Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 17: Ada Apa Dengan Nathan

BEBERAPA SAAT sebelumnya...

Ran baru saja keluar dari apartemennya. Ia berencana berangkat ke sekolah menggunakan sepeda biru yang semenjak berada di dunia novel menjadi kendaraan favoritnya.

Seharusnya, Nathan mengantarnya ke sekolah setiap hari seperti kesepakatan 3 hari yang lalu. Tapi nyatanya, di hari pertama, lelaki itu mengingkarinya. Membuat Ran berangkat dengan sepeda biru miliknya semenjak dua hari yang lalu.

Rachel belum mengetahui fakta tersebut. Karena, entah siapa yang memulai, Nathan dan Ran memilih berpura-pura seolah-olah mereka berangkat dan pulang sekolah bersama.

Tapi, hari ini. Saat Ran bersiap mengayuh sepedanya, mobil putih milik Nathan sudah tampak berhenti di depan gedung apartemen.

Ran yang melihat itu segera menghampirinya. Meninggalkan sepeda biru itu di dekat pagar.

Ran menunduk. Mengetuk jendela depan mobil. Nathan yang menyadari kehadiran Ran memberi kode pada gadis itu agar masuk.

Ran mengernyit. "Kesambet apa nih cowok?" desisnya.

Setelah Ran masuk kedalam mobil, ia tanpa basa basi langsung bertanya, "Ngapain lo disini?"

Nathan mengangkat salah satu alisnya. "Nganter lo, lah!" jawabnya dengan nada kesal.

"Perasaan lo nggak mau nganter gue," sahut Ran. "Dua hari ini kan, lo juga nggak nganter gue. Kenapa lo tiba-tiba nganter? Lo kesambet?" tanya gadis itu seolah khawatir.

Nathan mendengus. "Gue tahu," katanya. "Anggep aja itu hukuman lo karena lo udah bikin gue emosi. Gue tetep bakal nganterin lo karena Rachel yang nyuruh. Gue nggak mau buat dia kecewa."

Ran melongo tak percaya. Jadi hanya karena pertanyaan sepele itu yang membuat Nathan marah? Gadis itu menggeleng-nggelengkan kepalanya heran.

Tidak mau terlambat, Nathan segera menjalankan benda putih miliknya.

Di sepanjang perjalanan, Ran hanya diam. Malas berurusan dengan Nathan. Atau jika gadis itu mencari gara-gara, otomatis Ran akan jalan kaki seperti dulu. Walau pada akhirnya Ken mengantarnya, tapi tidak mungkin, 'kan? Pemuda berambut jigrak itu akan berpapasan dengannya lagi?

Tiba-tiba, Ran teringat sesuatu. Bukankah dulu Rachel menyetujui ajakan Arga soal mengantar gadis itu berangkat sekolah? Tapi, kenapa yang akhir-akhir ini ia lihat adalah orang lain yang mengantar Rachel? Bahkan Arga nampak menerima hal itu.

Tanpa sadar, Ran mengacak rambutnya yang sudah diikat rapi. "Sial! Ini semua gara-gara gue terlalu fokus sama Nathan!" umpat Ran dengan suara yang bisa di dengar Nathan.

Lelaki di samping Ran berdehem. Gadis itu menoleh. Mulutnya seketika terbuka.
Gue ngomong apa sih!?

Ran memerbaiki posisi duduk. Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Anggep aja gue tadi cuman ngelantur," ujar Ran tanpa menoleh.

Nathan juga tidak terlalu memedulikan Ran di sampingnya. Karena ia sudah maklum dengan sifat gadis itu: gila.

"Kapan sih, gue bisa jadi pacar lo?" Ran bergumam. Bersamaan dengan berhentinya benda putih yang ditumpanginya.

Ran sontak terkejut dengan omongannya barusan. Ia lupa kalau ia berbicara macam-macam pada Nathan saat di mobil, kemungkinan besar Ran harus membuat kakinya pegal-pegal karena harus berjalan kaki hingga ke sekolah.

Dan sebelum Nathan mengatakan "turun!", Ran sudah lebih dulu bergerak. "Ah, sorry. Gue paham."-Ran melepas sabuk pengamannya-"gue bakal turun kok," kata Ran.

Nathan yang melihat hal itu malah bingung dengan kelakuan Ran yang tiba-tiba menawarkan diri akan turun. Padahal, Nathan menghentikan mobilmya bukan karena itu.

"Mau ngapain lo?"

Ran berbalik. Tangannya urung membuka pintu. "Eh? Maksudnya?"

"Lo mau turun?" tanya Nathan lagi yang diangguki oleh Ran.

Salah satu alis Nathan terangkat. "Kenapa?" tanyanya.

Ran menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Bukannya gara gara gue nanyain macem-macem ya?" Gadis itu malah balik bertanya.

Nathan sebenarnya ingin tertawa keras saat mendengar jawaban Ran tadi, tapi karena hal itu akan membuat Ran menganggap aneh dirinya, Nathan hanya bisa menahannya.

"Sekarang lampu merah," ujar Nathan kembali menatap ke depan. Berusaha agar tidak tertawa.

Ran yang menyadari kebodohannya hanya bisa menyembunyikan wajahnya dengan telapak tangan karena malu. Bego! Harusnya gue tanya dulu tadi!

Sesampainya mereka di sekolah, Ran dan Nathan segera bertolak menuju ruang klub. Karena festival sekolah masih berlangsung. Tujuan utama mereka di sekolah hanyalah ruang klub Kebersihan.

"Rachel! Arga! Selamat pagi~" sapa Ran ketika memasuki ruangan. Di belakangnya, Nathan masuk dengan ekspresi datar.

"Pagi, Ran. Lo udah sarapan 'kan?" tanya Rachel. Tangannya fokus mencatat sesuatu.

Ran mengangguk. "Udah donk! Gue sekarang udah jaga pola makan. Kan kasihan Nathan kalo lihat gue sakit," ujar Ran dengan kepercayaan diri tingkat tinggi.

Rachel dan Arga bahkan dibuat tidak berkedip karena ucapan Ran.

Sementara Nathan hampir saja muntah karenanya.

"Kalian berangkat sekolahnya bareng, nggak?" Ran memberikan tatapan penuh selidik pada Arga dan Rachel.

Mereka berdua saling lirik sebentar. "Nggak, akhir-akhir ini kak Ken yang nganterin gue," jawab Rachel dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Tidak mau memerpanjang masalah, Ran hanya mengangguk. Mencari solusi lain agar Rencana A-nya berhasil.

"Nat, temenin gue yuk," ajak Ran sambil menggoyang-menggoyangkan lengan Nathan.

Arga dan Rachel saling tatap. Heran kenapa Ran tiba-tiba bersikap aneh hari ini.

"Argh! Lepas!" Nathan menghempaskan tangannya.

"Lo kenapa sih? Gue kan suka sama lo!" protes Ran.

Nathan balas menatap tajam Ran di sampingnya. "Bisa nggak sih, lo berhenti ganggu hidup gue?" desisnya tajam.

Ran tersenyum miring. Sama sekali tidak merasa takut pada sosok Nathan. "Kenapa? Baru tahu gimana rasanya di ganggu?"

Kedua alis Nathan bertaut. Ia tampak berpikir keras. Dan beberapa detik kemudian, pemuda itu memutuskan membawa Ran pergi menjauh dari Arga dan Rachel. Menarik gadis itu dengan paksa menuju halaman belakang sekolah.

_●°●°●_

"Mau lo apa, hah?!" Nathan sudah tidak dapat mengendalikan emosinya. Ia melepas cengkeraman dari tangan Ran.

Gadis di depannya hanya menatap datar Nathan. Tangannya disilangkan di dada.

"Lupain Rachel. Karena, dia udah lupa sama lo," jawab Ran kelewat santai.

"Apa lo bilang?!" Nathan menarik kerah Ran. Melupakan fakta kalau Ran adalah seorang perempuan. Ia memberi tatapan tajam pada gadis itu.

Ran balas menatap tajam pemuda di depannya. "Kenapa? Lo takut? Mau bukti?"

Nathan terdiam sebentar. Kemudian melepaskan tangannya dari kerah seragam yang dikenakan Ran.

Ia mengacak rambutnya frustasi. "Apa lo bilang? Takut?" Nathan menyeringai licik. "Denger ya, dari awal gue curiga sama lo."

Ran masih berdiri dengan tenang. Ia sudah menduga kelakuannya akan mengundang kecurigaan.

"Lo masuk klub Kebersihan, bantuin Arga biar deket sama Rachel, dan ngaku-ngaku suka sama gue. Dan sekarang, lo berencana buat Rachel benci sama kelakuan gue di ruang klub tadi. Menurut lo, wajar nggak, kalo gue nggak curiga?" ujar Nathan panjang lebar.

Ran melangkah maju. Mendekati Nathan hingga jarak mereka hanya selisih setengah meter.

"Mau taruhan?" tawar Ran dengan tatapan menantang. Bukannya menjawab pertanyaan Nathan, gadis itu malah mengajaknya taruhan.

"Gue bakal buktiin kalo Rachel udah nggak suka sama lo," lanjut gadis itu dengan senyum misterius. Berhasil membuat Nathan merasa tertantang.

_●°●°●_

..To Be Continue..
.
.
(1073 kata)
#Ran


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro