Chapter 03. Rencana Rei-kun dan Rumah hantu
Title: I Hate You, I Love You
Author: Ika Rahmawati
Pair: RinLen /Lenku / KuroHimeka
Genre: Romance, misteri, gore and fantasy
Disclamir: Vocaloid (c) Cyprton future media, Yamaha Corportion.
.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Chapter 03. Rencana Rei-kun dan Rumah hantu
//Hari Minggu - Taman bermain //
"Kyaa sudah lama kita tidak kemari.."pekik gadis berambut hitam dengan girang, menarik-narik gadis berambut pirang memakai pita itu. "Rui-chan hati-hati.."tegur pemuda bersurai hitam itu menegur adik kembarnya.
"Kekanak-kanakan sekali.."cibir gadis berambut tosca itu mengandeng lengan pemuda pirang itu. "Diam kau Tosca."maki gadis berambut abu-abu itu dengan nada menusuk.
"Tei-chan kenapa kau marah.."seru gadis tosca itu heran karena, gadis itu sekarang slalu menghindarinya terus. "Bukan urusanmu.."ketus Gadis itu bergabung kearah gadis pirang dan hitam itu.
"Memangnya enak.."seru pemuda berambut hitam itu menenteng tas agak lumayan besar berisi makanan mereka.
"Nee.. aku mau cari makanan dulu."ucap gadis berambut bor dan di anggukan gadis berambut kesamping.
"Kalian bertiga mainlah duluan, aku mau simpan ini dulu."teriak Pemuda itu aka Rei kepada ketiga gadis itu yang sibuk melihat-lihat. "Baik Nii-san/ Rei-nii / Rei-kun."jawab mereka kompak.
"Kasihan kau sendirian.."hina Miku kepada Rei yang dapatkan dengusan pemuda itu.
"Lebih baik sendiri dari pada merebut kekasih orang lain."jawab Rei dengan menusuk, tangan Miku mengepal mendengarnya. "Apa katamu.."ucap Miku kesal. "Tenanglah Miku-chan.."bujuk Len pada kekasih barunya.
"Lebih baik kau bawa kekasihmu ini."ucap Rei datar menatap kedua orang itu dengan tanpa ekspersi. "Baiklah aku akan membawannya."balas Len sambil menarik Miku dari Rei. "Len-kun.. aku masih ingin berbicara padanya."ucap Miku pada Len
"Untuk apa? Apa kamu ingin menyakitinya.."tanya Len padannya.
"Ya, aku ingin menyakitinya karena dia merebutmu dariku.."jawab Miku
"Miku.. bukan sekarang aku ada disisimu.. apa lagi yang kurang Hah!!"ucap Len kesal
"Kau memang ada disisiku tapi hatimu masih untuknya."teriak Miku geram menatap 'Rin' penuh kebenciaan tengah bercanda kedua temannya itu. "Kau sungguh keterlaluan.. bukan kau bilang padaku? Berjanji tidak menyakitinya, dan sekarang.."ucap Len panjang lebar. "Len-kun dengarkan aku dulu."balas Miku
"Sudahlah.."balas Len berbalik pergi menuju teman-temannya, dan Miku mengejar Len tanpa disadari Rei menyeringai dari atas pohon.
"Hn.. waktunya baik untuk membalas mereka.."ucap Rei sambil menatap MiLen, lalu menatap Len. "Aku yakin kau akan kembali bukan.. tapi bukan saatnya, akanku pisahkan dirimu dari Hatsune-san."gumam Rei lalu menghilang entah kemana.
.
.
/Di tempat Rin, Rui dan Tei satu jam yang lalu/
"Ayolah kita masuk kesana.."bujuk Rui pada sahabatnya. "Boleh, tapi kita tunggu yang lain."balas Rin pada gadis berambut hitam itu.
Peluk!!
Tiba-tiba gadis pirang itu kaget saat gadis yang dulu naksir mantan pacarnya itu, tiba-tiba memeluknya membuatnya kebingungan. "Sukone-chan.."ucap Rin bingung.
"Sebentar saja.. aku memelukmu boleh."kata Tei lirih
Rin menatap Rui yang ikut menatapnya, dan gadis berambut hitam itu mengangguk pelan. "Baiklah kalau itu maumu."balas Rin
Setelah itu gadis berambut putih itu melepaskan pelukannya, dan tersenyum lirih padannya. "Kenapa kamu tidak cerita, jika kamu telah putus dengannya."tanya Tei
Rin mengeleng pelan. "Aku hanya ingin menyimpan seorang diri."jawab Rin
"Dengan menangis begitukah."lanjut Tei
"K-Kenapa kamu tau tentang itu, Sukone-chan."tanya Rin terkejut
"Panggil aku Tei-chan ok.. aku sudah tau semuannya."jawab Tei
"Pasti Nii-san yang memberi tau mu kan."tebak Rui padannya. "Ya begitulah."balas Tei
"Mulutnya ember sekali.. seharusnya dia tidak bilang begitu."kata Rui kesal.
"Sudah tidak apa-apa.. kok."ucap Rin
"Itu menurutmu Rin-chan, aku tau rasa sakit seperti itu."balas Tei dengan senyumannya. "Maaf aku tidak tau kalau Tei-chan menyukai Len-kun"lirih Rin dengan menuduk sedih.
"Itu sudah berlalu.. lagi pula aku kesal jika dirimu putus dengan Len-kun loh."celetuk Tei
"Eh kenapa bisa begitu."tanya Rui
"Tanyakan pada kakak bodohmu itu yang memaksaku."jawab Tei kesal dengan di hiasi merah-merah di pipinya.
"Apa terjadi sesuatu diantara kalian berdua."tanya Rin polos
"T-tidak ada kok.. dia hanya bilang. 'Aku akan membantumu menyiksanya.' "Jawab Tei pada Rin
"Aku tidak mengerti.."balas Rin
Rui mendengarnya lalu tertawa. "Jadi dia bilang begitu.."seru Rui heboh
"Ya.."jawab Tei
"Hahaha ini menarik.."tawa Rui
"Kamu pasti mengerti.. hanya perlu menunggu 'dia kembali padamu' "lanjut Tei lembut. "Baiklah.."jawab Rin
"Ah kita mau main apa.."lanjut Rin
"Jet coster gimana.."usul Tei sambil menujuk wahana yang di maksud. "Boleh lagi pula, Nii-sanku benci naik itu."seru Rui
"Baiklah aku akan mengantri untuk tiketnya ya."ujar Rin
Tei dan Rui mengangguk, Rin segera pergi ke penjual tiket.
"Ne, Tei-san.."ucap Rui tiba-tiba
"Apa.."saut Tei
"Kamu sudah tau semuannya."tanya Rui tiba-tiba. "Ya, dia memintaku membantu Rin-chan."jawab Tei melihat gadis pirang tengah mengantri itu.
"Lalu kamu bilang apa pada Nii-san."tanya Rui. "Aku menerima nya, lagi pula aku tidak suka gadis tosca yang slalu memasang topeng polosnya."ucap Tei menatap Miku tengah mengejar pemuda pirang itu. "Ingin sekali aku membunuhnya."lanjutnya dengan nada pelan. "Bukan cuman kamu saja, yang membenci gadis itu.. aku juga sangat membencinya
Melihat Rin-chan menangis saat tau kekasihnya selingkuh dan berciuman dengan gadis merupahkan sahabatnya sendiri."jeda Rui lalu menarik nafasnya.
"Aku ingin sekali menyiksanya kembali.. dan biar perlu dia menyesal seumur hidupnya."lanjut Rui .
"Rupannya kamu lebih kejam darikku ya."celetuk Tei tiba-tiba, Rui menyeringai mendengarnya. "Itu lah aku.. aku bisa melakukan apa pun untuk melindungi sahabat masa kecilku."kata Rui
"Lalu apa rencanamu.."tanya Tei padannya.
"Memisahkan Hatsune-san dan juga Kagamine-kun.."jawab Rui dengan senyuman sadisnya
"Aku punya ide tentang ini.."seru Tei padanya. "Apa itu.."lanjut Rui.
Tei membisiki sesuatu pada Rui membuat seringai mengerikan muncul dibibir gadis berambut hitam itu, membuat orang-orang disana bergedik ngeri. "Bagimana bagus kan."tanya Tei
"Agak sadis namun aku suka."jawab Rui
"Lagi pula gadis sialan itu pantas menerima nya."ucap Tei
Rui mengangguk pelan, lalu menatapnya Tei penuh minat. "Lalu Nii-sanku berkata apa lagi."seru Rui tiba-tiba, Tei tersentak mendengarnya. "Di-Dia boleh memanggil nama aslinyan.."jawab Tei gugup mengingat wajah Pemuda bersurai cokalat sempat ia tusuk itu. "Maksudnya."tanya Rui main-main menyeringai jail melihat raut menarik gadis yandere itu, tangan Tei menyentuh wajah Rui mengunakan tangannya guna menutupi wajah gadis kini menyeringai jail kearahnya. "J-jangan memasang wajah itu dasar bodoh."jerit Tei memerah
Rui yang ditutupi wajahnya hanya tertawa. "Tei-chan menyukai Nii-sannku."lanjut Rui membebaskan diri dari tangan maut, membuat gadis berambut abu-abu mendecih kesal. "Rui-chan..."teriak Tei padannya
"Wajahmu memerah manisnya..."seru Rui padannya mengambil ancang-ancang jika gadis berambut abu-abu itu mengejarnya.
"Rui-chaan.. jangan katakan itu."pekik Tei langsung mengejar Rui, yang terdahulu berlari sambil menjulurkan lidahnya.
"Eh.. mereka kenapa?"tanya Rin heran melihat tingkah konyol kedua temannya saling kejar-kejaran, dan menatap tiket yang dipegangnya. "Entalah manaku tau."saut suara yang dikenalnya sekaligus orang yang di benci oleh Rin. "Mau apa kau."tanya Rin ketus
"Aku hanya ingin kemari tidak boleh."tanya pemuda balik. "Ck.."ketus Rin ingin pergi dari sini untuk menghampiri kedua temannya saling lempar sesuatu yang bahaya. "Mau kemana boleh kan aku ikut."ucap Pemuda pirang itu
"Urusi saja kekasihmu itu.."balas Rin dingin hendak pergi namun tangannya di pegang oleh Pemuda pirang itu. "Kamu masih marah padaku ya."tanya Pemuda itu dengan lirih
"Memangnya kau siapa ya aku sekarang, dan buat apa aku marah padamu juga dia."jawab Rin mencoba melepaskan tangan Len yang memengangam tangan mungilnya.
"Kita butuh bicara."balas Len padannya
"Kita tidak butuh itu.."ucap Rin sambil menghentakan tangan Len dari Rin melihat, gadis tosca itu menghampiri mereka.
"Dia sudah menunggumu.. jangan menganggu diriku lagi."balas Rin
"Rin-chann.."panggil Len dengan lirih
"Len-kun kenapa kamu siapa si jalang ini.."tanya Miku dengan sinis kearah Rin, Rin menatap datar Miku.
"Miku-chan jaga bicaramu.."tegur Len tidak suka melihat gadis yang masih ia cintai di hina sepertimu. "Itu benar kok, dia mau merebutmu dariku bukan."sinis Miku pada Rin yang menghelang nafas terkejut
"Sudah selasai?"tanya seseorang di daerah belakang Miku, membuat sebelah twital toscanya ditarik dengan sadis. "Kyaa.."pekik Miku tiba-tiba merasakan tarikan pada rambutnya. "Dengar, gadis sepertimu tidak pantas bilang begitu pada Rin-chan mengerti."bentak seorang gadis berambut abu-abu menatap Miku penuh amarah.
"Tei-chan.."seru Rin terkejut melihat gadis berambut abu-abu tiba-tiba muncul itu, yang dipanggil hanya mengangguk pelan.
"Rui-chan bawa pergi Rin-chan biarkan, aku yang menyiksa gadis tidak tau diri ini."ucap Tei pada gadis berambut hitam itu. "Baiklah aku akan membawannya.."jawab Rui sambil menarik tangan Rin untuk pergi.
"T-Tunggu, aku masih ingin bicara padannya sialan."teriak Miku kasar meronta di cengkraman Tei yang cukup kuat. "Buat apa kau bicara padanya, untuk menyakitinya.. bahwa Len-kun hanya milikmu Hm.."ucap Tei pedas menatap tajam kearah Len yang mematung melihat gadis berambut pirang dibawa pergi.
"Dan untukmu, Len-kun aku tidak percaya ini!! Kamu sudah berjanji padaku bahwa dirimu akan menjaganya.. NAMUN APA SEKARANG HAH!!"teriak Tei marah mengabaikan tatapan orang-orang.
"Tei-chan.. aku.."lirih Len dirinya tidak bisa melakukan apa pun sekarang ini.
"Ouh.. lebih baik Rin-chan tak pernah mengenalmu, aku sangat menyesal tentang ini."kata Tei dengan sedih. "Tei-chan.."lirih Len melihat gadis berambut abu-abu itu menatapnya marah.
"Lepassskan aku brengsek.."teriak Miku yang kesal
Plaaak..
Tei menampar Miku dengan kuat membuat gadis tosca itu terlempar dengan kuat, membuat Len tersentak melihatnya tenaga Tei tidak bisa diremehkan. "Miku-chaan.."teriak Len melihat gadis tosca itu terlempar. "Dasar jalang perebut kekasih orang.."hina Tei
Pluk..
Sebuah dekapan hangat membuat Tei membeku seketika, dia tau siapa orang yang memeluknya sekarang apa lagi orang yang memeluknya membisiki kata-kata membuatnya tenang.
"Tenanglah.. dia sudah tidak berdaya, kamu tidak perlu menyiksanya lagi.."ucap Pemuda berambut cokalat diikat pony tail itu, menatap datar kearah gadis tosca itu.
"Lama tidak bertemu Miku-chan.."ucap Pemuda asing itu dengan dingin, lalu menatap Len dengan penuh minat.
"Ouh kamu pasti kekasihnya Miku-chan bukan."tanya Pemuda asing itu yang masih memeluk Tei.
"Asuka-kun.. maafkan aku"lirih Tei menuduk kepalanya, pemuda itu tersenyum lembut sambil mengelus rambut abu-abu Tei dengan sayang. "Daijoube, itu bukan salahmu.. kamu hanya terbawa emosi tadi."jawab Pemuda itu
"Maaf anda siapa?"tanya Len bingung karena pemuda itu mengenali, kekasihnya menatap horror kearah pemuda itu.
Pemuda itu menyeringai pelan lalu memeluk erat Tei yang enggan melepaskan pelukan pemuda itu, yang menurutnya sangat hangat. "Namaku Asuka Tachibana, aku mantan kekasihnya Miku Hatsune.."jawab Pemuda asing yang mengaku mantan kekasih dari gadis tosca itu.
Miku yang melihat mantan kekasihnya hanya terkejut bukan main, bukannya pemuda itu berada di inggirs selama ini.
"Kau mantannya Miku-chan.."tanya Len padannya. "Ya, ku dengar kau orang yang memutuskan Rin-chan bukan.."jawab dan tanya Pemuda itu.
"Kenapa kau tau tentang Rin-chan.."ucap Len padannya. "Asuka-kun adalah kakak dari Rin-chan.."potong Tei
"Itu benar Tei-chan.."balas Pemuda itu tersenyum palsu
"K-kenapa bisa.."tanya Miku kaget mencoba bangkit saat dirinya dihempaskan oleh Tei, berapa saat lalu.
"mudah saja.. aku memintanya tidak memberi taumu tentangku yang sesungguhnya."lanjut pemuda itu.
"Kenapa kau tidak bilang kau adalah kakaknya.. Hah!!"teriak Miku
"Eh!! Aku hanya mengetesmu saja.. lagi pula 'hijau adalah musuhku' dan apa yang dirimu lakukan padaku dulu."kata Pemuda
"Apa kau ingat, ne Miku-chan.."lanjutnya pelan
"Memangnya apa dia lakukan padamu.."tanya Len heran melihat tingkah kedua orang itu. "Kau akan tau nanti, Ouh iya yang dulu menelponmu bukan Rin-chan tapi aku."balas Pemuda itu
"..."
"..."
"Kau benar-benar menjijikan sekali? Miku-chan.. melakukan apa pun demi keinginan mu."ucap Tei pedas
"Umm.. untungnya aku sudah bebas darimu."cembooh pemuda itu
.
.
.
"Saa.. kalian harus mendapatkan nomer jika ingin masuk kedalam sana?"ujar petugas rumah hantu itu.
"Tumben banget ada undian nomernya."ucap Neru aneh melihat petugas berambut hitam memakai topi itu.
"Emangnya ini buat antri sembako ya."balas Rui aneh namun melihat petugas itu menatapnya, dengan ekor mata nya membuatnya tersenyum tipis.
'Saat nya beraksi..'batin Rui sambil mengambil nomer juga
"Kuharap aku bisa bersama Len-kun.."cembooh Miku sambil mengambil nomer undian.
"Terserah apa katamu bakaNegi."celetuk Tei yang ikut mengambil nomer.
"Kuharap aku tidak dengan si Sialan itu."ucap Rei ambil nomer
Ted, Gumi dan Teto juga mengambil nomer, kini giliran Len.
'Kuharap aku bisa bersama Rin-chan, walau sebentar.'batin Len
'Aku harap aku tidak bersama mereka berdua.'batin Rin
"Ayo buka nomer kalian"lanjut petugas itu.
"Haik.."balas semua yang disana.
"No 2, 4 dan 8"ucap petugas itu
"Itu kami.."kata Neru, Gumi dan Ted
"Ayo silahkan masuk.."ucap petugas itu membagikan senter kedua gadis itu.
"Asik aku bersama Len-kun.."pekik Miku sambil memeluk Len dengan erat, menatap Rin dengan mencembooh yang ditatap cuek bebek membuat Miku kesal.
"Rin sama siapa?"tanya Miku dengan nada menyindir. "Bersamaku kenapa!!"jawab Tei dengan nada pembunuh
"Ck!! Masa sama kamu sih ngk asik.."seru Miku
"Terserah ku harap setan yang berada disana, tidak membunuhmu."lanjut Tei
"Kejam sekali??"sindir Miku dengan memcembooh.
'Ok aku akan membalasmu di dalam.'batin Tei dengan mengangam pisau nya di saku rok nya.
"Kalian ribut sekali."ucap Rei dengan nada bosan.. "Imou.. ayo masuk ini giliran kita."ucap Rei lalu menatap Tei. 'Jangan melakukan sesuatu ya.'ucap Rei dengan lewat mata nya
'Bolehkan aku mengoresnya hanya sedikit. 'Pinta Tei
"Baiklah.. semoga yang terakhir selamat.."balas Rui yang mengikuti kakak kembarnya masuk.
"Ayo masuk Rin-chan.."kata Tei pada gadis pirang itu. "Ayoo tapi Tei-chan jangan jauh dariku ya."jawab Rin sedikit berbisik.
"Tenang saja.. aku tidak akan jauh darimu.."balas Tei sambil mengambil senter dan mengandeng tangan Rin.
"Ayo Len-kun saatnya kita masuk.."ujar Miku dengan semangat dan yang ditarik hanya pasrah. "Baik-baik.."jawab Len
Len mengambil senternya namun penjaga itu membisikinya sesuatu.
'Semoga dirimu mendapatkan gadismu kembali'
"Ada apa Len-kun.."tanya Miku heran melihat kekashinya terdiam membuat Len tersadar. "Bukan apa-apa.."jawab Len lalu mengangguk pada Miku.
Tidak melihat petugas itu menyeringai pelan.
.
.
Di tim Rei and Rui
Rui dan Rei tengah bersiap dengan rencana mereka tinggal menunggu gadis tosca itu masuk kedalam jebakan mereka.
"Khu... khu... tidak akan lama lagi, iya kan Nii-san."ucap salah gadis berambut cokalat yang diikat kesamping itu, menatap berapa orang yang masuk kedalam wahana rumah hantu ini dengan senyuman iblisnya itu.
"Oya.. oya.. (meniru gaya pria berambut nanas di random sebelah) aku membuatnya terpencar nantinya."jawab pemuda bersurai cokalat yang diikat pony tail itu dengan wajah menakutkan, gadis itu tertawa mendengarnya. "Hahaha.. ide gadis berambut abu-abu itu lumayan bagus, membuat keduanya berpencar.."salut gadis itu.
"Maa... dengan menukar nomer mereka, kedua orang itu tak akan tau bukan."balas pemuda itu sambil duduk disalah satu kursi berada disana.
"Tapi bukan terlalu menakutkan buat gadis ku sayangi itu."tanya gadis berambut cokalat itu dengan sedikit khawatir, dengan gadis pirang itu.
"Tenang saja pangerannya akan menyelamatkannya mengerti."jawab pemuda itu.
"Awas saja jangan membuat anakku menangis, Nii-san.."ancam gadis itu pada kakak kembarnya. "Santai saja, adikku yang bawel.."balas pemuda itu
"Ya sudah kita mulai permainan ini."lanjut pemuda itu yang di anggukin gadis itu.
.
.
Ditempat Tei dan Rin.
"Disini menyeramkan sekali.."cicit Rin sambil memengangi lengan Tei, sementara yang dipengang mengeleng kepala melihat tingkah gadis berpita putih tampak ketakutan itu. "Nama nya juga rumah hantu memang serem, Rin-chan.."jawab Tei pada gadis di sebelahnya.
"Tei-chan tau kan aku paling takut beginian.."kata Rin
"Lagi pula.. semua hantu yang ada disini itu cuman bohongan lagi pula mereka hanya orang-orang memakai make up."jelas Tei menyusuri lorongan gelap membuat Rin bergedik melihatnya. "Tei-chan tidak takut kah."tanya Rin padannya.
"Tidak.."jawab Tei pendek
"K-kenapa?"tanya Rin takut.
"Aku sudah terbiasa melihatnya.."jawab Tei santai.
Sampai mereka ditempat amat menyeremkan, membuat Rin bergetar.
"T-Tei-chan.."tanya Rin gugup, gadis berambut abu-abu itu menoleh kepalanya.
"Ya.."jawab Tei
"A-apa.. kamu memengang leherku ya.."tanya Rin takut bahkan wajahnya memucat seketika
Tei mengeleng pelan. "Tidak dari tadi aku memengangi tanganmu dan senter, kenapa?"jawab dan tanya Tei dan menengok kearah belakang Rin.
'Itu teralu serem, Asuka baka.'batin Tei sweat drop melihat sosok hantu memakai baju hijau dengan topi elf tengah menuduk kepalanya. "L-lalu siapa yang memengangi leherku.."lanjut Rin takut.
"Di b-belakangmu Rin-chan.."jawab Tei sambil menujuk sosok yang dimaksud Tei, membuat Rin menoleh.
Deg!!..
Mata biru milik Rin membulat dengan wajah pucat basi, membuatnya berkeringat dingin.
"Gyaaa.... Ben Drowend sungguhan..."teriak Rin tanpa sengaja melepaskan pegangan pada Tei terlepas, membuat gadis berambut pirang itu melarikan diri sangking takutnya.
Tei melihat gadis menghelang nafas sebelum menatap cemberut orang itu, sosok itu yang disangka Ben Drowend dari majora mask dilihat oleh gadis berambut pirang itu. Dengan cemberut.
"Kamu membuatnya ketakutan.. bodoh.."gerutu Tei kepada orang itu.
"Hahaha... maafkan aku."tawa sosok itu melepaskan topi nya dan samarannya.
"Tapi tidak apa-apa, lagi pula Len-kun juga terpisah dengan gadis tosca itu.. dan
Thanks ya.. Oliver-kun."ucap Tei pada sosok yang ternyata manusia itu, kini memakai topi nya kembali (yang berwarna biru putih) dan burung berwarna kuning hinggap dibahu nya.
"Sama-sama senang bisa membantu, Rin-chan.."jawab sosok itu yang ternyata seorang pemuda itu.
"Selanjutnya siapa?"tanya Tei pada pemuda menutup mata itu.
"Kaito-san dia berada ditempat ruangan rumah sakit sekarang tengah meneror juga."jawab pemuda bersurai pirang tengah membersihkan wajahnya itu.
"Kaito-san ikutan juga rupannya.."saut Tei bingung, Oliver mengangguk pelan
"Katannya sih mau balas dendam.."jawab Oliver.
"Ah baiklah aku tidak akan menanyakan itu.."ucap Tei
"Ayo kita ke rencana berikutnya."ajak Oliver
"Baiklah tapi ganti bajumu, entar ketauhan loh."ujar Tei. "Nantiku ganti.."jawab Oliver.
.
Di tempat Miku dan Len.
"Len-kun... disini menyeremkan sekali.."ucap Miku sambil memeluk Len dengan erat, yang di peluk menghelang nafas pelan dan melihat banyak sekali pintu ditempat mereka. "Tenang saja mereka cuman bohongan.."jawab Len pada Miku
"Tidak mau.. gimana kalau mereka muncul.."rengek Miku
"Wajar aja kalau mereka muncul.. bukan itu tugas mereka.."balas Len jenggah melihat kelakukan kekasihnya ini.
'Mending aku sama Rin, aku yakin dirinya tengah ketakutan..'batin Len yang tau sifat gadis berambut pirang itu.
'Bagimana dengannya ya.'batin Len
"Lagi pula aku kan ada Len-kun yang bisa menjagaku, toh biarin aja si pirang itu ketakutan.."cembooh Miku tidak menyandari bahwa kekasihnya sendiri juga berambut pirang.
💢💢💢💢
Terlihat perempetan siku-siku dikening Len, apa kekasihnya tidak sadar bahwa pemuda ini juga pirang.
"Miku-chan.. kamu tau bahwa aku pirang juga sama dengannya."ucap Len kesal membuat Miku meruntuki kebodohnya.
"T-tapi bukan Len-kun yang kumaksud kok!"sanggah Miku
"Lalu apa maksudmu dengan kata 'ketakutan' kamu pikir diriku takut begitu."tanya Len
"Len-kun bukan kamu yang kumaksud."balas Miku saat pemuda pirang melepaskan pegangan membuat gadis tosca tersentak.
"Terserah.."jawab Len melangkah lebih dulu mengabaikan gadis tosca itu mengerutu.
.
.
"Tempat ini seram sekali.."gerutu Miku menatap sekitarnya dengan kesal.
"Nama nya juga bekas rumah sakit.."jawab Len berada didepan tidak ingin bergandengan, karena dia masih kesal pada gadis berambut tosca itu.
"Len-kun jangan jauh-jauh dariku dong.."rengek Miku meminta pemuda pirang berada didepannya. "Cepatlah.. lagi pula tidak ada yang muncul."balas Len
"Kalau ada gimana.."tanya Miku pura-pura takut, agar pemuda pirang itu mengandengnya kembali.
"Ya, larilah."jawab Len polos
"Len-kuun menyebalkan.."balas Miku cemberut.
Namun terdengar suara ketukan berapa kali di tempat Miku dan Len, membuat kedua berbeda gender itu melihat apa yang mendekati mereka.
"L-Len..-kun, suara apa itu.."cicit Miku ketakutan melihat suliet bayang mendekati mereka. "Aku tidak tau itu.."jawab Len dengan keringat dingin merasakan suliet bayangan itu semakin mendekati mereka.
Terdengar suara pria terdengar samar dan semakin jelas.
'Kekasihku... dimana dirimu..'suara amat menyeramkan menyapa gendang telinga MiLen, membuat keduanya merinding dan suara sesuatu yang diseret.
"L-Len-kuun.. "ucap Miku takut dirinya tak jauh dari suara semakin lama semakin dekat. "Miku-chan... sebaiknya kita pergi dari sini.."saran Len.
'Kekasihku... apa kau berada disana..' suara itu terdengar kembali dan melihat sulietnya, membuat MiLen membeku melihat apa yang dilihat mereka.
"Kyaaa..."jerit Miku ketakutan melihat sosok yang tersamar oleh kegelapan, memperlihatkan wujudnya sementara Len membatu tak bergerak. "I-Itu terlalu menyeramkan.."kata Len dengan shock apa baru saja ia lihat bersama gadis tosca itu.
"Benarkah begitu.."kata Seseorang membuat Len tersentak dan menengok kebelakang dan membuatnya kembali membulat mata nya. Pemuda itu menatap terkejut seorang gadis berambut cokalat bermata oren tengah tersenyum seram padannya. "Halo.."ucap gadis menyeramkan itu dan memukul tengkuk Len dengan kasar membuat, pemuda pirang itu tak sadarkan diri dan membuatnya terjatuh kelantai.
"Kyaaa.. Len-kunn..."jerit Miku memanggil nama kekasihnya, namun tidak ada sautan dari pemuda pirang itu.
"Len-kunn jangan bercanda.. tolong aku.."pekik Miku melihat sosok menyeremkan itu mulai mendekatinya.
"..."
"Len-kunnn... tolong jawab aku.."ucap Miku mulai menangis ketakutan
"..."
'Kau berada disana, sayang aku segera datang untukmu..'suara dari sosok tengah menyeret kakinya dan tubuh berlumuran darah penuh luka dengan mata keluar satu mulai mendekatinya. Membuat gadis tosca menangis ketakutan membuatnya ingin kembali memanggil nama kekasihnya, saat dia menengok kearah pemuda pirang itu tak ada ditempatnya seolah pemuda itu lenyap begitu saja. "LEN-KUNN!! Di mana kamu"teriak Miku.
'Kekasihmu itu bukan dia tapi aku, sayangku...'jawab suara dekat telinga gadis berambut tosca itu, membuat Miku membeku tak bisa bergerak karena suara menyeremkan itu dekat sekali dengannya.
"Si-Siapa?"tanya Miku memberanikan diri menengok ke sumber suara itu, membuatnya kembali pucat pasi melihat sosok pria berlumuran darah dengan mata copot satu, tengah menyeringai kearahnya dan ditangan Pria itu memengangi sebuah pisau berdarah.
'Aku kekasihmu kan...!!'tanya sosok itu sambil memeringkan kepalanya sehingga, Miku bisa melihat tulang leher di pria itu.
"T-Tidak.. K-kau bukan ke-kekashimu.."jawab Miku mengeleng kepalanya dengan cepat, sosok di depannya sangat menyeremkan menurut-Miku.
'AKU.. KEKASIHMU...'bentak Sosok itu dengan menyeremkan dan mengarahkan pisau melemuran darah itu, menunju kearah Miku yang terbelalak kaget.
"AKHHHH!!!!"teriak Miku seketika saat pisau itu mau mengenainya, namun sosok itu menyeringai lebar dan memukul cukup kuat dengan gangang pisau berlumuran darah itu. Membuat gadis tosca itu langsung terkapar dengan kening berdarah.
.
.
.
Ditempat Rin sekarang.
Rin terus berlari tak tentu arah, melihat kejadian tadi barusan ia lihat membuatnya ketakutan dan berakhir berlari seperti ini.
"Hiks.. kenapa malah Ben drowend yang muncul.."tangis Rin saat larinya melambat saat dirinya berada disebuah pohon tempatnya istrirahat.
"Hiks.. ini terlalu seram hiks."isak Rin yang memiliki trauma saat masih kecil.
"Aku takut Hiks.."lirih Rin berjongkok sambil menutupi mata nya, tidak ada satupun bersamanya dia meninggalkan Tei-chan disebuah barang eltronik bekas.
"Hiks.. siapa pun tolong aku.."tangis Rin pecah sambil terisak pelan
//Akan ku kabulkan untukmu Rin..//
Tiba-tiba sesuatu terjatuh tak jauh dari Rin, membuat gadis berambut pirang itu terlonjat kaget. Dan melihat sosok yang terjatuh itu dibalik pohon, membuatnya mengintip pelan siapa yang terjatuh itu.
"L-Len-kun.."lirih Rin melihat pemuda pirang tak sadarkan diri dengan benjolan di kepalannya, membuat Rin melangkah kakinya pada mantan kekasihnya itu.
"Ouh kamu kekasihnya pemuda pirang itu."tanya Seorang wanita berambut hitam itu, menatap Rin dari bawah membuat Rin menengok keatas dan terlihat sipelaku pelemparan. "Nee-chan."seru Rin terkejut dengan mata berair melihat author kesayanganya muncul didunia mereka.
"Halo, Rin-chan "sapa wanita itu melompat kebawah dan mendekati Rin dan Len yang tak sadarkan diri. "Nee-chan kenapa ada disini.."tanya Rin bingung.
"Hanya mengerimkan pangeranmu, dan sepertinya aku terlempar kemari.."jawab wanita itu dengan mengerutu.
"Tapi dia bukan kekasihku lagi.."balas Rin
"Tapi kamu masih mencintainya bukan."tebak Wanita itu sambil menyerahkan kotak P3K pada Rin. "Obati dia karena dipukul cukup kuat loh"lanjut wanita itu, dan Rin menerima nya.
"Aku tidak tau.."lirih Rin
Wanita itu tersenyum lalu menghapus air mata mengalir di pipi Rin. "Kamu akan mengerti nanti Rin-chan.."ujar Wanita itu dengan lembut dan meranjak pergi.
"Nee-chan mau kemana."tanya Rin pada Authornya yang meninggalkannya.
"Mau cari Rei-kun.."jawab wanita itu dengan santai. "Di sengaja melemparku kemari.."lanjut wanita mendadak menghilang di hadapan Rin.
"Dasar muncul tiba-tiba, menghilang tiba-tiba.."ucap Rin mengerutu seketika terdiam. "K-kayak hantu dong.."lanjut Rin lagi lalu menatap pemuda pirang tak sadarkan diri itu. "Dan kenapa bisa, Nee-chan membawa Len-kun bersama nya apa si Miku ngk tau ya."tanya Rin lagi.
//Hanya Author dan mereka yang tau xP //
Rin menatap lirih pemuda yang masih di cintainya itu, membuatnya meneteskan air mata nya. "Kenapa..."lirih Rin
"Kenapa kamu melakukan ini padaku, Len.."tanya Rin kepada pemuda itu.
"Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, apa dirimu membenciku hiks.."isak Rin dengan lelehan air matannya.
"Kamu tau aku sangat membencimu.."lanjut Rin. "Aku benar-benar membencimu.."sambungnya lagi.
Saat Rin mengobati Len, muncul sosok menyeremkan tak jauh mereka membuat Rin ketakutan kembali. "Hiks.. kenapa dia muncul disaat seperti ini.."tanya Rin menangis. 'Haloo.. nona cantik..'ucap sosok itu berjalan menuju kearah Rin dengan memengangi tangannya berdarah.
"Hiks.. pergi menjauh dariku."isak Rin memeluk Len tanpa disadarinya.
'Ne.. kenapa kamu menangis!! 'tanya sosok itu memeringkan kepala nya, Rin mengeleng dengan cepat. 'Soukka..... 'lanjut sosok itu sekarang berada didepan Rin, membuat gadis itu memekik keras. "Gyaaa... hiks.."jerit Rin kencang membuat pemuda pirang yang tengah pingsan tersentak bangun. "Akh!! Apa yang terjadi.."ucap Len meringgis pelan pada tengkuk nya dan juga kepalanya. "Len.."isak gadis yang ingin ia dengar berada tak jauh darinya. Membuat pemuda pirang itu terkejut bukan main. "R-Rin.."ucap Pemuda itu terkejut.
Tanpa pikir panjang Rin segera memeluk Len sangking takutnya, membuat keduanya terjatuh Len merasa keheranan bukannya bersama gadis tosca dan bertemu sosok menyeremkan itu. Uhh!!! Len tidak mau mengingat wajah menyeremkan itu dan menatap sosok makhluk menyeremkan membuat Len sweat drop seketika. 'Jadi ini membuatnya memelukku'batin Len melihat gadis dicintainya memeluknya membuat Len tersenyum lembut. "Sst tenanglah dia tidak akan menyakitimu.."ucap Len pada Rin
"Hiks... dia menyeremkan.."isak Rin pelan
Len tersenyum mengucapkan rasa terima kasih pada sosok menyeremkan itu.
"Baiklah aku akan mencoba mengusirnya.."ucap Len mengelus pelan surai pirang gadis dicintainya itu, Rin mengangguk pelan tidak tau kalau dirinya memeluk orang paling ia benci.
Sosok yang diabaikan itu memutuskan meninggalkan mereka dengan seringainya dibibirnya.
"Hiks.."tangis Rin pelan memengangi bagian depan baju pemuda pirang itu.
"Sudah-sudah lagi pula hantunya sudah pergi."hibur Len
Rin mengintip pelan dan menyandari tindakannya, membuat dirinya melepaskan pelukannya dan membuang muka. "Aku tau.."jawab Rin ketus sambil menghapus air matanya.
Len menghelang nafas melihatnya sifat gadis pirang itu. "Lalu kenapa kamu memelukku.."tanya Len padannya mengabaikan benjolan kepalannya yang sama sekali ia tak mengerti.
"A-Aku hanya takut tau.."jawab Rin memalingkan kepalanya.
"Baiklah jika kamu tidak membutuhkanku maka aku akan pergi.."lanjut Len mulai berdiri, karena gadis pirang itu akan menolaknya sementara Rin membeku saat pemuda pirang itu akan meninggalkanya.
"Aku pergi dulu.."pamit Len pada Rin sampai
Huhuhuhu!!!!
"Jangan tinggalkan aku.."isak Rin kembali tanda gadis pirang itu masih ketakutan, dan memeluk punggung Len dengan erat membuat pemuda pirang itu terkejut bukan main lalu menghelang nafas pelan.
"Dasar kamu ini.."bisik Len pelan lalu berbalik dan mengandeng tangan kecil Rin, membuat gadis itu membeku.
"Apa yang kau lakukan.."tanya Rin
"Supaya kau tidak terlalu jauh dariku, apa lagi keadaanmu sekarang ini?"jawab Len kalem dan menutut Rin untuk meninggalkan tempat ini.
Rin menuduk pelan saat tangannya dingenggam oleh pemuda dibencinya, namun dirinya bisa membenci pemuda ini.
Dari kejauhan terlihat dua suliet berambut cokalat, tengah mengintai LenRin dengan senyuman yang dibibir mereka.
"Langkah pertama selasai kita perlu menunggu maaf dari Rin-chann"ucap suliet seorang gadis menatap LenRin tengah dikejar hantu. "Ya, lagi pula aku masih tidak menyukainya."balas suliet seorang pemuda. "Nii-san masih membencinya."tanya gadis itu.
"Ya, apa yang dia lakukan pada Rin-chan tidak bisaku maafkan."jawab pemuda itu
"Aku tau itu.. tapi kurasa pemuda pirang itu cukup menyesal.."balas gadis itu
.
.
TBC
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Halo pembaca setia "I Hate You and I Love you" bagimana kabar kalian!! Apa kalian suka dengan chapter ketiga ini '3')/
Semoga kalian suka ya!! Oh iya yang memengangi leher Rin adalah salah satu
Dari Creepy pasta, Ben Drowend dari Majora mask. Yang ternyata si unyu Oliver yang ikut menakuti atas perintahnya Tei-chan untuk membantu Rin mendapatkan Len kembali. Hohoho!!!
maaf jika chapter tiga ini kurang gergey ya!! Karena saya menulis di hp yang agak error nih? #curhatnianak
Sampai jumpah di chapter 04.
"Bisakah aku mendapat maaf darimu Rin-chan"
Ok sekian dariku..
Ika-nee
22-11-2018 / kamis
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro