I'd Rather Die: 10
【CKP TW】
══⛧⌒*。
"this is a simple question, yang menyebarkan rumor 'itu', kamu 'kan?" Anna terlihat sedang menahan amarahnya, aku menarik senyum.
"what will you do, if i say yes?" tanyaku balik.
"oh, tidak ada yang akan kulakukan~ tapi mungkin aku bisa merusak reputasimu disekolah ini? aku bisa saja melakukannya, loh" terdengar seperti ancaman, tapi peduli setan.
"ya ampun! aku takut reputasiku memburuk!".
"begitukah reaksi yang kau harapkan, Anna?" lanjutku dengan seringaian.
terdengar suara decakan dari Anna, dia mengepalkan tangannya.
"baiklah selama kau tidak ada bukti, akan ku一"
"aku memang tidak memiliki bukti apapun" potongku.
aku menepuk tanganku sebanyak dua kali, memberi isyarat pada Ray.
"tetapi aku disini bersama 'korban', loh~"
'dramanya berlebihan, gak kuat aku cok一'
"sampai repot repot membawa 'korban', ya. jangan lupa untuk berterimakasih pada Feby nanti"
Anna terlihat terkejut, pupil matanya mengecil serta tubuhnya yang mulai sedikit bergetar. takut mengetahui bahwa ada orang lain selain dirinya dan aku.
"h-hei! mana bisa begitu!?" seru Anna dengan nada yang bergetar.
"memangnya siapa yang bilang tidak bisa?"
Anna mendecak kesal, emosinya memuncak.
"kalian ini memang sudah punya rencana untuk menyudutkanku, ya? kejam sekali ketos dan wakilnya ini" ucapnya dramatis, membuatku muak.
oh, dialog itu! sabi kali dipakai sekarang.
"kamu nanya? kalau kami ini ada rencana nyudutin kamu apa gak? kamu bertanya-tanya?" tanya (Name) dengan nada dilan cepmek.y
'beh keren banget aku cokk cok'
Anna mendecak, "kau!一"
"ya udah, biar aku kasih tau ya!"
kaki kananku kuhentakkan berulang kali membuat kode morse dengan harapan Ray dapat memahaminya.
tak.. tak! [N]
tak! tak.. [A]
tak.. [T]
tak.. [T]
hentakan kuhentikan bersamaan dengan adanya suara grasak grusuk dari balik semak-semak lalu muncul seorang siswa. tepat, itu Natt.
kulihat Anna terdiam membatu setelah mengetahui Natt hadir bersama kami.
"I had prepared everything before I came here, merencanakan sedikit kejutan untukmu"
"hee? ada apa?? terdiam begitu? terlalu mengejutkan, ya?"
Anna menghampiri Natt yang berdiri dibelakangku.
"kamu.. diapain sama mereka jadi kayak begini, huh?" tanya Anna pada Natt.
"menurutmu?" Natt merespon, membuat Anna langsung menggenggam tangan Natt.
"jangan percaya sama Feby, aku ini anak baik-baik, ya 'kan??"
aku menghela nafas, "gak disana gak disini, selalu begini ya" gumamku sambil berjalan mendekati Ray.
aku menarik-narik lengan cardigan cream milik Ray, "udah gak mood, mau pulang aja" pintaku, Ray menatap kearahku dan mengangguk.
"yasudah, ayo" ucapnya sambil menggenggam tanganku dan membawaku keluar dari situasi alay itu.
.
.
.
"uh.. gak kuat cringe nya.." lirihku sambil memegang kepalaku.
"mau dilanjut besok lagi? atau mau didiemin aja?" tanya Ray, aku lantas sedikit berpikir.
"hmm kayaknya kalau dibuat main-main enak, tapi aku mau cepet selesai" ucapku, lalu menarik senyum tipis.
"tapi Ray pasti membantuku, 'kan?" lanjutku.
Ray terkekeh, lalu mencubit pelan pipiku.
"apa yang tidak ku lakukan untuk cantikku ini?" ucapnya.
lantas aku tersipu malu, reflek mengalihkan wajahku ke sembarang arah dengan rona merah di pipiku.
"selalu aja ya, hm"
"ahaha, kenapa sih cantik?"
"stop manggil aku 'cantik'"
"he~ kan aku manggil gitu karena kamu emang cantiik banget"
Ray menangkup wajahku dan membuatku menatap wajahnya, perlahan-lahan ia memajukan wajahnya.
10cm.
5cm.
3cm.
"hei Ray.. tidakkah wajahmu terlalu dekat..?"
"hm?"
bukannya menjawabku yang sedang panik ini, Ray malah terkekeh.
"lucu banget"
/cup!
...
aku terdiam sejenak, mencoba memproses hal ini.
oh.
yeay wajahku merah padam karena Ray mengecup pipiku.
"you are soo pretty, love"
ah, gak kuat.
aku mencubit lengannya, terdengar Ray mengaduh padahal aku yakin itu tidak sebegitu sakit.
"duh! kok malah dicubit, sih" katanya.
aku mempoutkan bibirku sambil melipat kedua tangan didada.
"gak boleh bikin orang kelewat salting".
Ray menarik senyum diwajahnya, lalu menepuk-nepuk pelan kepalaku.
"kan cuma kamu yang aku buat salting" ucapnya.
aku menunduk, RAY JADI KAYAK GINI SEJAK KAPAN???.
"hm? pusing karena tadi, kah?" Ray bertanya, aku mengangguk kecil.
"dikit doang, nanti juga lupa" ucapku.
Ray beralih menggenggam tanganku dan kembali melangkah.
"gak usah dipikirin, Natt juga udah tau yang sebenarnya, kan" ucapnya, aku mengangguk.
"daripada mikirin Anna, mendingan juga mikirin kamu" cetusku dengan kekehan diakhir, berhasil membuat Ray membatu dan memerah.
aku menyeringai, "hoo~? ternyata mudah ya membuat seorang Ray tersipu malu~" godaku sambil menyenggol lengannya.
Ray memalingkan wajahnya yang merona, membuatku ingin menjahilinya lagi.
aku terkekeh, "lucu" gumamku.
⊱ ────── {.⋅ ✯ ⋅.} ────── ⊰
-✰ғʙʏʀᴀʏ81.
694 word.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro