Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5: FAILED

"NGGAK usah sok kalem. Gue tahu lo nggak ada makanan di rumah."

"Tau dari mana lo?"

Ran nyengir. "Nanti gue kasih tahu kalo lo mau mampir."

Arga mengalah. Sepertinya ia sedikit kepo dengan kalimat Ran barusan. Mungkinkah semua informasi itu dari Rachel?

Setiba di apartemen 'milik' Ran, tanpa basa-basi mereka berdua segera menghabiskan menu makanan di atas meja yang sudah disiapkan Ran sedari tadi.

Langit-langit apartemen di penuhi denting suara sendok dan percakapan ringan mereka berdua.

"Jadi, lo tahu dari mana kalo di rumah gue nggak ada makanan? Lo tahu dari Rachel?" Arga teringat sesuatu.

"Yha ghitu dheh," jawab Ran dengan mulut penuh.

Arga menggeleng heran. Baru kali ini dia melihat seorang cewek dengan kelakuan macam ini.

"Lo baru pindah kesini ya?" Arga memperhatikan sekitar.

Ran mengangguk. Memasukkan suapan besar ke mulutnya. Sebenarnya dia sedikit canggung makan seperti ini didepan Arga. Tapi, ''bodo amat'' pikirnya. Toh, Arga hanya tokoh novel yang virtual.

"Oh iya, by the way, Rachel itu kalo berangkat jam enam pagi. Jadi, lo harus stand by di rumahnya," ujar Ran setelah meneguk air dalam gelas.

Arga mengangguk. "Gue nggak kepikiran buat jemput dia selama ini."

Ran memutar malas kedua bola matanya. "Tau nggak lo, si Nathan itu yang tiap hari nganterin Rachel semenjak dua bulan lalu. Alias, semenjak dia nembak Rachel. Untung lo keburu balik dari London. Jadi dia nolak Nathan. Ya, walau nggak nolak tumpangannya, sih."


Mata Arga membulat. "Serius? Rachel segitu pedulinya?"

Ran nyengir lebar. "Baru tahu 'kan lo?"

_•°•°•_

Waktu Ran di dunia novel tersisa 29 hari lagi. Pagi ini, Ran bersiap sekolah setelah melihat jam yang menunjukkan pukul 7. Ran dengan terburu-buru segera meraih tasnya, tidak sempat untuk sarapan.

Ia segera berlarian keluar dari gedung apartemen. Berencana mengambil sepedanya yang semalam ia titipkan di pos satpam. Tapi urung, seseorang lebih dulu berdiri di samping sepeda biru milik Ran.

"Arga!?" seru Ran terkejut.

"Hai." Arga melambaikan tangan seraya tersenyum bodoh.

"Ngapain lo disini?!" pekik Ran jengkel. Seharusnya, ia sekarang berada di jalan dengan Rachel.

Lengang.

Ran menatap Arga tidak sabaran.

Pemuda itu tertunduk lesu. Bergumam, "Gagal."

"Apa?!"

"Iya, gue keduluan."

"Sama Nathan?!"

Arga menggeleng. "Bukan. Gue nggak kenal. Tapi dia cowok."

Ran menatap kasihan sekaligus bingung pada Arga yang memasang wajah lesu.

Gadis itu menghela napas, "Okelah. Anterin gue aja kalo gitu. Udah telat nih!" Ran mendorong punggung Arga agar bergegas.

Sekolah sudah sepi. Gerbang di tutup tepat setelah mobil Arga melewatinya.

Di sepanjang lorong, Ran hanya bisa menyimpan rasa penasaran dalam otaknya.

Siapa cowok itu? Jadi perkiraan gue selama ini salah? Emang sih, di novel nggak pernah dikasih tahu langsung kalau cowok yang selalu nganter Rachel itu Nathan. Tetangga? Nggak mungkin. Saudara? Mungkin.

Lamunan Ran terhenti saat Arga menepuk pundaknya. Ran menoleh. "Apa?"

Cowok berambut hitam itu terkikik geli. Membuat Ran menatapnya heran.

"Kelas lo kelewat." Arga menunjuk pintu di ujung lorong.

Ran menepuk dahi. Berbalik, lalu berlari menuju kelas nya. Arga terbahak melihat tingkah Ran. Bahkan berhasil membuat bahunya bergoncang saking gelinya.

Tiba-tiba, Ran menghentikan gerakan kakinya. Berbalik. Kemudian meneriaki Arga yang masih terbahak.

"KELAS LO DI SANA JUGA O'ON!"

Seketika, tawa Arga buyar. Menyadari kebodohannya sekaligus menyadari kalau wali kelas sedang melangkah masuk ke dalam kelas.


Arga berlari kesetanan mendahului Ran. Kali ini, gadis itu yang terbahak.

_•°•°•_

"Chel, lo tadi pagi dianter sama siapa?" tanya Arga memberanikan diri.

Rachel yang sedang mengelap jendela kaca menoleh.

"Saudara," jawab Rachel datar.

"Nathan pernah jemput lo?"

"Nggak."

"Kenapa emang?" tanya Rachel balik.

"Gue aja yang jemput lo."

Wajah Rachel memerah. "Ng-nggak usah, rumah lo kan jauh," tolak gadis bermata indah itu.

"Nggak papa, gue nggak mau lo dianter cowok lain." Arga berusaha bersikap cool. Padahal jantungnya berdetak tak karuan.

"Eum ... oke, tapi gue nggak mau nanggung bensinnya ya," Rachel tersenyum jahil.

"Gue juga mau nganter lo." Nathan memotong percakapan.

Rachel dan Arga saling tatap. Ada rona keterkejutan karena kehadiran Nathan yang tiba-tiba.

"Eh? Nggak usah, Arga aja udah cukup kok."

Mendengar itu, Arga melempar senyum kemenangan pada Nathan di depannya.

"Kalo gitu pas pulang gue yang nganter." Nathan tetap bersikeras.

"Oi!" Ran menepuk punggung Nathan dengan keras. Berhasil membuat pemuda itu menatap garang Ran yang kini berdiri di sampingnya.

"Lo nggak denger Arga tadi ngomong apa?" Ran balas menatap Nathan remeh.

"Dia nggak mau ada cowok lain yang nganter Rachel. Dan lo, cowok kan?" selidik Ran.

Rachel terkikik geli mendengar pernyataan Ran. "Udah Ran, dia niatnya baik kok. Sorry, Nat, gue dianter Arga aja. Lagian rumah lo lebih jauh dari rumah gue."

"Tapi-"

Ran menutup mulut Nathan dengan telapak tangannya. Memberikan tatapan membunuh padanya.

"Diem lo," desis Ran.

Nathan menghempaskan tangan Ran kasar. "Apaan sih, cewek gila!"

Rachel menatap sendu Nathan di depannya. Perasaan cemburu kembali memenuhi dadanya. Rachel menunduk. Lagi, perasaan gelisah melanda dirinya.

"Lo kenapa Chel? Sakit?" Arga menatap penuh kekhawatiran pada Rachel.

Nathan ikut menoleh. "Lo sakit?"

Rachel buru-buru menggeleng. "Nggak, capek aja, habis bersihin jendela." Ia kembali fokus pada jendela di depannya, tapi Arga dan Nathan berusaha menyuruhnya istirahat dan segala ucapan penuh kekhawatiran lainnya.

Sementara itu, Ran paham. Sangat paham. Rachel masih memiliki perasaan pada Nathan.

Kini, Ran memantapkan dirinya untuk lebih fokus pada rencana A. Membuat Rachel menjauh dari Nathan. Dalam artian, Rachel harus berhenti menyukai lelaki itu.

_•°•°•_

Besoknya, Ran bergegas menuju rumah Rachel. Berhubung hari ini libur, kesempatan untuk Ran menjalankan rencana A bisa dilakukan sepuasnya.

Ran antusias menekan bel rumah besar itu.

Pintu terbuka. Bukan sosok Rachel seperti yang diduga. Seorang cowok dengan rambut jigrak menyambutnya. Ditilik dari tampilannya, mungkin masih sebaya dengan Ran. "Cari siapa?"

"Rachelnya ada?"

"Ada, masuk aja." Cowok itu mempersilahkan Ran agar masuk.

Setelah dipertemukan dengan Rachel, Ran buru-buru menghilangkan rasa penasarannya. "Chel, cowok tadi siapa? "

Rachel menggaruk tengkuknya. "Saudara."

Ran mengembuskan napas lega. Karena itu berarti bukan cowok yang berkemungkinan akan menjadi saingan Arga.

"Ada urusan apa kesini?"

"Rencana A!" Seru Ran.

_•°•°•_

.. To be Continue..
.
.
.
(972 kata)

#Ran

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro