Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(3) I am Your Man

Trio yang baru saja menyelesaikan perbincangan seputar perjanjian Sky Event Organizer dengan Zeus Hotel bersama Presiden Direktur Zeus Corp−ayah mertua Alvin−memilih kembali menjauhi keramaian pesta. Namun lengannya kembali ditarik oleh sang kakak, Udara Shuwan.

"Apalagi, Kak?" tanya Trio malas. Kakaknya jadi super mengatur belakangan ini.

"Mana Ify? Apa kalian nggak mau bertemu Papanya?"

Pelupuk Trio melebar seketika. "Kak Dara undang Leroy Axelle?!"

Tangan Dara mengeplak pipi kiri Trio dengan pelan. "Yang sopan sama mertua! Kalian tetap harus temui dia, bagaimanapun juga, kalian nggak akan bisa menikah kalau dulu dia nggak melakukan itu." Dara memandang Trio penuh arti.

Trio mengembuskan napas kencang sebelum berkata, "Malam pertamaku bisa berantakan kalau Ify bertemu Daddynya."

"Kamu ini kan prianya Ify! Kamu harus bisa membuat istrimu itu takluk! Pokoknya kakak mau kalian bertemu Leroy. Titik." Dara menerima Matahari yang baru saja tiba dengan digendong pengasuhnya dan pergi menjauh. Tak mempedulikan lagi betapa kusutnya wajah mempelai lelaki yang seharusnya hari ini berdiri menyambut tamu-tamunya dengan senyum merekah.

***

"Tapi nggak seharusnya Ify berduaan sama Alvin. Kalau Trio lihat−" Sania menghentikan ucapannya ketika mendapati Trio yang berjalan ke arahnya dan Agnes dengan tangan kanan di dalam saku celana.

"Ribut dah mereka, Nes! Lo sih nggak dengerin gue, harusnya mereka dipisahin tadi!"

"Siapa yang harusnya dipisahin?"

Agnes dan Sania membeku di tempatnya berdiri saat Trio berhenti tepat di depan mereka. Tak ada satu pun yang berani mengeluarkan suara karena pernikahan sahabatnya yang menjadi taruhan di sini.

"Kalian lihat Ify?" tanya Trio lagi ketika mendapati kedua anggota geng sisaan istrinya justru menatapnya dengan kagum tanpa henti. "Kalian lihat. Di mana?" kata Trio mencoba menarik kesimpulan dari gelagat aneh Agnes dan Sania.

"Lo percaya sama sahabat gue, kan?" ucap Agnes akhirnya, membuat mata Sania menyipit ke arahnya untuk melemparkan kode jangan-gila-Agnes!

"Iya. Jadi, kalian lihat Ify di mana? Dia sedang bersama siapa?"

"Alvin," jawab Agnes lugas, sementara Sania sudah merutuki temannya itu di dalam hati. "Gue sempet lihat Alvin nyamperin Ify. Jadi kesimpulannya sahabat gue nggak bermaksud untuk berduaan−"

"Thankyou." Trio langsung berjalan cepat ke arah Agnes dan Sania tadi datang. Sebelum apa pun yang Alvin lakukan dapat meracuni pikiran istrinya untuk melakukan tindakan yang tidak Trio inginkan. Sepertinya menceraikannya misalnya.

"Lo bego apa kelewat polos sih?" omel Sania pada Agnes tepat setelah Trio dirasa tak dapat mendengar perbincangan mereka.

"Cepet atau lambat, mereka harus menghadapi Alvin sebagai orang ketiga, kan?" balas Agnes cuek. "Gue tahu Trio cinta mati sama Ify. Jadi pernikahan mereka pasti baik-baik aja."

***

"Ify Shuwan." Panggilan Trio langsung membuat Ify dan Alvin menoleh ke arahnya bersamaan. Ify terlihat panik dengan memberikan sesuatu pada Alvin dan mengucapkan hal yang sangat ingin Trio ketahui. Jas yang menyampir di bahunya kemudian terlepas sebelum gadis itu berlari dengan rok yang tertiup angin.

"Rio... Aku bisa jelasin, ayo." Ify menyelipkan tangan kirinya di lengan kanan Trio, bermaksud mengajak lelaki itu pergi dari sana agar tidak tercipta keributan. Namun Trio justru bergeming di tempatnya dengan pandangan mata yang seakan bisa membunuh Alvin saat itu juga.

"Aku harus bicara−"

"Kamu cuma akan berantem nanti, percaya sama aku. Aku akan ceritain semuanya. Ayo." Ify kembali menarik lengan kanan Trio dengan tenaga ekstra.

Sadar kalau apa yang dikatakan Ify benar, Trio memilih mengalah dan meninggalkan lelaki brengsek itu di sana, sendirian.

"Kenapa kamu berduaan sama dia?" tanya Trio setelah mereka melangkah cukup jauh dari masa lalu istrinya yang amat-sangat menyebalkan itu. "Kamu nggak berniat untuk balikan, kan?"

"Kamu bercanda?" Ify memandang Trio heran. "Dia aja nggak pernah punya hubungan apa-apa sama aku selama lima belas tahun. Apa yang mau dikembalikan coba?"

Trio mengerucutkan bibirnya. "Tapi kamu pernah berharap banget sama dia, kan?"

"Kamu cemburu. Dan itu manis," kata Ify sambil mengeratkan tangannya di lengan kanan lelaki yang tengah merajuk. "Maafin aku, ya. Tadi aku cuma duduk cari udara segar trus tiba-tiba dia datang. Aku mau ngusir dia tapi..." Dia datang bawa foto Mommy.

"Tapi apa?" Trio menatap bingung Ify yang mendadak bergeming dengan mata menerawang. "Ify, i'm your man, just tell me."

Ify memandang Trio tanpa berkedip. Menerka-nerka apakah Trio akan baik-baik saja jika mengetahui bahwa Alvin dapat memberikan apa yang ingin Ify miliki, sementara tidak dapat suaminya berikan.

Dia tahu betul kalau Trio telah menyuruh detektif kepercayaannya untuk menyelidiki segala hal tentang Fifyana, ibu kandungnya, Mommynya. Tapi sayang, selain kisah mengenai sejarah pendidikan yang dilalui Mommy. Trio tak berhasil menemukan selembar foto pun yang dapat Ify simpan seumur hidupnya, untuk mengenang sosok wanita yang pernah dia benci begitu hebat namun ternyata sangat menyayangi Ify hingga akhir hayat.

"Ah, itu dia!" Suara Dara yang nyaring memecah lamunan Ify dan membuatnya menolehkan kepala, begitu juga dengan Trio.

Pelupuk Trio melebar, namun kepalanya refleks kembali berpaling untuk melihat ekspresi istrinya saat ini. Wajah wanitanya tampak begitu kaku dengan iris mata berkilat. Ify jelas tengah marah sekarang.

"Kenapa dia ke sini?" bisik Ify yang hanya dapat didengar Trio.

"Fy..."

"Kamu undang dia?" Ify mendongakkan kepalanya untuk menatap sang suami.

Belum sempat Trio menjawab, Dara telah berdiri di depan Ify dan dirinya saat ini dengan senyum merekah.

"Ify, Rio. Aku sengaja undang Om Leroy hari ini. Karena beliau tamu spesial, aku siapin ruangan khusus biar kalian bertiga bisa ngobrol." Dara menatap Ify yang sengaja membuang wajahnya ke arah lain. Menghindari tatapan Leroy yang terpukau dengan penampilan putrinya hari ini.

"Daddy kamu sudah bertemu Mamamu, Fy. Tinggal kamu yang belum bicara sama beliau. Yuk!" Dara baru saja hendak menggamit lengan kanan Ify, namun dia memundurkan dirinya dua langkah ke belakang. Menghindari Dara dan melepaskan tangannya dari lengan Trio.

"Aku harus ke toilet, permisi." Ify berjalan cepat menjauhi ketiga orang yang membeku di tempatnya. Tidak semudah itu. Jangan karena dia ayah kandungnya, Leroy bisa seenaknya. Dia telah membuang Ify dan Fifyana. Maka dia tak pantas untuk kembali dan menginginkannya sebagai seorang anak. Tak ada kesempatan kedua untuk orang yang telah melepaskan keluarganya begitu saja.

***

"Ya ampun!" Ify memegang dadanya ketika Trio menariknya ke dalam pelukan lelaki jangkung itu, saat Ify mengeluarkan kepalanya dari pintu toilet untuk melihat keadaan.

"Rio! Kamu tuh−" Seluruh omelan Ify yang siap meluncur dari bibirnya tertelan kembali ketika mendapati mata suaminya yang menatapnya tanpa berkedip. Kedua jendela hati lelaki itu seakan bicara padanya untuk berhenti melarikan diri dari kenyataan yang harus mereka hadapi saat ini.

"Aku nggak bisa, Rio. Jangan paksa aku." Ify menundukkan kepalanya, menghindari manik hitam Trio yang terus menuntutnya. "Aku selalu merasa bersalah sama Mommy kalau aku bersikap baik sama dia."

"Fy, kamu aja bisa bersikap baik sama Alvin. Kenapa sama Daddy kamu nggak bisa?" tanya Trio lembut. "Mereka berdua sama-sama meninggalkan kamu, kan? Harusnya kamu bisa kasih kesempatan yang sama untuk mereka, sebelum semuanya terlambat."

Terlambat... Lima belas tahun dengan dua puluh tiga tahun. Siapa yang sangat terlambat sebenarnya? Ify mendengkus sambil melepaskan dirinya dari pelukan Trio.

"Mungkin nggak ada kata terlambat untuk banyak hal. Tapi untuk aku dan dia, itu sudah sangat... terlambat." Kepala Ify perlahan terangkat dan menatap Trio tajam. "Rio, Alvin dan dia nggak bisa dibandingkan. Dan kalau kamu memakai pengalaman kamu dengan almarhum Papa untuk membuatku berbaikan dengan dia. Itu nggak bisa. Mereka berdua berbeda. Mereka berdua pergi ninggalin kita dengan alasan yang jelas berbeda."

"Tapi kamu akan merasakan penyesalan yang sama kalau kamu memperlakukan Daddy persis seperti aku memperlakukan Papa. Aku nggak mau kamu merasakan apa yang aku rasain, Fy!"

Ify menggelengkan kepalanya pelan dengan mata menyipit. "Mereka beda. Kita beda. Aku udah bilang sama kamu sebelum kita menikah. Jadi jangan, suruh aku melakukan apa yang kamu bilang. Kecuali..."

Trio menatap Ify penuh tanda tanya dengan jantungnya yang mulai berdebar lebih cepat. "Kecuali apa?"

"Kecuali Alvin sependapat sama kamu. Aku akan ikutin apa yang kamu bilang. Memberikan dia kesempatan kedua."

Bibir Trio terbuka lebar dan matanya menatap langit biru yang terhampar awan cukup tebal, persis gula-gula yang pernah Mamanya belikan ketika dirinya masih bocah. "Jangan bercanda, Fy."

"Aku nggak bercanda. Kalau kamu izinkan aku bicara dengan Alvin soal ini dan dia satu suara sama kamu. Aku akan kasih dia kesempatan kedua, seperti yang kamu dan kakakmu mau."

"Kenapa harus Alvin?" Intonasi Trio meninggi. "Aku suami kamu! Kamu harusnya dengerin aku, bukan makhluk pucat itu!"

Ify menatap dalam iris gelap Trio sebelum berkata, "Karena kami tahu bagaimana rasanya dibuang sejak lahir. Dan dia akan jauh lebih mengerti aku ketimbang kamu, Trio Shuwan."

.
.
.
BERSAMBUNG

Gimana pendapat kalian, Guys?
Jangan lupa tinggalkan komentar dan klik bintangnyanya. Aku tunggu.

By the way, ini bonus untuk pecinta Malvin Roland.

Oh iya!
Aku ada cerita nih buat kalian yang suka Teen Fiction, cerita remaja sekolahan gitu.

Silakan mampir di  BICARA karya EririnDyan dan selamat membaca ya, Guys.

Sampai jumpa di part selanjutnya!

300418

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro