Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 4: Cewek Gila

"APA lo bilang?" Ran mengusap ujung matanya yang berair, kemudian menunjuk diri sendiri dengan telunjuknya. "Gue? Suka sama lo?"

Nathan terlihat bingung dengan reaksi gadis di depannya.

Tampak Ran masih berusaha mengendalikan tawa gelinya.

"Ya iyalah!" seru Ran dengan ekspresi tidak sesuai dengan perkataan.

"Ha?!"

Ran memperbaiki posisi duduknya. Menatap Nathan tajam. "Menurut lo? Gue suka nggak?"

Nathan bergidik. Baru kali ini ada cewek yang mengaku suka padanya tapi ekspresinya mengaku lain. Seperti ingin mencekiknya.

Tanpa sadar, Nathan memegang tengkuknya. "Cewek Gila," desisnya. Kemudian memutuskan kembali fokus pada ponselnya.

"Oh! Arga!" Ran melambaikan tangan. Seolah sudah lama tidak berjumpa.

Inilah saat-saat yang ditunggu Ran. Mendekati Arga, dan membantunya mendekati Rachel. Misi yang mungkin dinantikan Ran.

Arga sedikit terkejut dengan kehadiran Ran di ruang klub.

"Eh, maaf, lo ... Siapa?" Arga duduk di kursinya. Tepat di samping Ran.

"Murid baru, masa lupa, sih? Gue Ran. "

Pemuda itu ber-o pelan.

"Dari mana lo tahu nama gue? Terus, kenapa lo bisa ada di sini? Apa jangan-jangan,"-Arga melirik ke arah Nathan di meja sebrang-"Lo pacarnya Nathan?"

Nathan seketika terbatuk. Matanya melotot. "Gila lo!"

Arga mengangkat bahu. "Kali aja."

Ran memutar malas kedua bola matanya. "Tenang, Ga. Gue bakal jawab satu-satu. Pertama, gue kenal lo dari Rachel. Kedua, gue anggota baru klub ini. Ketiga, gue bukan pacarnya Nathan," jawab gadis itu sistematis.

Arga hanya mengangguk. Sedikit terkejut dengan fakta bahwa klub Kebersihan mempunyai anggota baru. Mengingat Rachel tidak pernah mengizinkan seorang pun masuk kecuali memenuhi syarat.

"Sorry, guys, gue telat ya?" Rachel ikut bergabung. Duduk di samping Nathan.

Nathan dan Arga menggeleng.

"Oke, yuk kita mulai diskusinya." Rachel memperbaiki posisi duduk.

"Oh, by the way, kenalin. Anggota baru. Namanya, Ran. Udah kenal kan?" Rachel menatap Nathan dan Arga bergantian. Mereka mengangguk.

"Oke, ada pertanyaan? Atau laporan?" tanya Rachel sebelum memulai rapat.

Ran semangat mengangkat tangannya.

"Iya, Ran. Silakan."

"Em, gue punya usul," kata Ran. "Rachel duduknya sama Arga aja, kan cocok."

Rachel dan Arga terbatuk mendengar usulan aneh Ran. Hal itu berhasil membuat wajah mereka berdua merah padam. Berbalik dengan Nathan yang menatap tajam Ran di depannya.

"Nggak." Nathan berkata dingin.

"Apaan sih lo. Gue kan usulnya ke Rachel." Ran menatap sinis cowok di depannya.

"Udah, gue di sini aja. Lagian ini nggak ada hubungannya sama cocok nggak cocok." Rachel tersenyum menenangkan. Dia menganggap usulan Ran hanya bercanda. Mungkin sekadar mencairkan suasana? Pikirnya.

Nathan tersenyum penuh kemenangan pada Ran.

Ran mencebikkan mulut. Tak habis akal.
"Oh, biar bisa puas liatin Arga dari depan ya?"

Lagi, Rachel dan Arga terbatuk. Salah tingkah.

Kini, Ran tersenyum puas melihat tingkah laku dua pemeran novel yang diimpikannya.

_•°•°•_

"Arga, tukeran nomor yuk!" Ran berjalan di samping Arga.

"Oke." Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

"Thanks, ya...."

Mereka berdua mendapat tugas mengawasi kebersihan sekolah bagian barat. Sementara Rachel dan Nathan ke arah sebaliknya. Ran sempat protes dengan hal itu. Tapi, memikirkan soal kesempatan mengajak bicara Arga membuatnya mengalah.

"Ga, lo suka sama Rachel kan?" Ran menaik turunkan alisnya.

Wajah pemuda itu memerah. "Ha? Maksud lo?"

Ran tersenyum jahil. "Udahlah, ngaku aja. Gue tahu kok. Dan gue, bisa bantu lo deketin Rachel."

Arga sedikit ragu dengan kalimat Ran barusan. Pasalnya, Ran itu murid baru. Dan baru 1 hari dia di sini. Tapi tingkahnya sudah macam 1 tahun.

"Lo nggak nguntit Rachel 'kan?"

Ran tampak tak terima. Ia menyahut, "Ya nggaklah! Gue itu temennya. Dulu gue sempet kenal sama dia pas pertukaran pelajar. Walau mungkin dia udah lupa sama gue. Gue sih fine-fine aja. Gue ngaku kok, dulu gue emang cupu. Beda ama sekarang," karang Ran penuh percaya diri.

Arga mengangguk mengerti. Dia ingat Rachel dulu memang pernah ikut pertukaran pelajar.

"Dan soal gue bakal bantuin lo deketin Rachel, lo bisa kasih tahu gue kalo lo minat." Ran melambaikan tangan. Tanpa perlu menunggu jawaban Arga. Ia pergi begitu saja. Tugas mengecek sudah selesai. Ran segera menuju tempat parkir setelah memberitahu Rachel kalau dia sudah pulang.

_•°•°•_

Ran memasuki apartemen dengan hati gembira. Senang karena ia bisa bertemu Rachel, tokoh novel yang ternyata memang cantik. Dan Arga. Dengan kesan badboy nya, tapi baik. Tapi tidak dengan Nathan. Karena dari luar dia baik, tapi bad di dalam. Itu menurut asumsi Ran.

Ia merebahkan tubuhnya di kasur. Menatap langit-langit kamar degan senyum terlukis di wajahnya.

"Rencana A sukses, B otw, dan C," -Ran mengerucutkan bibirnya- "gagal."

Hening. Tidak seperti biasanya. Saat masih didunia nyata, Ran selalu saja terusik dengan keramaian penghuni rumah. Sekarang, tidak ada siapapun.

Gadis berambut hitam itu beranjak dari kasurnya. Perutnya lapar dan dia tidak sempat sarapan. Melirik ke arah kulkas.

"Mungkin ada bahan makanan?" gumamnya seraya melangkah menuju kulkas.

Seperti yang diduga. Sempurna, kulkas terisi penuh oleh bahan makanan. Ran memutuskan memasak menu makan siang yang simpel saja.

Baru saja ia meletakkan makanannya di meja makan, Ponsel yang ada di saku Ran berdering. Sebuah panggilan telepon dari Arga. Ia tersenyum penuh kemenangan. Kemudian mengangkat telepon.

"Ya?"

"...."

"Sip! Gue ke sana sekarang."

Ran buru-buru mengganti pakaiannya. Mengingat dari tadi ia belum sempat ganti baju.

Setelah mengambil sepedanya, ia mengayuh benda beroda 2 itu dengan semangat menuju taman kota. Yang jaraknya hanya beberapa meter dari apartemen miliknya.

"Oi! Gimana? Berubah pikiran?" ujar Ran seraya menghampiri Arga yang sudah menunggu di salah satu bangku.

"Ya. Gue mau lo bantu gue buat deketin Rachel."

Ran loncat duduk di samping Arga. "Bagus. Sekarang lo tinggal dengerin saran gue."

Arga mengangguk.

"Gini, sebelumnya, gue itu peduli sama Rachel. Dia itu berarti buat gue. Maka dari itu, gue pengen dia punya pendamping yang sempurna. Contohlah: Arga." Ran melirik ke arah Arga sebentar. Kemudian melanjutkan, "Asal lo tahu, Rachel itu suka sama lo. Buktinya, dari dulu dia nungguin elo pulang dari London. Dia nggak bisa lepasin lo gitu aja setelah tahu lo berubah jadi dingin ke dia. Maka dari itu, dia berusaha buat lo balik kayak dulu. Dan itu berhasil kan?"

Arga tersenyum tipis. "Ya."

"Tapi sayangnya, si Nathan sialan itu ngerebut hati Rachel duluan. Kalo aja lo nggak balik ke Indo secepetnya, gue yakin, si Rachel udah pacaran sama Nathan. Untunglah itu nggak terjadi."

"Kok kesannya gue yang jadi pengganggu ya? Kalau Rachel akhirnya sama Nathan, itu terbukti kalau Rachel tulus dong sama dia," tukas Arga.

"Hmm, mungkin lo bener. Tapi gue yakin seratus persen kalau Rachel nggak bakal diem aja saat tahu lo pulang ke Indo dalam keadaan nggak seperti dulu. Itu membuktikan, dalam hati kecil Rachel, dia masih peduli sama lo. Dan hasilnya, lo balik jadi pribadi yang menyenangkan."

Arga mengangguk. "Ya, lo bener. Gue bisa berubah kayak gini semua itu karena Rachel."

"Sekarang, lo lebih percaya 'kan, kalau Rachel lebih milih lo dari pada Nathan?"

Arga mengangguk lagi. "Thanks, seenggaknya, Kata-kata lo berhasil bikin gue semangat."

"Sip, sekarang gue ada rencana. Gini, setiap pagi, lo harus jemput Rachel. Jangan sampe keduluan Nathan."

"Tapi kan, rumah gue jauh dari tempat Rachel," ujar Arga.

"Itu berarti dia bakal milih lo kalau tahu lo udah jauh - jauh dateng buat jemput," jawab Ran mantap.

"Gitu?"

Ran mengangguk. Tersenyum lebar. Tangannya menepuk bahu Arga. Menyemangati.

"Oke, thanks."

"Nggak masalah. Kalo gitu, gue balik dulu." Ran loncat berdiri.

"Mau gue anter?" tawar Arga menunjuk mobilnya.

Ran menggeleng. "Nggak usah. Deket kok."

"Oke."

Terdengar suara bergemuruh dari perut Arga. Ia menunduk memegangi perutnya.

Ran seketika terbahak.

"Lo laper?"

Arga menggaruk rambut hitamnya. "Gitu deh, gue kesini buru-buru."

"Mampir yuk, gue baru aja masak makanan," ajak Ran.

"Nggak usah. Gue langsung pulang aja." Arga bersiap membuka pintu mobilnya. Tapi ditahan oleh Ran.

"Nggak usah sok kalem. Gue tahu lo nggak ada makanan di rumah."

"Tau dari mana lo?"

Ran nyengir. "Nanti gue kasih tahu kalo lo mau mampir."

Arga mengalah. Sepertinya ia sedikit kepo dengan kalimat Ran barusan. Mungkinkah semua informasi itu dari Rachel?

_•°•°•_

.. To be Continue..
.

(1383 kata)

#Ran

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro