1
Rasanya aku ...
Suasana pagi ini terasa mencekam. Hinata datang terlalu pagi ke sekolah demi menghindari hal-hal yang tidak ia inginkan. Setidaknya ia aman, untuk saat ini.
Meskipun begitu, Hinata tetap saja takut sendirian di sekolah. Ia pernah mendengar cerita horor dari para senpai-nya tentang sekolah berhantu atau tentang lorong-lorong kelas yang gelap. Dan saat ini ia justru sendirian di dalam kelas.
Mencoba untuk memberanikan dirinya, Hinata segera pergi keluar kelas menuju ruang klub untuk mengganti seragamnya dengan seragam olahraga. Sudah menjadi aktivitas sehari-hari baginya untuk latihan pagi.
Di saat ia tengah mengganti pakaiannya, Hinata kembali melihat ke arah dadanya yang dililit dengan pengikat dada agar terlihat datar. Ia tidak ingin membuat teman-temannya curiga jika bagian dadanya terlihat lebih menonjol. Dan iris madunya kembali jatuh ke bagian selangkangannya dimana aset berharganya yang sudah hilang.
Hinata pun langsung menghela napas berat ketika mengingat momen paginya. Sungguh berat. Saking beratnya ia tidak sadar kalau pintu ruang klub terbuka di saat Hinata masih juga belum mengenakan pakaian olahraganya.
"Woah! Hinata! Kau sudah datang duluan?"
"Kyaaa!!!"
"Kyaa?"
Hinata panik sehingga mengeluarkan suara teriakan khas seorang perempuan membuat orang yang baru saja masuk itu mengerutkan dahinya bingung, terlebih lagi Hinata juga dengan cepat memakai baju olahraganya. Namun bukan berarti orang yang baru masuk itu tidak melihat apa yang terjadi pada Hinata karena iris coklat hazelnya melihat semuanya.
Omake
"H-Hinata ... Itu .. a-apa itu pengikat dada?"
Sugawara Koushi adalah orang pertama yang melihat tubuh perempuan Hinata meski saat ini masih sangat sulit dicerna oleh Sugawara sendiri.
Sedangkan Hinata dengan wajah pucat tertunduk malu hanya bisa mengangguk pelan.
"Kenapa bi ... Tidak .. sejak kap... Ah tidak-tidak, lebih tepatnya bagaimana bisa terjadi?" Sugawara kebingungan sendiri ingin bertanya dari mana sehingga Hinata pun menceritakan kejadian yang menimpanya tadi pagi.
"Begitu ... Kalau begitu jangan sampai anak-anak yang lain tahu tentang perubahan tubuh Hinata. Bisa-bisa kau dalam bahaya." Sugawara mengingatkan dengan ekspresi serius.
"Dalam bahaya? Dalam bahaya apa?" Hinata memiringkan kepalanya ke samping membuat kadar keimutannya terlihat lebih jelas apalagi ketika Hinata dalam versi perempuan membuat Sugawara tanpa sadar merona tipis.
Menggelengkan kepalanya cepat, mengusir pikiran liarnya, Sugawara terus mengingatkan dirinya sendiri bahwa kouhai-nya itu adalah seorang laki-laki. Ya, Hinata adalah seorang laki-laki. Dulu. Tidak. Meski saat ini Hinata dalam wujud perempuan, ia harus menganggapnya laki-laki agar tidak mengganggu pikiran Hinata yang nantinya berakibat fatal saat bermain. Tunggu, bermain?
"Hinata, intinya dengarkan saja aku. Aku pasti akan melindungimu!"
Sugawara sudah memutuskan akan melindungi kouhai-nya dari para predator. Dan Hinata hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti karena ia berpikir wajah serius Sugawara sangat mengerikan. Ia tahu senpai-nya berniat baik tapi apa memang semengerikan itu ketika orang lain tahu rahasianya?
Seketika Hinata langsung mengingat orang-orang yang menyebalkan membuatnya jadi merinding sendiri.
Sepertinya iya. Ia harus menjaga dirinya sendiri lebih baik lagi agar tidak ketahuan dengan yang lainnya, atau ia akan ....
Berada dalam masalah besar.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro