I'd Rather Die: 7
【NEW COUPLE?!】
══⛧⌒*。
(third person POV!)
pagi hari yang indah nan damai, kicauan burung terdengar menenangkan bagi seorang gadis bersurai putih yang sedang melakukan aktifitas yang hampir setiap saat ia lakukan.
iya, corat-coret dibuku sketsanya.
suasana dikelas masih terbilang sepi karena baru beberapa murid yang hadir.
sambil menggumamkan lantunan lagu, dirinya fokus terhadap buku bercover hitam dihadapannya, menghiraukan murid lain yang berlalu lalang dikelasnya.
mendengar suara bangku yang ditarik mendekat dengannya, Feby lantas menoleh kesamping dan mendapati kekasihnya duduk dibangku itu.
"pagi, cantik" sapa sang surai hitam sambil tersenyum tipis.
Feby membalas sapaan itu dengan senyum manis, "pagi juga, Ray" sapanya balik.
Ray mendekatkan dirinya pada Feby, lalu menaruh kepalanya dibahu Feby.
"lagi gambar apa?" tanya nya.
"gambar apa yaa~ gambar anna"
Ray langsung mendatarkan ekspresinya dan mengerucutkan bibirnya lalu menyembunyikan wajahnya diceruk leher kekasihnya itu.
"gak boleh bicarain tentang anna kalau kita lagi barengan" tegas Ray.
Feby terkekeh, "iyaa, maaf" ucapnya.
tetiba pintu kelas terbuka dan memperlihatkan sosok bersurai putih pendek, "Feb, pinjem buku matemati一 ka.." sosok itu terdiam kala melihat Feby dan Ray yang sedang bercanda ria.
"oh gt feb, cukup tau. dahlah pinjam ke Norman aja"
Feby yang menyadari keberadaan kembarannya langsung bangkit dan berseru yang membuat Ray terkejut karena hampir jatuh dari kursinya.
"OI GIIN, TUNGGU一"
terlambat, Giin sudah keluar kelas dan menutup kembali pintunya.
Feby menghela nafas melihat tingkah laku kembarannya itu, baperan orangnya cok.
teringat akan sesuatu ia kembali berseru, "eh- ADUH RAY MAAF BANGET HAMPIR JATUH YA?? aku kaget tadi tiba-tiba Giin dateng" ucapnya meminta maaf.
"gak kok, aku juga kaget kamu tiba tiba berdiri" balasnya sambil tersenyum tipis.
Feby kembali duduk dibangkunya semula, kini gantian ia yang menyenderkan kepalanya dibahu Ray.
"udah mau bel, ya?" tanya Feby.
"mungkin?"
"ya udah kamu balik ke tempat duduk kamu, itu kesian bangku orang"
Ray terkekeh, "iya" ucapnya lalu menaruh bangku yang ia ambil ketempatnya semula dan kembali ke bangkunya.
"FEEEBYYYY!!" seruan terdengar dari pintu kelas yang disebabkan oleh gadis bersurai oranye ini, kelebihan energi seperti biasa.
Feby tersenyum memaklumi tingkah laku temannya yang sudah biasa ini, "pagi, Emma" sapanya.
Emma menghampiri meja Feby dan menyapanya balik, "hehe, pagi juga!"
"tumben gak sama Norman?" tanya Feby.
"Norman? oh, dia lagi sama Don dan Gilda dikelas sebelah. ngomong-ngomong aku mau bertanya sesuatu!"
Feby menaikkan sebelah alisnya tanda ia bingung, "tanya apa?".
Emma mendekatkan bibirnya pada daun telinga (Name) dan membisikkan sesuatu.
"kamu pacaran sama Ray, ya?"
sip, wajah Feby kini memerah marena pertanyaan yang Emma lontarkan.
ingin bertanya darimana Emma mengetahui hal itu, pasti dijawab karena dia melihat interaksinya dengan Ray tadi.
Feby menjawab pertanyaan Emma dengan gugup, ".. iya..".
muka Emma langsung terlihat senang dengan senyuman yang merekah.
"wahaaa! omedetou, Feb!" serunya riang.
"Emma jangan keras-keras.." ucapku dan Emma hanya meng-ehe.
"aku percaya sama kamu jadi tolong jangan kayak masa lalunya Ray, ya! aku bosan mendengar keluhan Ray yang hari-harinya dipaksa diaa mulu" omel Emma dengan raut wajah yang terlihat kesal.
Feby hanya terkekeh, "akanku usahakan, Emma".
.
.
.
waktu pulang sekolah, memang waktu yang sangat disukai anak murid.
tapi kalau cuacanya sedang hujan begini, mungkin sebagian murid menjadi malas dan sebagiannya lagi malah senang karena bisa bermain hujan meskipun dilarang oleh pihak sekolah takut mengakibatkan hal yang tidak diharapkan.
Feby kini menunggu di koridor sekolah sambil melihat tetesan air yang turun terus menerus, sesekali ia mengadahkan tangannya sekedar untuk membasahinya dengan tetesan air hujan tersebut.
ia dikejutkan oleh pundaknya yang ditepuk oleh seseorang, ia segera menoleh untuk melihat pelaku yang menepuk pundaknya.
"Ray.." gumam Feby begitu melihat sang pelaku, yang disebut namanya hanya tersenyum.
"kamu gak bawa payung?" tanya Ray, Feby menjawabnya dengan gelengan kepala.
"aku gak tau kalau bakalan hujan, jadi aku gak bawa" ucapnya.
"aku bawa sih, tapi cuma satu" ucap Ray yang memperlihatkan payung yang digenggamnya.
"ya udah kamu pulang sana, 'kan ada payung" ucapan Feby membuat Ray menghela nafas.
"gimana aku bisa pulang dengan tenang sementara kamu kejebak hujan disini" ucapnya.
"oh iya, hehe"
"mau pulang bareng aja? kamu bawa jaket atau cardigan gak?" Ray menawarkan.
"aku bawa jaket, emang payungnya cukup kalau kita pakai berdua?" tanya Feby.
Ray tersenyum, "ya udah kamu pakai jaketnya. payungnya biar kamu yang pakai, aku kan ada hoodie" ucapnya sambil membuka payungnya dan diarahkan keatas Feby.
"loh?! kamunya gimana??" ujar Feby.
"aku ada hoodie, tenang aja"
"beneran gak papa nih?"
"gak apa, nanti mampir dulu kerumahku nanti kuanterin kalau hujannya udah reda, atau nanti mau telpon Giin suruh jemput juga boleh"
"nanti kamu sakit loh"
"gak bakal, udah ayo"
mereka jalan berdampingan dengan menggunakan payung yang dominan dipakai untuk memayungi Feby sehingga Ray basah kuyup karena tersiram hujan, tapi Ray tidak mempermasalahkannya asalkan Feby tidak basah ia tidak apa.
mereka terus berjalan hingga menuju Rumah Ray yang tidak begitu jauh dari sekolah.
"aku pulang"
"permisi", ucap mereka berbarengan ketika memasuki rumah.
"Ray? kau bawa siapa?" tanya orang yang diduga adalah ibunya Ray.
"a-ah s-saya Feby, sekretaris osis. maaf menganggu, tante" Feby membungkukkan badannya tanda hormat.
"Feby? jadi dia yang kamu bicarakan, Ray?"
"daripada itu, bisakah mama menyiapkan handuk untuknya, tolong"
"oh iya, maaf maaf, akan segera kuambilkan. silahkan masuk dan duduk, anggap saja rumah sendiri".
'lah? jadi direstuin nih?' batin Feby ribut.
tak lama kemudian ibu Ray kembali membawakan dua handuk dan nampan berisi dua cangkir teh hangat.
"maaf merepotkan, tante"
ibu Ray tersenyum, "tidak merepotkan kok, dan panggil saja aku mama" ucapnya.
'mama? LOH BERARTI一'
"b-baik.. terimakasih, mama"
.
.
.
"lah kamunya dimana aja aku gak tau"
terdengar suara dari seberang telepon.
"aku dirumah Ray, tau gak dimana?" tanya Feby.
"oh tau, aku sering lewat sana. ya udah tunggu sebentar"
"kalau lama dicoret dari kartu keluarga"
"WOI GAK GITU AH一"
telepon diputuskan sepihak oleh Feby.
dirinya beralih pada seorang emo yang kini menyenderkan kepalanya dibahu Feby sambil memejamkan mata.
sesekali ia mengelus surai hitam halusnya atau menjahilinya dengan mencubit pelan pipinya.
tak lama kemudian bel rumah terdengar tanda seseorang ada didepan pintu, Ray dengan segera menghampirinya dan membukakan pintu. terlihat sesosok albino seperti Feby cuma beda gender sedang berdiri disana sembari mengenakan jas hujan.
"Giin, ya?" tanya Ray memastikan.
"hehe, iya"jawab Giin sambil cengengesan.
"itu Febynya lagi ambil tas, ku panggilin dulu一"
"GIIIINNN" seru Feby dari belakang Ray.
"apa? ayo balik, nyusahin anak orang aja kamu. maaf ya, ini anak satu suka banget ngerepotin"
Ray tertawa kecil, "gak masalah, hati-hati dijalan"
"siap! ayo naik Feb"
Feby memakai jas hujan yang Giin berikan lalu menaiki motor Giin bonceng belakang.
"maaf merepotkan, Ray. makasih banget! awas kalau kamu sakit, nanti aku sentil loh ya!"
"haha iyaa. kamu juga jangan sampe sakit, cantik"
"please dont call me like that in front of my twins.."
⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰
-✰ғʙʏʀᴀʏ81.
1110 word.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro