Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Bokuto Koutarou—The One That You Love

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Gadis bernetra coklat itu menguncir rambutnya. Ia mengenakan kemeja biru yang dilipat 3/4 lengan, dengan rok merah sepanjang lutut. Kemudian berjalan ke arah pintu gerbang. Menutupnya perlahan, [Name] mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang.

Display name Shinakata Kazuya di-dial. Sambil berjalan ke arah stasiun, gadis itu mencoba menghubungi pemuda berambut keunguan. Kalau bukan karena keperluan festival sekolah, [Name] pasti tidak akan mau bangun sepagi ini di hari minggu. Ia bahkan menolak ajakan jogging dari teman masa kecilnya.

"Halo?"

Suara serak khas bangun tidur terdengar. Perempatan imajer muncul pada kepala sang gadis berambut coklat. Dengan kesal, ia berbicara pada orang di seberang.

"Kau memaksaku sampai di stasiun jam setengah delapan dan kau baru bangun? Kazuya-kun, aku akan langsung pulang jika kau tidak ada di sana tepat saat aku sampai,"

Bunyi gerasak-gerusuk terdengar. Tampaknya teman sekelasnya baru ingat jika mereka memiliki janji. [Name] menghela nafas pelan saat mendengar permintaan maaf pemuda berambut keunguan.

"Cepatlah," kata gadis itu. Sambungan terputus.

[Name] melangkahkan kakinya lebih cepat menuju stasiun. Tidak merasa terganggu dengan udara dingin yang berhembus di pagi hari. Sekitar sepuluh menit kemudian, netra coklatnya menangkap figur Kazuya yang sedang duduk sambil terengah-engah.

"Ayo cepat," kata gadis berambut coklat. Menaiki gerbong kereta mendahului Kazuya.

"Kau itu, aku berlari agar sampai duluan, kau tahu!"

"Oh,"

"Bukan 'oh'!" Gerutuan pemuda keunguan sama sekali tidak digubris.

Netra coklat mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Mengamati hiruk-pikuk kota Tokyo. Merasa diabaikan, Kazuya melambaikan tangannya tepat di depan wajah [Name].

"Kau membawa daftar belanjaannya kan?" Tanya pemuda itu. [Name] mengangguk.

Setelah sampai di supermarket tujuan, kertas bertuliskan bahan makanan dirobek menjadi dua. Kazuya menerimanya dengan kening berkerut.

"Kau cari yang bagian ini. Aku cari yang ini. Kita bertemu lagi di depan kasir," kata [Name].

"Oke," keduanya berpisah.

Mereka singgah di taman terdekat setelah berbelanja. Kazuya pergi ke toilet umum sekalian membeli minuman, sedangkan [Name] duduk di bangku taman sambil mengecek belanjaan mereka. Memastikan tidak ada yang kurang. Tangannya mencorat-coret kertas tersebut. Menghitung total belanjaan dari tiga toko berbeda.

"Wah, aku tidak tahu ada gadis cantik yang pergi ke sini sendirian,"

Netra coklat membulat. [Name] menengadah, mendapati figur dua orang berpakaian serampangan yang sedang berdiri tepat dihadapannya. Gadis tersebut berdiri dari duduknya. Memasukkan nota, kertas, dan pensil ke dalam kantong plastik dengan asal, kemudian bersiap pergi sampai dihadang salah satu pria.

"Jangan pergi dulu, bagaimana kalau bermain bersama kami?"

"Tenang, kami pasti menjagamu,"

Tubuh [Name] bergetar ketakutan saat melihat mereka mendekat. Suaranya tercekat. Cengkraman pada dua kantung plastik dipererat. Batinnya berteriak minta tolong. Suasana taman memang cukup sepi karena sudah menjelang siang hari. Dan Kazuya juga tidak akan kembali dengan cepat—mengingat ia baru saja pergi lima menit.

[Name] menunduk, menghindari tatapan seringai kedua preman jalanan. Gadis berambut coklat itu menutup matanya erat saat tangan salah satu pria terjulur ke arahnya. Namun kembali membuka mata saat mendengar dentuman keras.

Sang preman sudah jatuh ke tanah. [Name] menatap kaget ke arah punggung seorang Bokuto Koutarou yang tengah mengangkat tinjunya. Pemuda itu berdiri tepat di depan [Name], menutupi pandangan para preman tersebut. Netranya menatap tajam ke arah pria yang hendak menyentuh sang gadis.

"SIALAN!!" Pria satunya mengumpat sambil melayangkan tinjunya. Mengenai tepat ujung bibir pemuda berambut dwiwarna.

"Kou-chan!!" Pekik [Name] terkejut saat melihat darah pada wajah bokuto.

Pemuda berambut dwiwarna itu terhuyung. Jujur saja, meski sudah sering memukul dan terhantam bola voli, Bokuto memang tidak ada apa-apanya di bidang bela diri. Kerah pemuda jabrik di tarik keras. Bokuto meringis.

"KOU-CHAN!!" Gadis berambut coklat mulai panik.

"Ahaha... ternyata kau lemah seka—"

"PAK POLISI, ITU DI TAMAN SANA!! AKU MELIHAT PERKELAHIAN!!"

Mendengar seruan laki-laki, kedua preman itu mendecih. Kemudian meninggalkan taman tersebut setelah menghempaskan Bokuto sampai ia terjatuh di tanah. [Name] berlutut di hadapan sang pemuda.

"Kou-chan, kau tidak apa-apa?" Tanya gadis itu khawatir.

Bokuto terkekeh, namun berakhir meringis saat luka pada ujung bibirnya ikut tertarik. Kazuya—laki-laki yang tadi berteriak segera menghampiri keduanya.

"Kau baik-baik saj—"

Perkataan pemuda berambut keunguan terhenti karena Bokuto berdiri dan langsung mencengkram kerah pemuda itu. Netra gold-nya menatap Kazuya tajam.

"Kenapa kau meninggalkan [Name] saat sedang berkencan?! Apa kau tidak tahu seberapa berbahayanya Tokyo?! Kau sama sekali tidak pantas menjadi pacarnya!!"

Netra ungu mengerjap pelan. Begitu juga dengan netra coklat. Menyadari sesuatu, wajah sang gadis bersemu merah. Sedangkan Kazuya tertawa keras. Dengan kening yang berkerut kesal, Bokuto menguatkan cengkramannya.

"KENAPA KAU TERTAWA?!"

"Oh, maaf-maaf. Sepertinya kau salah paham, Bokuto," cengkraman dilepaskan.

[Name] sudah menunduk malu. Menyembunyikan wajah merona di balik poninya. Bokuto menatap Kazuya dengan ekspresi heran. Namun sang pemuda berambut keunguan malah kembali tertawa geli.

"Aku tidak pernah menyukai [Name]. Kami tidak berkencan. Lagipula, aku sudah memiliki orang yang kusukai," kata Kazuya sambil mengusap air pada sudut matanya.

Pemuda itu terkekeh pelan saat melihat ekspresi bodoh sang ace kebanggaan Fukurodani. Tangan Kazuya menepuk-nepuk pelan pundak Bokuto. Kemudian mengambil alih dua plastik belanjaan yang dibawa [Name].

"Biar aku yang menyerahkan belanjaan ini ke ketua kelas. Kalian jalan-jalan saja sana, Daah!" Pemuda keunguan itu berjalan meninggalkan kedua sejoli itu.

Beberapa detik terdiam, Bokuto mengusap tengkuknya dengan canggung. Kemudian berbalik menghadap ke arah sang gadis berambut coklat. Pemuda jabrik tiba-tiba melepaskan tawanya. Menghindari suasana awkward yang disebabkan oleh kesalahpahamannya.

"Maaf, sepertinya aku salah paham," kata Bokuto. [Name] menggeleng pelan.

"Tidak apa-apa," netra coklat terfokus pada luka pada sudut bibir Bokuto. "Kou-chan ayo ikut aku,"

Gadis itu menarik pergelangan Bokuto, melangkah ke arah minimarket. [Name] membeli beberapa obat luka. Lalu duduk di sebelah sang teman masa kecil di salah satu bangku minimarket.

[Name] mengeluarkan kasa, meneteskan sedikit alkohol, kemudian membersihkan luka di wajah Bokuto. Sang pemuda jabrik meringis, bergerak menjauhi kasa tersebut. Namun dagunya ditahan oleh tangan [Name].

"Sebentar, Kou-chan," kata gadis itu. 

Netra coklat menatap intens ke arah luka. Membersihkannya dengan hati-hati dan sepelan mungkin. Sampai tidak menyadari bahwa wajahnya hanya terpaut tidak sampai tiga puluh senti dengan wajah Bokuto.

Sedangkan netra gold tampak menikmati wajah khawatir milik gadis berambut coklat. Mata coklat yang terlihat berbinar, hidung yang tidak terlalu mancung, garis rahang yang tajam, serta bibir mungil se-pink wild hibiscus.

Sejak kapan [Name] terlihat secantik ini?

Ah, tidak. [Fullname] memang terlihat manis sejak kecil. Hanya saja Bokuto baru menyadarinya sekarang.

Bahwa jantungnya selalu berdetak lebih kencang saat [Name] merada dalam jarak pandangnya. Wajah sang pemuda bersemu samar. [Name] menempelkan plaster pada luka tersebut. Kemudian netranya beralih pada netra gold milik teman masa kecilnya.

Wajah sang gadis langsung merona hebat saat menyadari jaraknya dengan Bokuto. Dengan cepat menarik tangan kirinya dari dagu pemuda berambut dwiwarna. Namun ditahan oleh sang kapten voli.

"Kou...-chan?" Tanya [Name] pelan, menghindari kegugupan.

Gadis berambut coklat menunduk, mengalihkan pandangan ke arah ujung sepatunya. Berusaha menghilangkan sensasi panas di paras manisnya. [Name] tidak kuat kalau harus melihat wajah Bokuto sedekat ini. Cengkraman pada pergelangan tangan sang gadis dipererat.

"...suka..."

Netra coklat membulat. Dengan cepat, [Name] menengadah. Mengamati ekspresi serius milik sang teman masa kecil yang sudah lama ia sukai. Bokuto tersenyum tipis—ekspresi yang amat sangat jarang diperlihatkan, mengingat pemuda ini selalu tampak antusias.

Angin berhembus pelan. Menerpa wajah kedua insan yang tengah mengagumi paras satu sama lain. Keduanya mengabaikan atensi orang-orang yang sedang berlalu lalang.

[Name] bertanya dalam hati, inikah rasanya dunia seakan milik berdua?

Karena baik [Name] ataupun Bokuto, keduanya tampak tidak mau mengalihkan pandangannya satu sama lain. Netra gold terkunci pada netra coklat, begitu pun sebaliknya. Pemuda jabrik melebarkan senyumnya.

"Aku menyukaimu, [Fullname]!!"

~Fin~

K--Aii : Oke, tarik nafaaas, hembuskaann... Fyuuh...

ASTAGA KAU KAWAII SEKALI KOU!!

Ahem, oke. Akhirnya selesaaaiiii *tebar bunga* sebenernya aku nggak tau ini nge-feel atau nggak. Tapi ya udahlah, aku kepikirannya endingnya kayak gini.

Makasih banyak yang udah ngikutin sampai siniii. Menerima ke-OOC-an yang mungkin ada di ff ini. Thank you very muuucchhh ♡♡ *sini peluk satu-satu*

Yang selanjutnya mungkin Oikawa Tooru ver. Info selanjutnya di extra chap ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro