Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

✎៚┆Satu

Kala itu, malam cerah tak berawan di pelabuhan. Langit musim panas nampak cantik berhias ribuan gemintang. Udara hangat terasa manis membelai kulit. Sayup-sayup pula terdengar gaungan dari kembang api yang bersahutan. Nyaring. Meledak. Menyala tak kalah terang dengan bintang angkasa.

Inumaki Toge tengah berdiri di posisinya setelah hampir 5 menit mengontrol debaran jantungnya, mengatur napasnya, dan yang terpenting membulatkan tekadnya.

Pemuda itu meremas rambutnya, berkata, "Tuna,"

"Kamu mau bilang apa?" kekeh kecil terlontar pada akhir kalimat, gemas menatap Toge yang melirik malu-malu ke arahnya.

Getaran aneh kembali merasuki jiwa Toge. Kala maniknya tak sengaja beradu dengan manik sebening embun milik gadisnya.

Tangan keduanya masih saling bertaut. Saling mengenggam. Seakan diri akan mengikuti kemana saja kekasihnya akan pergi. Saling melontarkan rekah senyum bahagia dan berbagi kehangatan kala dingin angin malam menerpa tubuh mereka.

"Salmon, ermm.. Tuna."

[Name] mengernyit, berusaha mencerna apa yang baru saja Toge katakan padanya. Meski ia tau itu percuma, namun, rasa penasaran yang tiba-tiba singgah mulai membuncah dalam hati kecilnya.

Gaung gema ledakan kembang api terdengar semakin bersahutan. Kencang memekakkan. Menandakan acara puncak pada festival malam itu akan segera dilaksanakan.

"Toge, ayo pergi kesana! Aku ingin melihatnya lebih jelas lagi!" atensi sang gadis teralihkan pada kembang api yang meledak, lantas tersenyum girang, memantulkan cerah nyala kembang api pada manik cantiknya.

Toge tertegun.

Memandang takzim wajah gadisnya.

"Jadilah istriku [Name]."

Debaran jantung [Name] seketika beradu dengan ledak kembang api di angkasa. Melotot. Dan kemudian menoleh cepat.

"Toge kun?" gadis itu bertanya pelan.

Dengan semburat rona yang semakin menjadi pemuda itu berkata, lagi, untuk yang kedua kali.

Mengulang ucapannya.

"Menikahlah denganku."

Pada detik itu juga Toge menunduk, merogoh sesuatu dari saku jaketnya dan mulai berjongkok, duduk menghadap sang gadis yang tengah tersipu malu.

Manik diajak berlabuh indah dalam tenang lensa kebiruan Toge menatapnya. Merona. Sang gadis tertegun kala ia merasa tangan tengah digenggam lembut olehnya, dan pada detik berikutnya,

"Aku mencintaimu. Lebih dari apapun dalam hidupku."

Rekah kurva mengembang sempurna di wajah cantiknya. Tersipu. [Name] berusaha mati-matian untuk tak bergegas memeluk pemuda yang tengah menyodorkan cincin perak dihadapannya.

Suara tercegat dalam atmosfer kesenangan yang luar biasa hebat. Lidah mengkelu. Ingin berkata "Iya" namun hanya anggukan kecil yang terlontar sebagai jawaban.

Dalam sepersekian detik Toge terkesiap, meremat jari gadisnya lantas bergegas menautkan cincin perak di jari manisnya.

Kemudian meloncat girang. Jingkrak-jingkrak sambil terus tertawa senang.

[Name] sadar kebahagiaan malam itu tidak akan sebanding dengan kebahagiaan yang ia dapatkan hari ini.

Hari dimana semuanya akan kembali menjadi lembaran baru yang kosong, bersih, dan menanti sang gadis menorehkan tinta perjalanan hidup barunya bersama Toge pada setiap lembar.

[Name] terbuai oleh senyum manis yang Toge tujukan padanya.

Sorot maniknya begitu lembut menatap, seakan mengajak dirinya berlabuh kembali dalam kenangan berhias duka nan suka yang pernah mereka lalui bersama.

"[fullname], apa kau bersedia?"

Atmosfer senang bercampur haru seketika meledak kala bibirnya berucap "Iya". Semua bersorak meneriakkan nama keduanya. Begitu meriah dan penuh kebahagiaan.

Ditengah sorak-sorai tamu yang begitu ramai, disaat kebahagiaan masih berada dipuncaknya, Toge, secara mengejutkan membuat seluruh tamu terdiam melotot ke arahnya.

"Bolehkah aku menciumnya pendeta?"

Hening.

Semua hanyut dalam angan mereka. Bertanya-tanya, baik kepada diri mereka sendiri atau orang disampingnya.

Apa barusan mereka tidak salah dengar?

[Name] pun terdiam, antara tersipu dan tak tau harus merespon bagaimana.

Pendeta mengangguk kemudian, setuju dan mulai mempersilahkan Toge untuk melakukan apa yang barusan ia minta. Toge tanpa basa-basi segera meraih jemari [Name], masih menatap dengan manik indah yang membuai, dipoles manis dengan kurva tipis yang mengembang begitu menawan.

Terpesona.

Bibir ranum manis mencuri perhatian.

Mendekat seraya terpejam, seakan ingin menikmati rasa dari bibir keduanya.

Kecupan manis mendarat pada detik berikutnya, kembali terbuai, menyeruakkan rasa nyaman pada dada.

[Name] kembali menyadari sebuah hal yang terpatri dalam hatinya.

Yakni ia mencintai Toge sebagaimana adanya. Tak meminta lebih, cukup dicinta seperti ini sampai akhir hayat, sampai waktu yang bertindak memisahkan keduanya, dimana nanti [Name] atau Toge akan begitu merindukan sosok salah keduanya.

Bulir air mengalir dari keuda hulu mata.

Toge tersentak menyadari tangis gadisnya, kalap berkata, takut ada perbuatan yang salah tak sengaja ia lakukan.

"Tu-tuna?"

Toge buru-buru saja mendekap, panik, menenangkan seraya mengusap pelan surai sang gadis yang masih menangis di pundaknya. [Name] dengan segala rasa yang campur aduk dalam hatinya balas mendekap.

Menikmati halus tangan Toge mengusap punggungnya.

Menyesapi lembut aroma susu yang menyeruak pada Toxedo silver miliknya.

Yang jelas,

Ia.

Tersihir bisik candu suaranya yang lembut menyapu telinga, terekam jelas, akan ia ingat sampai kapanpun.

"Sayang, percayalah. Ketakutan terbesar pada diriku adalah kehilanganmu."

Mengecup pelan dahi gadisnya.

"Jangan bosan berada di keluarga Inumaki, mutiara ku."

⋆ ✧ ⋆ ✧ ⋆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro