Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

tiga [f]


02/10/2023
Part ini hanya sementara di Wattpad
Nanti akan dihapus lagi

Selengkapnya hanya ada di Karya Karsa

Silakan klik tautannya di bio profil atau wall akun ini

Terima kasih banyak 💙💙

Lima bulan sebelumnya ...

Farid tak pernah lepas memperhatikan wajah Nadia yang sedang tertidur dalam rengkuhannya. Setelah melewati sesi bercinta yang melambungkannya. Baru kali ini Farid bukan saja merasa puas, tapi benar-benar bahagia saat melakukan seks. Seakan surga sudah membukakan pintu untuknya. Baru tahu rasanya bercinta dengan orang yang dicintai ternyata bisa semenakjubkan ini. Farid yakin kalau tidak akan bisa melupakan ini semua.

Tubuh polos Nadia tertutup kemeja miliknya, yang ia pakaikan saat Nadia dengan cepatnya terlelap seusai mereka bercinta. Setidaknya membantu menutupi area tubuh yang tidak semestinya dibiarkan terbuka. Ia sendiri hanya bertelanjang dada.

Farid mengusap lembut rambut Nadia. Menatapnya penuh sayang. Andai saja Nadia bisa ia miliki, mungkin petualangannya sebagai 'pencari kenikmatan' akan berakhir. Mempunyai tempat untuk bersetia pada orang yang memegang kunci hatinya. Namun, itu semua hanya sebatas angan yang hanya bisa Farid bayangkan dalam imajinasi termustahilnya.

Ia melirik ke jam di pergelangan tangan. Sudah dua jam berlalu. Ia sengaja tidak mau memeriksa ponselnya yang pasti penuh dengan panggilan dan pesan dari Gisca. Kebersamaannya dengan Nadia saat ini jauh lebih penting dari apa pun. Melewati menit demi menit di dalam mobil yang masih menguarkan aroma seksual mereka.

Tubuh Nadia bergerak. Sepertinya akan terbangun. Kelopak mata Nadia terbuka, mengerjap beberapa kali, mengerutkan kening ketika melihat Farid yang tersenyum, kemudian barulah wanita itu menyadari sesuatu. Nadia segera mendorong tubuh Farid agar menjauhi dirinya. Raut wajahnya jelas-jelas menunjukkan panik.

"Sialan!" rutuk Nadia begitu tahu kalau tubuhnya juga tidak mengenakan apa-apa selain kemeja milik Farid. Sebelah tanganya tetap memegangi kemeja agar tidak melorot, seraya mencari-cari pakaiannya yang tercecer di mobil.

"Kamu tenang dulu, Nad." Farid mencoba menenangkan Nadia yang kelabakan memungut satu per satu pakaiannya, yang entah bagaimana ceritanya bisa terlempar hingga jok depan.

Nadia berdecak kesal sambil meloloskan kepalanya melewati lubang blouse. "Lupain apa yang sudah terjadi, Rid."

Farid tahu kalau semuanya akan kembali seperti semula. Seperti mimpi yang tidak akan pernah hadir lagi di lain hari. Namun, ada desakan dari hati untuk tidak menuntaskannya hanya sampai di sini. Hal yang terjadi di antara mereka berdua telah berhasil meninggalkan kesan mendalam baginya.

"Aku cinta sama kamu." Farid mengatakannya tanpa peduli akan efek yang terjadi berikutnya. Ia hanya ingin jujur tentang perasaannya. Sudah terlanjur basah. Lebih baik sekalian saja ia ungkapkan.

Gerakan tangan Nadia yang tadinya mau memakai celana jeans mendadak terhenti. Matanya membelalak kaget. "Kamu masih waras, kan, Rid?"

"Aku sadar sesadar-sadarnya, Nad. Aku sudah cinta sama kamu dari dulu," lugas Farid. Berharap Nadia memahami perasaannya. Tangannya terulur hendak menyentuh pundak Nadia, tapi segera ditepis.

"Gila kamu!" umpat Nadia, lalu lanjut memakai celananya. Mengabaikan pernyataan cinta Farid yang baginya terdengar sangat absurd.

"Aku nggak gila. Aku memang beneran cinta sama kamu."

"Bullshit!" Nadia marah. Sangat kontras dengan keadaan beberapa jam yang lalu. Di mana Nadia senang membiarkan Farid menyentuhnya.

"Kamu nggak bisa percaya sama aku?" Suara Farid terdengar sedih.

"Apa yang mau diharapin dari kamu, Rid? Aku nggak punya perasaan apa-apa sama kamu. Yang terjadi sama kita tadi itu kesalahan. Anggap aja ini cuma one night stand. Nggak ada yang lebih."

Farid mengembuskan napas. Dadanya disesaki kecewa. "Aku cuma pengin kamu tahu, kalau aku melakukannya pakai perasaan. Bukan cuma main-main aja."

Nadia tidak menggubris perkataan Farid, dan segera membuka pintu mobil begitu pakaiannya sudah melekat di badan.

"Lupain kejadian ini, Rid. Dan jangan pernah berharap apa-apa," tandas Nadia sebelum akhirnya keluar dari mobil. Meninggalkan Farid dengan rasa sedih menghunjam hatinya.

•••
 

"Jangan dibahas lagi," tandas Nadia saat melihat Sisil sudah berjalan kembali ke arah meja mereka.

Sayangnya, Farid tidak akan bisa semudah itu melupakan momen intimnya dengan Nadia. Ia bahkan masih bisa mengingat setiap sentuhannya pada tubuh Nadia. Merasakan permukaan kulitnya bersentuhan langsung dengan sang pemilik hati. Dan itu bukan sesuatu yang bisa disamakan dengan interaksi seksual biasa. Ia benar-benar melakukannya dengan ada cinta yang mengumpul dalam hati.

Walaupun akhirnya setelah Nadia sadar dari mabuknya, Farid harus menerima kenyataan. Nadia tidak akan pernah bisa dijangkau olehnya. Apalagi wanita tercintanya itu tidak bisa percaya

Beberapa saat sebelum Sisil mencapai meja mereka, Farid masih menggunakan kesempatannya untuk memuaskan diri melihat Nadia. Meskipun pandangan wanita itu telah beralih pada makan malamnya.

Sisil duduk di sebelah Farid. Meraih ponselnya yang tadi tidak ikut dibawa ke toilet, seraya melirik isi piring suaminya yang masih belum tersentuh. "Kok, belum dimakan?" tanyanya heran. "Nggak suka?"

"Ini baru mau aku makan," jawab Farid datar. Ia memegang sumpitnya, dan mulai melahap makanan yang terasa hambar di lidah. Indra pengecapnya seolah sedang tidak berfungsi.

Ada keheningan beberapa saat. Entah kenapa suasananya menjadi agak kaku. Sampai Sisil memecah kebisuan, dengan obrolan tentang rencana second honeymoon di kota Paris yang pernah mereka berdua diskusikan sebelumnya.

Menikmati momen romantis di sepanjang Sungai Seine, berfoto di Pont des Arts, juga tak ketinggalan rencana mengunjungi Jardin du Luxemburg. Sisil menceritakannya sambil sesekali mengusap rahang Farid, ataupun bergelayut mesra di lengannya.

Akan tetapi Farid malah merasa jengah. Ia tidak suka Nadia mendengar penuturan Sisil tentang banyak hal romantis yang bisa dilakukannya di sana.

"Yang seperti itu nggak usah diceritain. Lebih baik kamu habisin dulu aja makannya," tegur Farid tanpa melihat Sisil. Ia pura-pura fokus pada makanannya. Memasukkan potongan daging ke mulut, dan tidak perlu memberi penjelasan lagi kenapa ia sampai berkata seperti itu.

Sisil tampak kaget, tapi hanya sebentar saja. Wanita itu lalu tertawa kecil menanggapi teguran suaminya. Menganggapnya sebagai candaan yang tidak perlu diambil hati.

•••

Pertemuan Sisil dengan Nadia tidak berlangsung lama. Setelah makan malam mereka selesai, Nadia pamit pulang lebih dulu, beralasan sudah ada janji juga dengan orang lain. Tampak serba terburu-buru, tapi Sisil tidak bertanya lebih jauh mengenai situasi temannya yang sudah akrab sejak mereka kuliah. 

Sisil menoleh ke arah Farid, dan mendapatinya sedang memandang ke arah pintu keluar restoran. Sisil tak berkata apa-apa. Hanya diam memperhatikan suaminya yang entah sedang berpikir tentang apa. 

"Aku pergi duluan, ya," ujar Farid tiba-tiba. Langsung bangkit dari duduknya seolah sedang ada sesuatu yang mendesak.

"Kok, jadi buru-buru?" tanya Sisil. "Padahal aku mau ajak kamu sekalian nonton."

"Kita masih bisa besok nontonnya. Aku lupa ada berkas penting yang ketinggalan di kantor." Farid terlihat tidak sabar untuk bisa segera beranjak pergi. 

Sisil menemukan gelagat tak sabar tersebut, tapi ia tidak akan mencecar Farid dengan pertanyaan baru lagi.

"Oh, ya udah," Sisil tersenyum maklum sambil menanti kecupan di pipi yang biasa Farid berikan padanya sebelum pergi. Namun, pipinya hanya berbalas angin. Farid meninggalkannya begitu saja.

Sejenak ia terdiam menatap ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Setelah satu helaan napas panjang, tangannya terulur meraih ponsel. Dengan satu usapan ibu jari, layar ponselnya menyala. Menampilkan swafotonya bersama Farid yang ia pakai sebagai wallpaper.

Sisil lalu mengambil earphone dari tas, dan memasanganya pada lubang kecil di ponsel. Ada sesuatu yang harus ia dengarkan. Bukan lagu. 

Melainkan ....

"Tapi aku nggak pernah bisa lupa dengan malam itu."

"Stop ungkit-ungkit tentang itu lagi."

"Malam itu aku melakukannya sama kamu pakai cinta, Nad." 

....

....

Itu rekaman suara Farid dan Nadia.

Apa yang mereka lakukan?

Sisil terhenyak di kursi. Pundaknya merosot lunglai. Ia melepas earphone dan menutupi wajahnya dengan tangan. Ia memang sengaja meninggalkan ponselnya saat pergi ke toilet, dan merekamnya diam-diam. 

Tindakannya itu ia lakukan, karena Farid yang tiba-tiba menyusulnya. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang terjadi di antara mereka. 

Apalagi tatapan itu .... 

Suaminya tidak pernah menatapnya penuh cinta seperti yang dilakukannya tadi pada Nadia. 

Napas Sisil tercekat. Berjuang menahan tangis, tapi gagal. Bahunya berguncang. Lagi-lagi harus berakhir seperti ini. Perasaannya selalu saja kacau. 

•••☆•••

Selanjutnya masuk ke part 4 ❤

Jangan lupa like ya

Terima kasih banyak atas dukungannya 💙

Find me on Instagram @a.w_tyaswuri

 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro