat pemuda berambut dwiwarna tersentak kaget.
"Kau kenapa?" Tanya [Name].
Sang pemuda menggeleng. Kemudian memalingkan wajahnya dengan bibir sedikit mengerucut. [Name] menghela nafas. Gadis itu kembali berdiri.
"Kau yakin tidak mau latihan dengan semangat seperti biasa?" Tanya [Name].
"Bagaimana aku bisa latihan? aku sudah membuat Akaashi sakit!" Balas Bokuto.
[Name] terdiam sebentar, memikirkan cara untuk membuat pemuda dihadapannya kembali bersemangat. Bokuto tampak sangat merasa bersalah. Menghela nafas, gadis itu mengotak-atik ponselnya. Nomor ber-display name Akaashi Keiji di dial.
"Ah, halo Akaashi-kun. Maaf mengganggu waktu istirahatmu,"
"Iya tidak apa-apa, [Last Name]-san. Ada perlu apa menelponku?" Samar-samar [Name] bisa mendengar suara serak Akaashi.
"Kou-chan menyalahkan dirinya sendiri karena membuatmu sakit. Aku akan mencoba menghiburnya. Tapi sejak dulu, rasa bersalah Kou-chan memang sulit dihilangkan. Dia bahkan tidak sadar aku sedang menelponmu, padahal aku berdiri tepat didepannya. Aku akan membiarkan telpon ini tersambung. Tolong bantu aku ya?"
"...baiklah," Akaashi terdiam sebentar sebelum menjawab.
Pemuda itu bisa membayangkan wajah kusut kaptennya itu. Harusnya [Name] bisa mengatasi mood swing Bokuto sendirian. Tapi kalau sampai meminta bantuan darinya, kakak kelasnya yang satu itu pasti memang sedang kesulitan.
"Kou-chan, Akaashi-kun menemanimu latihan kemarin untuk membuatmu menjadi lebih hebat. Makanya ia rela pulang larut denganmu," kata [Name].
Gadis berambut coklat itu kembali berlutut dihadapan Bokuto. Namun sang pemuda tetap mengalihkan pandangannya. Enggan menatap sang teman kecil yang mencoba menghiburnya.
"Tapi aku membuatnya sakit! Akaashi pasti marah padaku!! Bagaimana kalau dia keluar dari tim voli?! Dia pasti kecewa padaku!!"
"Tolong aktifkan speaker-nya, [Last Name]-san,"
"Oke," icon speaker di tekan.
"Aku tidak marah, Bokuto-san. Lagipula saat itu kita tidak tahu kalau hujan akan turun. Aku tidak kecewa padamu. Aku juga tidak akan keluar dari klub voli,"
Suara Akaashi Keiji dari seberang telpon membuat Bokuto menengadah, menatap terkejut [Name] yang sedang tersenyum sambil memperlihatkan layar ponselnya yang sedang tersambung dengan ponsel Akaashi. Wakil kapten tim Fukurodani itu terdiam sebentar. Tidak adanya respon dari kapten volinya membuat pemuda itu meneruskan kalimatnya.
"Jadi seperti kata [Last Name]-san. Spike-lah bola sebanyak mungkin agar latihan kita kemarin menjadi tidak sia-sia,"
Bokuto mengerjapkan matanya. Kemudian tersenyum lebar. Ia berteriak dengan semangat sambil mengepalkan tangannya.
"HEY, HEY, HEEYY!!! AYO KITA MULAI LAGI LATIHANNYA!!" kata Bokuto sambil memasuki area lapangan.
Speaker dinon-aktifkan. Ponsel kembali ditempel ke telinga. Gadis itu duduk ditempat yang tadi diduduki Bokuto.
"Terima kasih, Akaashi-kun. Aku terbantu," kata [Name].
"Sama-sama. Pasti berat untukmu menghibur Bokuto-san sejak kecil,"
Mendengar itu, [Name] terkekeh pelan. Gadis itu menatap punggung tegap Bokuto yang sedang me-receive bola. Kemudia memukul keras bola voli yang di toss oleh Anahori Shuuichi—setter kelas 1 mereka. Suara dentuman bola terdengar memenuhi ruangan. Diikuti oleh suara tawa sang Ace Fukurodani.
"Tidak juga. Aku cukup terbiasa. Lagipula masih banyak orang yang bisa membantuku menghiburnya. Jadi aku sama sekali tidak merasa kerepotan,"
"Benar juga,"
"Kututup ya? Jaga kesehatanmu agar bisa menemani Kou-chan latihan," [Name] kembali tertawa pelan.
"Terima kasih atas perhatiannya, [Last Name]-san," dengan begitu panggilannya terputus.
[Name] tidak perlu khawatir Bokuto akan murung berhari-hari seperti waktu di sekolah sadar. Karena gadis berambut coklat itu sangat yakin kalau teman-teman setimnya tidak akan membiarkan Bokuto seperti itu.
"[NAME]!! KAU LIHAT SPIKE-KU BARUSAN?" Tanya Bokuto sambil melambaikan tangannya. Gadis itu membalasnya dengan senyuman tipis dan mengangguk.
"Uhm! Hebat sekali, Kou-chan!"
~~~
K--Aii : ...aku nggak tau gimana cara mendeskripsikan mood swing Bokuto. Tapi seorang Bokuto Koutarou tanpa mood swing, aku nggak bisa bayangin :"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro