Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

- END - || Thank You || - END -

Lihat...

Saat pintu hatinya terbuka...

Kau bisa lihat pemandangan yang indah...

Senyum dan tawa tulus darinya...

_______________

Setelah bersiap dan merapikan rambut, (Name) pun siap menuju gym. Jam 06.00.

'Oh, sudah dimulai.' pikir (Name) bergegas keluar kamarnya lalu menguncinya.

Dengan lari kecil, hanya perlu lima menit untuk sampai ke gym. Sesampainya di gym, (Name) dihadapkan oleh tim yang sudah selesai memasang perlengkapan untuk pelatihan.

"Ohayou," sapa (Name).

"Ohayou!!" balas mereka.

(Name) mengangguk lalu melihat papan putih yang menunjukkan jadwal pertandingan hari ini.

Shiratorizawa vs Karasuno
Seijoh vs Fukurodani
Datekou vs Nekoma

(Name) bergumam pelan, hendak melangkah masuk tapi—

"(Surname)."

Semua menjadi sunyi saat suara yang familiar memanggil nama (Name).

(Name) baru saja berencana memutar tubuhnya lalu menjawab dengan ucapan, 'Ada apa, sensei?' tapi tiba-tiba ia dipeluk seseorang yang membuatnya tidak bisa bergerak.

"Maaf, sensei." ucap seseorang yang memeluk (Name), "Tapi kami sangat memerlukan (Name) sekarang."

"Aku hanya akan berbicara sebentar dengannya." sahut kepala sekolah.

"Berbicara?" muncul suara baru di sebelah (Name), "Memarahinya lebih tepatnya, bukan begitu Ayah?"

Luna hanya mengangkat sebelah alisnya pada ayahnya.

"Berani sekali kau berbicara seperti itu pada ayahmu, Luna."

"Tapi Ayah lebih berani dengan membandingkan prestasiku dulu dengan prestasi (Nickname)-chan sekarang. Jujur saja, prestasi (Nickname)-chan lebih baik dariku." ungkap Luna.

(Name) yang mendengar ucapan kakak sepupunya hanya bisa tertegun.

'Apa... yang Luna-nee katakan itu benar?'

"Jika ayah tidak ada tujuan lain selain memarahi (Nickname)-chan, kumohon dengan sepenuh hati untuk tidak menganggu pelatihan ini." pinta Luna tetapi dengan nada memerintah.

Semua orang yang melihat sisi baru Luna ini hanya merinding ketakutan.

Baru kali ini mereka melihat seorang anak bisa memerintah ayahnya!

Kepala sekolah hanya memutar bola matanya lalu mengangguk.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku kagum dengan usahanya selama ini, walaupun aku selalu membandingkan dirinya dengan dirimu." jelas kepala sekolah lalu tersenyum kecil, "Dan aku ingin minta maaf kalau selama ini sikapku membuatmu tersinggung, (Name)."

(Name) berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menatap kepala sekolah dengan menoleh ke belakang karena kepala sekolah berada di belakangnya.

"Tidak apa-apa, sensei. Aku bersyukur kalau usahaku selama ini membuat sensei kagum."

Kepala sekolah hanya mengangguk singkat lalu memberikan tatapan mengancam pada Luna, "Dan kau, jagalah sikapmu jika ingin tetap merasakan masakan buatan ibumu di Jerman."

Luna menjadi syok lalu mengangguk dengan tawa cangung.

"Ahahaha, maafkan aku Ayah."

"Bagus, kalau begitu aku permisi." dengan begitu pintu gym kembali tertutup.

Suasana menjadi sunyi.

"Um..." ucap (Name) mencoba melepaskan diri, "Kau bisa melepaskanku, Koutarou."

Bokuto hanya tertawa lalu melepas pelukan—mematikan—nya dari (Name).

"Hahaha, maaf jika aku memelukmu terlalu kuat, (Name)." ucap Bokuto canggung.

(Name) menghela napas panjang. Dia merasa sangat lega. Selama ini ternyata ia sudah cukup berusaha. Selama ini ia tidak salah...

"(Name)-senpai!?"

"...huh?" (Name) menoleh pada Hinata yang tiba-tiba berteriak.

Saat itu (Name) tersadar sesuatu.

Ia sedang menangis.

Dengan buru-buru ia mencoba menghentikan air mata yang tetap mengalir.

Tapi air mata tetap saja keluar dari matanya itu.

Para kapten langsung mendekati (Name).

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Ushijima.

(Name) menatap mereka satu per satu, lalu mengelus dadanya.

"Lega... entah kenapa aku merasa lega..." gumam (Name).

Bokuto hanya tertawa, "HEY-HEY-HEY! Bukannya itu pertanda bagus?"

(Name) menatap Bokuto dengan heran.

"Maksud...mu?"

"Berarti kau tidak harus memasang senyum palsumu itu lagi kan?" tanya Sawamura.

Ah...

Mereka sadar...

(Name) yang terkejut pun akhirnya hanya tertawa kecil.

"Kurasa kau benar, Daichi." ucap (Name), kini air matanya sudah berhenti mengalir.

"Bagus!" ucap Oikawa, "Sekarang tersenyum." perintahnya kemudian.

(Name) menuruti apa yang Oikawa perintah, dan ia pun tersenyum lebar. Melihat senyum tulus yang (Name) berikan membuat semua orang merasa lega. Oikawa yang tampak paling senang, karena (Name) tersenyum tulus karena perintahnya.

"Hei, (Name)." panggil Kuroo tiba-tiba.

(Name) menoleh lalu memiringkan kepalanya.

"Ya?"

"Apa kau sadar? Kami menyukaimu apa adanya."

(Name) tampak terkejut, dan entah kenapa pipinya menjadi panas.

"U-um..." ucap (Name) gugup.

(Name) menggeleng beberapa kali lalu menatap mereka dengan senang.

"Ada yang ingin kusampaikan pada kalian semua." ucap (Name).

Para kapten mundur dan mengangguk, tanda mereka siap mendengarkan apa yang akan (Name) ucapkan.

"Walaupun hanya sekali, aku ingin mengucapkannya..."

(Name) menarik napas panjang.

"Terima kasih."

Semua yang ada di gym hanya berkedip heran.

"Eh?"

"Terima kasih sudah membuatku tersenyum, minna."

(Name) langsung memberikan senyuman terbaiknya pada mereka semua.

"YOSHAAAA!!" teriak Nishinoya, Tanaka dan Yamamoto tiba-tiba, membuat orang-orang yang ada di dekat mereka melompat kaget.

Sugawara angkat bicara, "Kenapa kalian—"

"(Name)-senpai sudah memberikan senyuman terbaiknya!" ucap Nishinoya, "Sekarang saatnya kita berikan yang terbaik dalam pelatihan musim panas ini!!"

"Itu dia, Noya-san!" sahut Tanaka dan Yamamoto.

Dengan begitu mereka bertiga mulai berteriak dengan semangat. Tentu saja itu membuat suasana yang canggung berubah menjadi ceria.

"Kalian dengar itu," ucap Sawamura menarik perhatian tim Karasuno, "Ayo lakukan yang terbaik!"

"Osu!"

Dengan begitu tim lain juga mulai bersemangat dan pelatihan musim panas pun dimulai, dan bisa dibilang pelatihan musim panas terbaik bagi (Name).

_______________

Luna yang berdiri di sebelah (Name) hanya tertawa kecil.

"Kau beruntung mempunyai orang seperti mereka di sekitarmu, kau tau?" tanya Luna.

(Name) menoleh ke kakak sepupunya, lalu ikut tertawa.

"Sangat beruntung." ucap (Name).

Lalu kedua perempuan itu kembali melihat pertandingan yang sangat sengit itu. Senyum (Name) semakin melebar melihat semangat para pemain.

"Merekalah yang kupanggil keajaiban."

_______________END_______________

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro