Gak Bapak Gak Anak Sama Aja
Flashback
Mechamato sedang bertarung melawan robot jahat di kota, namun karna robot tersebut sangatlah kuat Mechamato pun terlempar karna serangannya dan menabrak tembok dengan keras
Amato meringis kesakitan dan mulai bimbang dengan cara mengalahkannya
Seketika robot itu akan menyerang Mechamato kembali, namun karena masih kesakitan mereka tidak sempat untuk menghindar namun...
*GREP*
*BRAK*
"Mechamato! kalian tidak papa kan?!"
Mechabot dan Amato terkejut, seorang lelaki remaja seusia Amato baru saja mendorong mereka untuk menghindar dari serangan robot tadi
Mechabot mengangguk sementara Amato seketika memerah melihat lelaki tersebut berada di atasnya
"k-kami baik - baik saja.. terima kasih banya- AWAS!!"
Amato dengan sigap memeluk lelaki tadi lalu berguling kesamping untuk menghindari pukulan robot tersebut
Gulingan tadi berakhir dengan Amato masih memeluk lelaki itu menghadap kesamping "kamu baik - baik saja? Ada yang terluka??"
Lelaki yang masih dipeluk oleh sang adiwira dengan menghadap ke arah wajahnya langsung memerah seketika dan menggeleng "t-tidak.. aku aman, terima kasih"
Menyadari posisi mereka yang sangat tidak senonoh di publik mereka pun melepaskan satu sama lain dan berdiri kembali
"Mechanize dengan ini untuk melawan robot itu" Ucap lelaki itu memberikan 2 galon kepadanya
Amato menerima kedua galon itu lalu mendapat ide "Mechabot... Mechanize!!"
dia pun mulai mechanize mereka menjadi tembakan dan lanjut melawan hingga robot tersebut tertangkap
Setelah menang, Amato melihat kesekeliling seperti mencari sesuatu, Mechabot pun terheran "kamu mencari apa?"
"Aku mencari laki - laki tadi.." jawab Amato kecewa, dia mencari lelaki tadi yang telah membantunya dan ingin berterimakasih namun orang itu tidak terlihat sama sekali
Keesokan harinya disekolah Amato sedang mengobrol dengan teman - temannya yang bukan lain adalah Mara, Pian dan Deep disekolah
Mereka sedang asyik bercanda ketika seorang laki - laki seumuran dengan Amato datang menghampirinya
"permisi.. kau Amato kan?"
Amato menengok ke arah lelaki tersebut dan dalam seketika dia mengenalnya
"kau.. kau yang membantuku melawan robot kemarin kah?"
"Benar, perkenalkan aku Rian, kita sebenarnya tetanggaan, rumahku berada dibelakang rumah mu" jawab Rian memperkenalkan diri
"A-.. i-iya, senang berkenalan denganmu.. terimakasih sudah membantuku kemarin" ucap Amato
"Sama - sama, Aku selalu melihat berita tentang dirimu melalui koran dan televisi, bahkan aku juga beberapa kali melihat kau bertarung melawan robot - robot jahat" Kata Rian tersenyum
Mendengar itu Amato hanya menggaruk kepalanya sambil berpaling untuk menutupi wajahnya yang entah mengapa memerah
Rian mengeluarkan handphonenya "Oh iya, aku sudah lama ingin berkenalan denganmu, boleh aku minta nomor mu?"
Amato sedikit terkejut namun hanya mengangguk sembari tersenyum, Amato pun mengambil handphone Rian dan memasukan nomornya dan mengembalikannya "sudah"
"Nice, terima kasih ya.. aku harap kita bisa berteman dekat" kata Rian sambil mengedipkan matanya lalu beranjak pergi dari sana
Amato terdiam memerah, jantungnya berdebar dengan sangat kencang, bahkan dia hampir saja kehilangan keseimbangannya akibat hilang fokus
"Kau kenal Rian?" Tanya Mara
Amato pun tersadar dari lamunannya lalu menengok ke arah Mara dan menggeleng
"tidak, aku baru mengenalnya sekarang"
Mata Pian pun berbinar ke arah Amato
"Wah! Beruntung sekali kau Amato! Rian itu siswa yang terpandang di sekolah kita. Dia anak yang berprestasi, pintar, jago Public Speaking, anak basket terhandal, sering menang lomba. Tapi dia hampir tidak pernah mau berbicara dengan siapapun.. dan kau baru saja bertukar nomor handphone dengannya!!"
"Denger - denger dia juga orang kaya lhoo, kayak Pian hehe.." kata Deep
Mendengar itu Amato terheran - heran, jujur.. anak itu terlihat seperti lelaki biasa baginya
~• • • • • •♦• • • • • •~
Saat jam istirahat Amato berniat untuk pergi ke kantin dan menyusul teman - temannya yang sudah berada disana
namun ketika Amato menunduk di bawah meja untuk mengambil uang jajan di tas, dia dikejutkan dengan sepasang kaki berdiri didepan mejanya
Begitu dia kembali melihat ke atas, dia di kaget kan dengan Rian yang berada didepan wajahnya dan nyaris terjungkal ke belakang namun Rian dengan sigap menahan punggung Amato
"Kamu gak papa? Haha" tanya Rian sembari tertawa geli
Wajah Amato terkejut sekaligus merah "apa yang kau lakukan?!"
"Aku hanya menangkap mu, memangnya kau mau kau jatuh? Menurut Biologi bahaya lho kalo tulang belakang terbentur, terutama tulang ekor"
Amato pun tetap berusaha menjaga 'cool' nya dan hanya sekedar memutar bola matanya
"aku tahu, lagi pula aku juga sudah terbiasa bagian belakang ku terbentur sebagai superhero"
"Oh begitu kah?.." Tiba - tiba Rian melingkarkan lengannya yang menahan punggung Amato pada pinggang Amato lembut
hal ini membuat Amato salting seketika
"Kalau bagian belakangmu dibenturkan oleh ku sama sakitnya gak?~" ucap Rian sembari berkedip dan tersenyum memancing
Mendengar perkataan Rian, Amato semakin memerah dan mendorong Rian pelan "d-diamlah kau! Apa - apaan maksudmu begitu?!"
Rian pun mengangkat dagu Amato pelan "Aaww, sang adiwira Mechamato ini bisa salting juga ternyata.. lucu juga"
Amato pun menepis pelan tangan Rian dan beranjak jalan menuju keluar kelas "Sudahlah..! Aku ingin menyusul teman - temanku ke kantin, aku lapar"
"Kalo gitu, makan bareng aku yuk" ajak Rian merangkul Amato tiba - tiba
"Tidak usah. Kau makanlah bersama dengan anak - anak yang memiliki gelar sempurna sama sepertimu itu" jawab Amato ketus
"Aku lelah dengan istilah gelar itu.. lagi pula aku kan ingin mengenalimu, boleh kan?? Ayolahh" pinta Rian memelas
Amato akhirnya menghela nafas pasrah dan mengangguk, melihat jawaban Amato. Rian pun senang dan mereka berjalan menuju kantin
Setelah dari kantin Rian mengajak Amato untuk makan di taman belakang sekolah, disana mereka pun mulai mengobrol dan berkenalan sambil makan
~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~ • ~
Suatu hari sekolah mengadakan lomba basket antar kelas dan tentu saja salah satu peserta tersebut adalah Rian, dia yang mewakili kelasnya
Amato duduk di bangku sambil melihat pertandingan tersebut, meski dia tidak terlalu tertarik dengan basket tapi dia ingin melihat semahir apa Rian ini dalam permainan bola tersebut
ketika tim Rian bermain, Amato sangat terkesima dengan kelincahan dan kemampuan Rian dalam menggiring bola dan cara dia melemparkan bolanya dengan sempurna
Rian mengusap keringat pada dahinya dan kembali ke posisi siap dengan wajah serius, melihat ini jantung Amato berdegup kencang
's-sialan.. kenapa sih anak itu terlalu tampan?!' Fikirnya
Rian melihat Amato yang sedang menontonnya sambil duduk di bangku, Rian tersenyum menawan lalu mengedipkan mata kearahnya dari kejauhan. Amato kaget dan semburat pink pun kembali muncul pada pipinya dan dia berpaling
Akhirnya kelas Rian pun yang menjadi juara 1 sementara kelas Amato menempati juara ketiga
Setelah selesai pertandingan, Amato menghampiri Rian yang sedang duduk di rumput lapangan sekolah sambil beristirahat
"Oi.." panggilnya singkat
Rian menengok dan tersenyum melihat Amato "oh hai, gimana tadi? Keren gak aku mainnya?"
Amato tersenyum menyindir "mau aku bilang iya.. nanti kamu ke ge'er an"
Amato memberikan botol minum berisi minuman Koko Tok Aba
"Minum lho. Jangan sampai dehidrasi" ucap Amato dengan wajah tegasnya
Rian tersenyum miring "Wah wah, peduli juga kamu terhadap ku ya? Lucu tahu kalo kamu perhatian sambil muka tegas gitu" kata Rian sambil tertawa geli
Amato bisa merasakan pipinya mulai sedikit memanas dan berbalik badan membelakangi Rian "m-memangnya salah kalau aku perhatian? Kan wajar-"
"Iya iya memang wajar" Rian pun meminum Koko itu namun memasang wajah heran "Amato? Ini gak manis Koko nya"
Mendengar itu Amato pun kembali menghadap ke arah Rian "hah? Masa sih?? Perasaan udah ku kasih gula"
Rian lanjut meminum Koko itu namun matanya sambil melihat ke arah Amato yang terlihat heran itu lalu ketika dia berhenti minum dia kembali tersenyum
"Gak jadi deh, ngeliat muka kamu udah langsung manis"
kata - kata Rian tadi membuat Amato lengah, jantungnya berdebar dengan sangat cepat dan wajahnya semerah tomat
Dengan cepat Amato memakai tudung kepala hoodienya untuk menutupi wajahnya "A-APA - APAAN SIH-"
Rian tersenyum kemenangan dan melanjutkan "Udah dong gemesnya.. nanti aku diabetes nih liat kamu terus"
"t-..t-tau dah! Mending aku ke temen - temenku.. ngomong - ngomong.. selamat udah juara." Amato yang masih salting itu pun berjalan pergi sementara Rian tertawa geli melihatnya
.
.
.
.
Pada saat hari pembagian nilai ujian, Amato menggaruk kepalanya heran melihat kertas ujian di tangannya yang memiliki nilai 75 itu
Amato menghela nafas pasrah "Ya sudahlah.. yang penting gak dibawah KKM.. kalau sampai nilaiku di bawah kkm umi dan aba pasti marah"
Saat jam istirahat Amato pergi ke toilet untuk mencuci tangannya sebelum makan
Namun saat sedang mencuci tangan, dia mendengar seseorang terisak dari salah satu stall toilet
Amato mematikan keran air lalu mendekati stall tersebut "halo?.. ada siapa disana? Kamu gak papa?.."
"A-Amato?.."
Mendengar suara itu, Amato langsung mengenalnya
"Rian? Kamu kenapa!? Kamu gak papa kan?!"
"A-Aku Tidak apa - apa.. hiks.. sungguh.."
"Bicaralah padaku.. jangan memendam perasaan mu begitu.. aku disini kalau kamu butuh teman bicara.."
Rian tidak menjawab, Amato hampir di buat khawatir olehnya namun lega ketika pintu stall di buka
Air mata masih mengalir deras dari mata Rian yang mulai merah
Amato masuk ke dalam stall dan menutupnya kembali "jadi?.. mengapa kau menangis?"
Rian memberikan kertas ujiannya, saat Amato melihatnya kertas itu memiliki nilai 75 sama sepertinya
"Aku takut.. orang tuaku akan marah ketika mereka melihat kertas ujian ku ini.. hiks, aku tidak terlalu pandai dalam pelajaran seni.. aku sudah belajar sebisa ku namun aku masih saja tidak bisa menjawabnya! Hiks"
Amato memegang kedua pipi Rian lalu mengusapkan air matanya dengan kedua jempolnya lembut sembari tersenyum lembut
"Tidak apa - apa Rian.. yang terpenting adalah kamu sudah berusaha.. kamu mengerjakan dengan jujur dan ini adalah nilai murni mu.. kamu tidak harus selalu bisa dalam semua hal, semua orang ada batas kemampuannya masing - masing"
Mendengar itu Rian seketika tenang dan berhenti menangis, Amato memeluk Rian sambil mengusap punggung temannya itu
Rian tersentak sejenak lalu membalas pelukan itu erat, jujur Amato merasa sedikit sesak tapi gak papa deh, asal Rian tenang
"Mending makan dulu yuk? Aku jajanin hari ini, okei??" Amato bertanya dengan senyumnya yang ceria
Rian tertawa geli melihatnya "tidak usah, aku bawa bekal kok"
Amato lalu menarik tangan Rian keluar toilet "kalo gitu ayok buruan ambil terus kita makan di taman kayak biasa"
Rian yang ditarik pun menggeleng tersenyum "Iya iya pelan - pelan dong haha, oh iya kamu dapat nilai berapa?"
"75 juga hehehe" Amato terkekeh
Rian memutar bola matanya malas "Sialan kau memang rambut ubanan"
"Yang penting gak di bawah kkm" kata Amato mencoba membela diri
.
.
.
.
.
Hari demi hari berlalu, Amato dan Rian semakin sering hangout bersama didalam dan diluar sekolah, sesekali mereka juga belajar bersama dan main ke rumah satu sama lain, pada masa inilah Rian dapat bertemu Mechabot secara langsung
Suatu malam, Mechabot telah tertidur lelap sedangkan Amato melamun di kamarnya memikirkan sesuatu...
"Ish! Kenapa aku tidak bisa berhenti memikirkan dirinya..? Bahkan setiap kali kita baru saja berpisah sebentar aku sudah mulai memikirkannya, bagaimana dia tertawa, tersenyum, leluconnya yang lucu. Apalagi kalau dia sedang mode serius atau marah, tatapannya itu.. s-sangat..-"
Seketika Amato teringat bahwa Rian pernah cemburu ketika dia berbicara dengan teman perempuan sekelasnya
Rian seketika melakukan kabedon pada Amato di belakang sekolah dan menanyakan hubungan Amato dengan murid tadi dengan tatapan penuh kecemburuan.
Amato mencoba menjelaskan bahwa mereka hanyalah teman sekelas yang membahas soal kerja kelompok namun dia kesulitan karena dia sudah terlanjur dibuat salting berat oleh Rian
Mengingat hal itu Amato mendadak salah tingkah lalu menutup mulutnya dengan tangannya namun karna terlanjur salting diapun kehilangan keseimbangannya lalu menabrak tembok dibelakangnya dengan jantung yang berdebar kencang dan wajah yang memerah "t-tsk.. ada apa denganku ini?!.."
"Kau hanya memiliki perasaan terhadapnya, itu saja.."
Amato terkejut dan menengok ke arah pintu untuk melihat Aba berdiri disana sambil tersenyum, Amato terkejut mengetahui Aba-nya mendengar curhatannya dan lebih terkejut lagi mendengar jawaban dari sang ayah
"P-Perasaan?.. maksud aba, Amato menyukai....-" belum sempat Amato melanjutkan kata - katanya, Aba sudah mengangguk pelan
Amato memakai tudung kepala berwarna biru nya untuk menyembunyikan wajah malunya yang merah itu, Aba menghampirinya lalu mengelus kepala Amato yang tertutup tudung itu "sudah tidak usah malu, suka itu wajar kok"
.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya saat jam pulang sekolah, Rian meminta Amato untuk menemuinya di gudang sekolah, jujur Amato sangat kebingungan karena diantara semua tempat untuk hangout dia memilih gudang?
Namun Amato tetap meng-iyakan dan pergi kesana. Saat masuk kedalam, Rian mendekatinya lalu mulai berbicara
"Amato.. sebenarnya aku sudah lama ingin mengatakan ini, tapi rasanya sedikit aneh jika aku mengatakan hal ini jika kita saja belum terlalu saling mengenal, kita sudah hampir 3 bulan lebih berteman dan.. a-aku mengagumi dirimu sejak sebelum kita bertemu, aku mengagumimu sebagai superhero Mechamato.. itulah mengapa aku mendekatimu.. lalu sejak kita berteman, aku mulai melihat dirimu yang sebenarnya, mengenali dirimu yang sesungguhnya.. saat kau sedang tidak menjadi superhero.. aku tak dapat menahannya, itu lah mengapa aku memanggilmu kesini.. untuk mengatakan..
aku menyukaimu Amato.."
Amato terkejut bukan main, dia bingung dengan yang dia rasakan saat ini.. senang, terkejut, bingung, salting semua menjadi satu saat ini
Namun setelah beberapa saat Amato pun memerah lucu dan wajahnya berusaha untuk tetap tegas "a-aku juga menyukaimu b-bodoh.."
Rian ikut terkejut.. sang adiwira ini juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya. Tanpa meragukan lagi Rian berjalan mendekati Amato lalu mencium bibirnya
Amato tersentak. Dia tidak menyangka bahwa kecupan pertamanya telah diambil oleh seorang lelaki di gudang sekolah namun perlahan dia pun membalasnya lembut
Rian mulai memperganas tautannya dan perlahan mendorong Amato ke tembok, Amato tidak melawan dan hanya membiarkannya..
Amato kemudian melingkarkan kedua lengannya pada leher Rian dan membuka mulutnya untuk memberi lidah Rian ruang
Rian tersenyum dalam tautan tersebut lalu memeluk pinggang Amato mesra dan terus melanjutkan
"Mmh~!.." sang adiwira yang mulai kehabisan oksigen pun menepuk pundak Rian pelan
Rian faham lalu tautan manis itu pun terlepas, Amato menutup wajahnya malu sementara Rian hanya tersenyum sembari tertawa manis melihatnya
Dia lalu memeluk Amato sambil mengelus lembut rambut tebal adiwira tersebut, Amato yang masih malu membalas pelukannya lucu
"comel lah awak ni.. tak larat ke nak sambung? Haha.."
"Baik kau senyap sebelum aku tembak kau dengan kuasa mechanize."
"Erk-!? Ahaha..- Ye lah ye lah.."
Pada masa inilah Amato dan Rian meresmikan hubungan mereka berdua, tetapi mereka setuju untuk tidak memberitahukan siapapun jadi hubungan mereka memang lah hubungan rahasia (tapi ortu mereka tahu sih-)
Tentunya hal ini tidaklah mudah, tidak sekali mereka nyaris ketahuan dalam memiliki hubungan
.
.
.
.
Suatu saat Amato dan Rian sedang mengerjakan tugas sekolah bersama di rumah Rian, atau lebih tepatnya di kamar Rian.
Rian saat ini pusing dengan Amato yang cukup susah untuk memahami pelajaran meski sudah berulang kali di jelaskan kembali namun masih saja dirinya tidak faham
Amato masih berusaha untuk menghitung rumus di buku tulis. Dia menjulurkan ujung lidahnya keluar kebingungan
hal ini membuat Rian teralihkan dengan penampilan Amato yang cukup menggemaskan tersebut apalagi lidahnya yang keluar seperti itu dan matanya yang membulat gemas
Rian pun memegang dagu Amato dan membuat wajah Amato berhadapan dengannya, Amato terkejut dan memerah "a-ada apa Rian?"
Tanpa peringatan Rian langsung mencium bibir Amato ganas, Amato yang kaget hanya bisa diam dan belum sempat dia membalas ciuman tersebut Rian sudah melepaskan tautan tersebut lalu menjilati bibirnya sendiri dengan penuh nafsu
jantung Amato berdegup kencang melihatnya "R-Rian..-"
Kemudian Rian menggendong Amato dan merebahkannya ke kasur dan menahannya di atas sehingga Amato tetap berada di bawahnya, lalu dia memegang kedua tangan Amato dan mengangkatnya ke atas kepala sang adiwira tersebut
"ah! Kau terlalu menggodaku dengan wajahmu yang menggemaskan itu.. sayang banget kalo di sia - siain kayak gini"
Amato benar - benar terkejut dengan yang dilakukan Rian ini dan semakin memerah, Rian pun berbisik pada telinga Amato "karena kau tidak faham-faham dengan pembelajaran rumus tadi, aku akan menghukum mu.. tenang aku jamin kau akan suka hukuman satu ini"
Rian mulai mencium leher Amato lembut dan tangannya meraba tubuh Amato didalam Hoodienya, "ngh~! R-Rian..~"
Rian pun berhenti sejenak lalu menatap mata Amato lekat "jadi? Apa aku mendapat izinmu Mechamato?"
Amato yang faham dengan maksud Rian pun meng-iyakannya saja dengan tatapan sayu
namun yang Amato tidak ketahui adalah apa yang akan dilakukan Rian selanjutnya akan membuatnya tidak bisa berjalan selama 3 hari penuh
"R-Rian tunggu dulu!.. uhm.. t-tolong, pelan - pelan ya?"
"sudah pasti aku akan pelan - pelan.. tidak mungkin aku tega menyakitimu, oh iya. Kamu dilarang menutup mulut atau menahan suaramu ya. Aku ingin mendengarnya"
"IH CURANG-!"
.
.
.
.
.
.
Dan malangnya Amato, besoknya dia terpaksa harus menghadapi robot jahat baru di kota, alhasil Amato masih sakit - sakitan sedikit terutama pada bagian pinggang dan.. you know lah-
tapi untungnya robot tersebut berhasil ditangkap dan Amato pun tumbang terduduk di lantai
"Kau ini kenapa sih? Dari tadi kayaknya sakit - sakitan" tanya Mechabot
Mechabot pun un-mechanize dirinya dari Amato, namun Amato tetap meringis kesakitan sambil meraba pinggang dan pahanya
"amato! Kamu gak papa?!" Tanya Rian menghampiri Amato karena khawatir
Amato menatap Rian malas "ini gara - gara kamu tau gak! Baru pertama kali udah asal main brutal aja.. sakit tahu"
Rian tersenyum remeh "aku itu udah pelan.. Siapa yang sampai terlalu menikmati lalu meracau dan minta dipercepat tempo? ketagihan main 2 kali lalu langsung tumbang"
Amato memerah malu, Rian tertawa lagi "iya deh maaf aku salah, lain kali aku akan pelan - pelan"
Mechabot yang mendengar perkataan Rian tadi pun terkekeh "hohoho~ aib Amato nih, lumayaann"
.
.
.
.
.
.
Amato dan Rian mati - matian memperjuangkan hubungan mereka namun.. malangnya saat mereka menduduki bangku SMA seseorang telah mengetahui hubungan mereka berdua dan menyebar luaskannya ke sekolah
akibat berita tersebut tersebar, banyak siswa yang mulai mengolok - olok Amato juga Rian
ini bisa berakibat fatal untuk Amato sebagai seorang superhero.. bila berita tersebut tersebar sampai keluar sekolah dirinya tidak akan lagi dilihat sebagai wira
pada saat inilah Amato dan Rian memutuskan untuk terpaksa mengakhiri hubungan mereka dan bertingkah seolah - olah mereka tidak mengenali satu sama lain demi menghentikan penindasan terhadap mereka juga untuk memberhentikan berita hubungan mereka semakin tersebar luas
Dan ternyata benar, semenjak mereka tidak pernah saling contact lagi penindasan terhadap mereka perlahan mulai semakin berkurang
Mereka berdua pun mulai berfikir, jika masa SMA saja mereka sudah di perlakukan seperti ini, apalagi nanti saat mereka memasuki dunia dewasa?
Ditambah lagi, Amato mendapat berita bahwa Rian mendapatkan beasiswa di Prancis.. yang artinya mereka akan berpisah untuk waktu yang sangat sangat lama..
Sebangga - bangganya Amato terhadap Rian, dia juga sedih karena mengetahui mereka terpaksa harus berpisah..
setelah pemikiran dan perbincangan yang panjang dengan Rian.. dengan berat hati mereka memutuskan untuk benar - benar mengakhiri hubungan mereka berdua
.
.
.
.
Beberapa tahun kemudian, Amato bertemu dengan istrinya dan menikah dengannya, jujur saja.. Amato sangat mencintai istrinya..
dia bersyukur karena memiliki istri yang baik dan perhatian sepertinya, tapi di sisi lain dia juga masih merindukan Rian
Amato pernah menceritakan kepada istrinya pasal hubungannya dengan Rian dulu, istrinya sangat terkejut mengetahui ini namun beliau tetap mencintai suaminya apa adanya hingga akhirnya mereka memiliki anak laki - laki yang mereka beri nama BoBoiBoy
Ketika BoBoiBoy mulai masuk sekolah, Amato mendengar bahwa BoBoiBoy memiliki perasaan terhadap teman lelaki di sekolahnya
Amato khawatir BoBoiBoy akan mengalami derita yang sama dengannya dulu.. oleh karena itu Amato harus memaksa BoBoiBoy untuk menyukai perempuan, meski dia tidak tega untuk berperilaku keras terhadap putranya tapi dia tak ada pilihan lain
Yaa namanya juga bapak dan anak, pasti ada aja yang nurun
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro