✎៚┆Empat
"Jaga rumah baik-baik."
"[Name] belum mau pulaaaangg?"
"I-iya,, tidak akan lama Satoru--"
"Jadi aku sendiriiiiiiii??"
"Untuk beberapa jam saja. Pekerjaan ku sedikit menumpuk di sini. Ah-- iya akan segera saya selesaikan-- Ya sudah segitu, aku akan mengabari lagi nanti, sampai jumpa."
*piip*
Gojo tersentak begitu indera menangkap denting nada sambung dari ponselnya. Berpikir. Kenapa dimatikan? Padahal ia belum bilang 'Aku Cinta Kamu' seperti hal yang biasa mereka lakukan sebelumnya.
Entah itu sebelum Gojo berangkat kerja.
Atau [Name] akan pergi ke supermarket.
Juga kala mengakhiri percakapan pada seluler mereka.
Bibir kini mengerucut sebal sebagai tanggapan. Bete. Lantas dengan iseng ia menarik sudut bibir ke bawah. Menyesuaikan sejenak pita suara dan mulai mengocehkan kata yang dilontarkan sang gadis melalui telponnya.
"Iki ikin mingibiri ninti. simpii jimpi."
Surai salju nampak mencolok dalam perabotan rumah yang serba hitam. Terlebih kini ia sendiri. Mungkin akan lain cerita bila seorang balita ikut menemaninya di sini. Selagi mengemut botol susunya. Yang selaras manis dengan surai salju sang balita bermanik (e/c).
"Aaaa~" Gojo dengan cepat menyambar bantal empuk di ujung sofa. Memeluknya. Selagi berkhayal seorang balita sedang menepuk-nepuk pelan dada bidangnya.
Selesai dengan khayalannya, sang pemuda bermanik langit kini terdampar tak berdaya di atas karpet. Lantas apa? Pikirnya. Sekelebat ide untuk menghidangkan beberapa makanan kesukaan [Name] ditampiknya jauh dari angan. Teringat, akan kejadian pie tempo lalu yang menghanguskan setengah tabungannya di bank.
Ya, ovennya rusak.
[Name] merajuk untuk beberapa jam kemudian. Mogok bicara. Walau tetap terhidang makan siang di meja. Berusah payah Gojo menghasut, tak henti sampai sang gadis mengutarakan apa yang menjadi keinginannya saat itu juga.
Pinta oven baru langsung ditanggap cepat oleh sang pemuda. Meski dengan tersungut-sungut menemaninya pergi berbelanja di mall, juga sesekali menjongkok kala lelah bergelanyut pada kaki jenjangnya.
Tring!
"Huh?!"
Lamun terpecah. Manik langit kini tertimpuk pada benda pipih yang menyala di atas meja. Mempertanyakan sejenak siapa si pengirim pesan, untuk kemudian hujaman notifikasi pesan masuk lainnya menderu menciptakan nada yang begitu memekakkan telinga.
"Eh-eh-- ga sabaran amat."
Alih-alih membalas, sang pemuda malah bertindak mengintip sejenak nama sang pengirim pesan. Melihat kontak gadisnya yang tertera pada layar, pemuda bersurai salju itu melotot selagi tangan tergopoh-gopoh menyambar ponselnya.
Boo♥️: Satoru
Boo♥️: Hey
Boo♥️: Hey Satoru
Boo♥️: Balas cepat
Kenapa [Name] chan? |
Kangen kan? |
Boo♥️: Hehe
Boo♥️: Tau aja
Boo♥️: Eh typo
Boo♥️: Ngaco aja
:( |
Boo♥️: Jemput aku segera
Huh?! |
Sayangku mau kabur yaaa?? |
Nakal kamu ternyataa |
Boo♥️: Berisik
Boo♥️: Kepala kantorku salah memberi perintah. Tugas itu untuk tahun depan ternyata.
Gojo memekik senang membaca pesan terakhir gadisnya. Tak pelak dengan rona kemerahan yang tipis mewarnai pipi. Juga manik langit yang menyipit selagi terkikik kecil menanggapi. Terlebih kala dirinya menyadari, akan betapa banyak waktu luang yang bisa ia habiskan berdua bersama istrinya hari ini.
Aku akan jemput kamu segera|
Jangan kemana-mana gadis nakal|
Ponsel dengan cepat di bantingnya pada atas sofa. Bergegas naik. Untuk kemudian turun setelah mengenakan setelan casual suits.
Kunci mobil di sambarnya cepat. Lantas diri bergegas keluar selepas memastikan setiap lampu rumah tak lagi ada yang menyala. Mengunci pintu. Untuk kemudian membukanya lagi, kala diri melupakan penutup mata yang menjadi ciri khasnya.
"Bisa-bisanya lupa." Gojo mengomel sejenak sebelum menempatkan diri pada jok mobil yang nyaman.
"[Name] chan aku datang~"
Dan mobilnya melesat membelah keramaian kota metropolitan.
⋆ ✧ ⋆ ✧ ⋆
"Kau membawa Boba ini untukku?"
"Iya~ Bagaimana? Suka?"
"Lantas cuma satu? Milikmu mana?"
"Kan bisa minum dari bibirnya [Name] chan."
"Satoru-- ish ini tempat umum."
"Gapapaa-- oh hei!! Iya kau yang di sana! Istriku cantik kan?"
"Satoruuuu---"
⋆ ✧ ⋆ ✧ ⋆
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro