I'd Rather Die: 3
『SEBUAH RAHASIA』
══⛧⌒*。
akhirnya puncak dari festival, mengumumkan juara-juara yang sudah berjuang keras difestival ini.
aku, wakil osis, dan tentunya ketua osis berdiri dipanggung, sementara anggota osis yang lain berjaga dibawah panggung.
acara penyerahan ini diawali dengan sambutan dari ibu kepala sekolah kita, ibu Isabella.
"selamat pagi anak-anak yang saya sayangi dan saya banggakan, kita berkumpul disini lagi untuk memberi tahu kelas mana yang mendapat penghargaan dari para guru dan osis.
keputusan kelas yang menang bukan putusan dari osis, ya. melainkan kami para guru.
kalau begitu silahkan lanjutkan, Ray"
aku memberi sehelai kertas yang berisi para pemenang pada Ray, lalu Ray menerimanya.
"baik, dengan saya disini Ray, ketua osis. juara ke tiga adalah kelas ..
.
.
.
"kelas kita menempati juara kedua, tapi tidak apa, setidaknya kita sudah berusaha sepenuhnya!" seru Emma begitu semua murid sudah kembali ke kelas masing-masing.
karena sedang senang, aku berniat mengeluarkan buku sketsaku dan ingin menggambar hal random. seperti suasana saat ini, misalnya.
tapi ketika aku mengecek isi tas, buku sketsaku tidak ada.
sekilas aku ingat kejadian kemarin siang menjelang sore dimana aku masih diperpustakaan sambil membawa buku sketsaku.
karena aku bosan menggambar waktu itu jadi aku baca buku dan tidak sengaja tertidur, sampai akhirnya Ray datang dan membangunkanku lalu kita berdua keluar meninggalkan perpustakaan.
"Ray, kunci perpustakaan sama kamu 'kan?" tanyaku pada Ray, sedangkan Ray hanya mengangguk.
"sini kuncinya, mau ambil barang yang ketinggalan" pintaku, Ray langsung menelusuri kantung celananya dan mengeluarkan sebuah kunci, lalu diberikannya kunci itu padaku.
"kau mau mengambil apa?" tanya Ray.
"buku sketsaku tertinggal disana sejak kemarin sore, aku baru sadar tadi" aku beranjak dari kursiku dan ingin melangkah keluar kelas.
Ray ikut beranjak dari kursinya dan menghampiriku, "tunggu, aku ikut" ucapnya.
"terserah".
.
.
.
/cklek..
"dimana ya aku taruh kemarin.." gumamku sembari memasuki perpustakaan dengan Ray yang mengikuti dari belakang, gak tau mau ngapain dia ikut.
pertama aku mulai mencari dimeja peminjaman, lalu ke laci meja nya.
Ray bertanya, "ada?"
aku menoleh kearahnya dan menggeleng, "tidak ada".
"coba kamu cari di lantai atas, waktu itu kamu tertidur diatas 'kan" saran Ray, aku dengan segera menuju tangga dan menaiki tangga. tentu Ray mengikuti dari belakang.
aku mencari dimeja dan aku melihat ada buku bercover hitam dengan gambar bunga berwarna putih, iya itu buku sketsaku!.
aku dengan segera mengambil buku itu dan mengeceknya, "baguslah tidak ada yang rusak atau kenapa-kenapa!" ujarku saking senangnya sembari melompat kecil.
kalian tau sendiri lah kalau misalnya buku sketsa kalian hilang rasanya itu sakit banget, lebih sakit daripada ditinggal pacar UHUK一
bercanda, kawan~.
"jangan lompat-lompat begitu nanti jatuh" ucap Ray memperingati.
"iya iyaa, udah yuk balik ke kelas!" aku melangkahkan kakiku tetapi naasnya, aku tersandung kaki meja dan membuatku kehilangan keseimbangan.
"ah!一"
/grep!.
eh?.
tepat sebelum aku menyentuh lantai, Ray dengan segera menangkapku dan menarikku dalam dekapannya,
"R-Ray?!" pekikku sedikit terkejut.
Ray perlahan melepaskanku dan mengambil buku ku yang terjatuh karena aku tersandung tadi.
"hati-hati, belum ada semenit aku bilang kata itu" ucapnya sambil menyerahkan buku sketsaku.
"i-iya.. makasih" aku menerimanya, lalu kami kembali kekelas.
.
.
.
pulang sekolah aku berniat untuk pergi ketaman sebentar untuk menyejukkan pikiran. sendiri kok, ya kali bawa anak orang, hehe.
"haahh, adem disini. bagus buat balikin mood gambar!" aku reflek mengambil buku sketsaku dan mulai menggambar pemandangan sekitar taman.
aku melihat dua orang berbeda jenis kelamin sedang duduk diseberang bangku taman sana sedang bercanda ria.
terkejut, aku sontak menghentikan tanganku yang sedari tadi menggoreskan pensil dibuku sketsaku.
"tunggu.. itu.. bukannya Anna dan Natt, ya..?" gumamku menatap dua orang yang kukira Anna dan Natt.
aku dengan segera mengeluarkan ponselku dan memfoto mereka secara diam-diam.
satu, dua, tiga foto aku berhasil ambil lalu supaya tidak ada yang curiga, aku kembali melanjutkan sketsaku.
tidak lama setelah itu, aku kembali merapihkan buku dan alat tulisku lalu berjalan menuju rumahku.
perihal ini, aku akan memberi tau Ray esok.
.
.
.
esok harinya, disekolah..
/BRAK!.
"RAY! RAY MANA??" teriakku begitu aku selesai mendobrak pintu kelas.
oh ya, tidak patut dicontoh ini ya adick-adick.
"disini" aku menoleh keasal suara dan mendapati Ray yang sedang duduk dikursinya.
aku menghampirinya dan menarik lengannya, membawanya menuju tempat yang sepi.
BUKAN BUAT MACEM-MACEM LOH YA.
"kamu .. udah tau perihal .. Anna??" ucapku yang terbata-bata karena nafasku yang terengah-engah sehabis lari dari gerbang manuju kelas.
"perihal apa? kamu ini kenapa sih? masih pagi udah kayak orang kesurupan tiba-tiba neriakin nama orang, udah gitu main asal narik tangan lagi" protes Ray padaku.
"maaf, tapi aku rasa kamu perlu tau hal ini" aku membuka galeri ponselku dan mencari foto yang aku ambil kemarin sore, lalu menunjukkannya kepada Ray.
Ray menatap foto itu lamat-lamat, sorot matanya sempat terkejut beberapa saat tetapi kembali datar.
"kapan kamu dapat foto ini?" tanya Ray.
"kemarin sore, aku sendiri yang memfotonya" jawabku.
aku menarik kembali ponselku, lalu aku mendengar kekehan dari Ray. aku langsung menatapnya.
"kenapa? kau tidak percaya kalau aku yang benar-benar mengambilnya?" tanyaku tegas.
"bukan .." Ray menghela nafas.
"hanya saja aku sudah menduga-duga akan hal ini" lanjutnya.
aku terkejut, Ray sudah memprediksikan bahwa hal ini mungkin akan terjadi? benar-benar otak yang jenius..
"kalau sudah ketahuan terang-terangan begini jadi mudah untuk memutuskannya" ucapnya sambil mengeluarkan seringai.
aku sempat bergidik ngeri saat melihat seringai Ray, tapi ya.. emang rada serem sih..
"jadi, kau berniat memutuskan Anna?" tanyaku memastikan.
"iya, besok saat pulang sekolah" jawab Ray dengan enteng.
"ya.. terserah keputusanmu, deh. kalau sudah begini bagaimana kalau kita kembali ke kelas?" aku menaruh ponselku disaku seragamku.
"kita harus kembali, sudah telat beberapa menit ini. kita pakai alasan ada masalah diruang osis saja"
aku sontak mengeluarkan imajiner berbinar-binar karena alasan yang diberikan Ray untuk menutupi ketelatan kita.
"jangan banyak tingkah, lebih baik cepat jalan ke kelas"
"siap, ketos~!"
⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰
-✰ғʙʏʀᴀʏ81.
950 word.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro