Bab 6: Rencana A
"Rencana A?"
Ran buru-buru mengoreksi kalimatnya. "Bu-bukan apa-apa. Ini kan libur, rencana A gue hari ini main ke rumah lo, hehe." Ran menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Oh."
"Eh, by the way, gue mau nanya sesuatu."
"Apaan?"
"Lo pilih Arga apa Nathan?" tanya Ran serius. Yang justru keseriusannya itu mengundang tawa Rachel.
Ran menatap heran tokoh utama di depannya. Apa pertanyaan gue aneh? Pikirnya dalam hati.
"Maksud lo? Buat apa gue milih mereka?" Rachel akhirnya menjawab.
"Gue serius Chel. Lo pilih siapa? Arga apa Nathan?"
Rachel menimbang-nimbang sebentar pertanyaan Ran barusan. Terlihat gadis bermata cokelat di depannya itu sedang menunggu jawaban dengan gelisah.
"Sorry, gue nggak bisa jawab." Rachel beranjak berdiri. "Lo mau minum?" tawarnya mengalihkan percakapan.
Ran mengerucutkan bibir kecewa. Kemudian mengangguk. Rachel segera menuju dapur untuk mengambil minuman.
Sementara itu, Ran merenung. Berpikir keras apa yang harus ia lakukan agar Rachel serius menanggapinya.
"Rachel, gue mau pamit." ujar Ran setelah mendapati Rachel berjalan ke arahnya dengan segelas minuman.
"Lah? Kok cepet banget?"
"Gue ada urusan penting," jawab Ran serius.
"Oke deh, terserah. Yang penting lo habisin minumannya dulu biar gue gak sia-sia bikinnya."
Ran mengangguk cepat. Secepat ia meneguk minuman itu.
"Kalo gitu, gue pamit." Ran berlarian keluar rumah setelah mengucap salam.
Rachel hanya bisa menggeleng-nggelengkan kepala melihat tingkah kawan barunya itu.
_•°•°•_
Arga sibuk dengan ponselnya ketika banyak dari pengunjung kafe sibuk memerhatikannya.
Bagaimana tidak? Tampilan Arga memang patut diacungi jempol.
Dengan style-nya yang terkesan macho dan wajahnya yang rupawan memang wajar dia menjadi model dalam usianya yang masih belia.
"Arga!" Panggil gadis berambut hitam yang dikucir ekor kuda dari pintu masuk kafe.
Arga mendongak. Melambaikan tangan.
Para pengunjung kafe yang kebanyakan perempuan serentak ikut menoleh ke arah gadis itu.
Ran berjalan menghampiri Arga penuh percaya diri. "Lama nunggu?" tanya gadis itu setelah memosisikan dirinya duduk di kursi tepat di depan Arga.
"Nggak kok. Baru aja nyampe."
"Gimana? Lo ada ide?" tanya Ran lagi sambil meraih daftar menu.
"Nggak, lo sendiri?" Arga balik bertanya.
Ran memanggil salah satu pelayan.
"Pesen iced cappuccino satu, lo apa, Ga?"
"Samain aja."
Ran mengangguk. "Oke, dua ya mbak."
Setelah pelayan itu pergi, Ran segera melaporkan tujuannya memanggil Arga ke kafe ini.
"Ga, kemarin, gue habis main ke rumah Rachel. Dan gue sempet ketemu cowok di rumah itu. Kalo boleh tahu, cowok itu siapa ya? Kata Rachel, itu saudaranya."
Arga sedikit terkejut dengan pernyataan Ran barusan. "Saudara? Seinget gue Rachel dari dulu nggak pernah punya saudara. Bahkan sepupunya cewek."
Ran membulatkan matanya. "Serius lo?"
Arga mengangguk mantap. "Gue kenal Rachel dari kecil. Tapi mungkin itu saudara jauh."
Ran manggut-manggut setuju.
"Oh! Gue lupa, gue punya ide buat bikin Rachel makin deket sama lo!" ujar Ran antusias.
Arga tampak malu dengan kalimat Ran soal membuatnya makin dekat dengan Rachel. Menurutnya, Ran terlalu blak-blakan soal itu.
Sementara itu, minuman yang baru saja dipesan Ran sampai pada mejanya.
Ran yang baru saja mengayuh sepeda dari apartemen menuju kafe cepat-cepat menyambar gelasnya. Meminumnya tanpa basa-basi.
"Ah, lega...." Ran menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Jadi, idenya apa?" Arga memecah lenggang.
Ran terlonjak. "Sorry, gue lupa. Jadi gini, kemarin habis dari rumah Rachel, gue keliling kota buat nyari event promo alat-alat kebersihan. Terus, setelah ngayuh sepeda keliling kota, gue nemuin event itu di salah satu mall. Rencananya, gue mau ngajak Rachel ke event itu. Nah, nanti Rachel sebagai ketua klub Kebersihan, bakal ngajak anggotanya ikut. Pas pulang dari acara itu, lo bisa ngajak kencan Rachel. Dan soal Nathan, biar gue yang urus."
Arga nampak berpikir sebentar. "Gitu? Jadi, biar terjadi secara alami gitu?"
Ran menjentikkan jari. "Nah! Itu lo tahu."
"Lo suka sama Nathan?" tanya Arga tiba-tiba.
Ran seketika menyemburkan minumannya. Membuat bajunya basah.
"Ha? L-lo tadi bilang apa?" Ran menyeka dagunya yang basah dengan lengan.
Arga buru-buru mengambilkan tisu di sudut meja. "Sorry, gue bikin lo kaget, ya?" tangannya cekatan membantu Ran membersihkan meja dan bajunya.
Ran menepis tangan Arga. "Udah, gue bisa sendiri." tolak Ran santai. "Dan gue, nggak suka Nathan. Bisa dibilang benci," lanjutnya.
"Benar-benar cinta?" goda Arga. Berhasil membuat Ran menimpuknya dengan tisu.
"Gila, lo! Walaupun dia ganteng, terus tajir, cuek tapi peduli dan istilah-istilah lainnya. Gue nggak bakal suka sama dia. Kalaupun iya, mustahil gue bisa sama dia. Soalnya-" Ran tercekat.
Arga menatapnya tanpa berkedip. "Lo ... ngelantur?"
Ran memutar malas bola matanya. "Serah, deh."
Arga terkekeh. "Gue kan cuma tanya lo suka enggak, " ujarnya kalem.
"By the way, kalo lo nggak bisa suka sama Nathan, lo bisa suka sama gue?" Arga menyibak anak rambut di dahi. Memasang wajah sok keren.
Ran berkumur-kumur. "Enak aja, gue nggak bakal lah, tertarik ama lo. Lo itu punya Rachel, " jawab Ran tegas.
Arga menurunkan sudut bibirnya. "Nggak asik lo, Ran."
Ran mengangkat bahu.
_•°•°•_
.. To be Continue..
.
.
.
(796 kata)
#Ran
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro