PROLOG
Kegelapan masih membungkus langit malam, bulan pun seakan enggan lepas dari pelukan awan mendung yang menutupi hamparan bintang. Ibu kota Jakarta masih diguyuri gerimis yang sejak sore tadi belum juga mereda.
Di tengah gerimis itu, terdengar seorang pria tengah bersenandung riang. Wajahnya tersembunyi, tertutup oleh tudung jas hujan hitam yang dikenakannya. Pria itu mengukir senyumnya, dia terlihat senang di tengah hujan gerimis yang mengguyur basah tubuhnya. Yang lebih mengherankan lagi, dia melangkah menarik koper besarnya menuju stasiun MRT Blok M BCA. Padahal hari sudah larut malam, arloji yang dikenakannya pun sudah menunjuk angka sebelas tepat. Sedangkan menurut jadwal yang ada, stasiun MRT akan berhenti beroperasi pukul sepuluh waktu Indonesia bagian Barat.
Kaki pria itu berhenti melangkah, tepat di depan sebuah papan berwarna hijau yang bertuliskan ‘Titik Kumpul’ lalu di bagian bawahnya diterjemahkan ke dalam kalimat bahasa Inggris ‘Assembely Point’. Tepat di titik itu, dia meletakkan kopernya, senandungnya pun berhenti, berganti dengan tawa yang menegaskan kesenangannya. Tawa yang terdengar menakutkan itu terus berlanjut sampai kekeringan menerpa tenggorokannya, dia terbatuk, sekalipun begitu kegembiraannya seolah tidak akan pernah surut dari rupanya yang tersembunyi.
Pria itu kemudian berdiri tegak ke arah jalanan yang sepi. Di seberang jalan, dia melihat sebuah minimarket yang sudah tutup. Sorot matanya yang tajam seketika terpaku pada pojok kanan minimarket. Sebuah kamera CCTV terpasang di sana. Pria itu menyeringai, tapi yakinlah, seringaiannya tidak akan pernah terekam dalam kamera CCTV minimarket itu, karena tak lama kemudian, dia terlihat mengeluarkan ponselnya, sinar merah dari kamera CCTV pun seketika padam. CCTV itu berhenti merekam, beserta data rekamannya yang hilang.
Usai meretas kamera CCTV minimarket itu, kakinya kembali melangkah, pria itu pergi tanpa membawa kopernya, dia dengan sengaja meninggalkan koper besar itu di sana. Tapi, ada yang aneh dari koper besar itu. Sesuatu yang cair berwarna merah pekat tampak menetes dari balik zippers. Apakah itu darah? Mungkin saja begitu. Tidak ada yang tahu, selain gerimis yang menjadi saksi bisu. Bulan pun tidak bisa menjadi saksi dari kekejaman yang membungkus malam itu.
Day 1 — TDWC PROJEK HMT LYRAE
Earth, 19 Februari 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro