Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03. LOVE AND HURTS

  

    

     
   
Hello. Nungguin yah? 🤭

Btw ini no edit. Jadi kalo banyak typo atau kalimat yang kurang pas, komenin aja🙏🏻

Dan sekali lagi. No baper berlebihan 😭 just FF gaes. Bedakan yah RL dan fiction😭

  

Ok. Selamat membaca

Warning banyak typo ❤
~~~~~

    

      


    

     

     

     
     

     

      

       

       

     

"Phi. Aku dan Mark Gege ada di Guangzhou. Let's meet"

Lisa tersenyum saat mengingat pesan singkat yang Bambam kirimkan beberapa jam yang lalu. Perempuan cantik itu memang baru saja sampai di hotel, setelah satu bulan diwajibkan bed rest total untuk memulihkan kesehatannya, -- juga Mentalnya.

Sekarang, Lisa harus kembali ke China karena ada beberapa project dan pemotretan untuk cover majalah Desember Issue, bulan mendatang.

"Waktunya makan, Lisa~ya. Kau masih harus minum obat"

Lisa menoleh, dan sudah mendapati Jull Oppa dengan nampan berisikan banyak makanan dan tentu saja beberapa botol obat yang sebenarnya sudah sangat membuat Lisa muak.

"Aku masih harus minum obat itu?"

Jull mengangguk tegas. "kau masih harus meminumnya. Sampai jam tidur mu kembali normal"

"Tapi ---"

"Tidak da bantahan, oke?" Jull menyela tegas saat Lisa akan mendebat, dan dipastikan akan berujung dengan permohonan untuk absen minum obat lagi, sama seperti sebelumnya.

Lisa membuang nafas pasrah. "Obatnya banyak sekali Oppa. Aku bosan"

Jull berjalan mendekat dan meletakkan nampan berisikan banyak makanan itu di atas nakas, dekat tempat tidur Lisa.

"Karena itu, cepatlah sembuh, oke?"

Lisa mendengus. "Aku sudah sembuh. Aku baik. Aku sehat"

"Fisikmu. Tapi mentalmu?"

Lisa diam. Ucapan sang Manager tidak ada yang salah. Tapi mengapa Lisa bagitu tidak nyaman mendengarnya?

Melihat reaksi wajah Lisa berubah masam. Jull tahu, ia telah salah bicara. "Aku bukan mengatakan kau "sakit"." ucapnya dalam tanda kutip. "Kau hanya terlalu stress. Banyak pikiran dan menakuti hal-hal yang belum terjadi"

Jull mendekat lagi dan memegang kedua bahu Lisa. "tolong. Kembalilah seperti Lisa kami yang dulu. Aku merindukannya"

Mata Lisa memanas mendengar ucapan sang Manager. Jull bukan orang pertama yang berkata seperti itu pada Lisa. Sebelumnya, Jennie, Jisoo dan Chaeng sudah lebih dulu mengatakannya.

"Oppa ---" Lisa mulai terisak pelan. "apa aku merepotkan Oppa selama ini? Mianhae. Aku akan sembuh. Aku tidak akan membuat kalian khawatir lagi"

Jull menggeleng ribut. "kau tidak pernah merepotkan ku. Tidak ada yang merepotkan ku, jadi -- tolong jangan siksa dirimu lagi, Lisa~ya. Kau juga berhak untuk bahagia"

Lisa mengangguk dengan isakan yang masih terdengar. "Aku akan sembuh. Untuk Oppa. Untuk eonniedeul. untuk Blinkeu. Aku pasti Sembuh, Oppa"

Jull tersenyum senang mendengar semangat Lisa yang kembali lagi setelah sekian lama. Pria tambun itu lalu menepuk-nepuk bahu Lisa memberi semangat. "Tolong tetap kuat, Lisa~ya"

Lisa tersenyum lalu mengangguk. "Nde. Tolong bantu aku juga, Oppa"

Hari ini Lisa sadar, bahwa ia sudah membuang banyak waktu berharganya dan menyia-nyia waktu bahagianya untuk memikirkan sesuatu yang harusnya ia lupakan sejak dulu. Seharusnya Lisa sadar, ketika ia memutuskan untuk melepaskan Sehun, saat itu juga Lisa tidak berhak lagi untuk mengharapkan Sehun-nya akan kembali.

Lisa sudah memilih jalan ini, dan semuanya untuk kebaikan Sehun. Seharusnya Lisa tidak boleh menyesalinya. Sehun sudah mendapatkan semua yang berhak pria pucat itu dapatkan. Jadi, tugasnya sudah selesai, bukan? Sudah saatnya Lisa untuk melangkah maju dan bukan hanya berdiri di tempat yang sama menyesali masa lalu.

Sehun saja sudah mulai membuka diri dan hatinya. Harusnya Lisa juga bisa melakukan hal yang sama. Bukan untuk mencari pengganti perasaannya pada Sehun, tapi untuk memperbaiki semua yang sudah rusak. Memperbaiki hati untuk melangkah maju dan tidak lagi menyakiti diri sendiri.

Sekarang, Lisa akan belajar untuk mulai melepaskan dan merelakan semuanya. Bukankah dengan merelakan, akan membuat hati Lisa jauh lebih tenang?

Jadi, Lisa akan mulai dari sana. Untuk benar-benar merelakan semua yang terjadi padanya, juga kisah percintaannya.

"Aku akan mencoba untuk melepaskan semuanya"

   

    

    

   

     

        

        

      

       

      

    

    

   
"Jadi Sehun ada di Louis Vuitton. Sementara Seulgi ada di Gucci"

Sehun mengangguk dengan ekspresi malas nya.

Sungguh, ia lelah. Lelaki pucat itu tadi hanya sempat tidur beberapa jam saja, sebelum pagi-pagi sekali datang ke agensi untuk membahas keberangkatannya ke China dalam minggu-minggu ini, menghadiri opening event Louis Vuitton di Negeri tirai bambu itu.

"Keberangkatan kalian hanya selisih dua hari, meskipun acara eventnya berlangsung di hari yang sama"

Sehun mengangguk lagi. Mengabaikan Seulgi yang terus meliriknya dari samping dengan kuluman senyum di bibir tipisnya.

Sehun tidak peduli pada sekitar. Sungguh. Sehun benar-benar lelah. Tidak bisakah hal ini dibicarakan bersama Manager saja? Tubuh Sehun letih, karena pulang syuting di jam yang audah menunjukkan pukul 02:45 KST.

Belakangan ini memang Sehun begitu di sibukan dengan jadwalnya yang sangat padat. Selain syuting, syuting CF dan beberapa tawaran project lainnya juga harus Sehun jalani.

Mengingat betapa sibuk nya dia tahun ini, kadang-kadang membuat Sehun tersenyum miris. Setahun yang lalu, Sehun lebih sering menghabiskan waktunya di Apartemen, atau latihan di gedung Agensi ketika rekan-rekan di grupnya begitu sibuk dengan jadwal individual masing-masing.

Tapi lihatlah sekarang, semuanya seakan terbalik seratus delapan puluh derajat, melihat hampir tak adanya waktu untuk Sehun, bahkan hanya untuk membawa Vivi ke pet shop.

"Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk mengelabuhi media. Semoga bisa membantu meskipun tidak banyak. Aku harap, mereka tidak mencium kecurigaan apapun pada kalian"

Sehun mengernyit. Tunggu. Sepertinya ada yang salah di sini. Apa tadi katanya? Mengelabuhi media? Menimbulkan kecurigaan? Maksudnya bagaimana?

"Maaf sajangnim. Tapi, apa maksudnya dengan menimbulkan kecurigaan?" tanya pria pucat itu sopan pada atasannya yang kini sedang tersenyum lebar.

Ya. Sehun akhirnya memilih untuk bertanya, setelah dari tadi hanya terus mengangguk-angguk tanpa suara.

"Bukankah kami sudah sering berada di satu bandara yang sama? Kenapa sekarang harus mengelabuhi media?"

Lee sung soo tertawa keras menimbulkan keheranan sendiri untuk Sehun. Memangnya, ada yang lucu dari pertanyaannya? Sepertinya Sehun bertanya tentang hal normal, dan memang benar adanya seperti itu.

Red Velvet dan Exo sering berada di satu bandara yang sama. Mengingat mereka berada di satu naungan Agensi yang sama dan memiliki jadwal yang tidak terlalu jauh berbeda pula.

Tidak jarang, interaksi mereka juga sering tertangkap oleh kamera fans ketika kedua grup itu berada pada satu acara yang sama. Hal semacam itu sangat wajar terjadi. Selama ini, Exo dan Red Velvet baik-baik saja dengan itu. Tidak ada masalah yang terjadi atau bahkan sampai menimbulkan kecurigaan pada media bahkan fans.

Lalu, apa bedanya sekarang?

"Itu dulu, Sehun~ah. Sekarang berbeda"

Sehun semakin tidak mengerti ucapan CEO perusahaannya ini. Memangnya di mana letak perbedaannya?

"Kalian sedang dekat bukan?" ucap Lee Sung Soo cepat melihat kebingungan Sehun "Aku lihat, belakangan ini kalian sering bersama. Oleh karena itu aku sengaja memisahkan keberangkatan kalian berdua"


Ucapan CEO SM Entertainment itu sontak membuat Seulgi gelagapan, malu dan takut dalam waktu yang bersamaan. Perempuan manis itu sontak langsung tergugu menatap tidak enak pada Sehun sebelum berkata,

"Aahh itu ---"

"Kami memang dekat" ucapan Seulgi begitu saja disela dengan cepat oleh Sehun yang sekarang sudah mengerti ke mana jalan obrolan aneh ini berlangsung.

"Tapi kami hanya teman. Tidak lebih dari itu" Sehun menjelaskan dengan tegas. "Kedekatan kami tidak seperti yang anda pikir, Sajangnim"

Muka merona Seulgi langsung pudar begitu saja, saat mendengar perkataan tegas Sehun. Seulgi diam-diam menatap Sehun dari samping dan melihat dengan jelas bagaimana rahang kokoh pria yang disukainya itu menegang menahan amarah.

Tidak tahu kenapa, tapi Seulgi rasanya seperti disadarkan. Perkataan Sehun itu seperti menegaskan padanya, bahwa hubungan mereka tidak akan pernah berubah dari pertemanan, meningkat lebih menjadi sepasang kekasih yang selama ini Seulgi inginkan.

"Benarkah?" Lee Sung Soo bertanya bingung.

"Ye. Kami hanya berteman" Sehun mengangguk mantap tanpa keraguan sedikitpun.

Kemudian, pria paruh baya itu beralih pada Seulgi yang tiba-tiba saja langsung menunduk, menyembunyikan rasa kecewanya pada semua orang.

"Seulgi?"

Perempuan manis itu perlahan mengangkat kepalanya. Seulgi berusaha mengatur reaksi wajahnya sebaik mungkin, lalu tersenyum canggung membuat Sehun mengernyit.

"Ye?"

"Benarkah apa yang dikatakan Sehun?" Lee Sung Soo kembali memastikan "Kalian hanya teman? Tidak ada yang special di antara kalian?"

Seulgi memutar kepalanya ke samping untuk menatap Sehun sebentar, sebelum beralih lagi pada sang CEO.

"Ye Sajangnim. Kami hanya, kami hanya,  teman" menutup kedua matanya rapat, Seulgi mencoba untuk terlihat biasa saja meskipun hatinya berkata lain.

Lee Sung Soo mengangguk paham lalu mendesah panjang. "Padahal, aku berharap kalian memang ada hubungan special" ucapnya jujur yang ditanggapi ekspresi datar oleh Sehun.

Seulgi hanya bisa tersenyum canggung. Sesekali perempuan itu melirik Sehun yang sedang duduk di sampingnya takut-takut. Sehun terlihat begitu tenang. Seakan ucapan sang petinggi SM itu tidak mempengaruhi Sehun sedikitpun.

"Baiklah kalau begitu. Kalian berangkat di hari yang sama saja. Mungkin hanya berbeda jam penerbangan"

Sehun hanya mengangguk paham tanpa sedikitpun menoleh pada Seulgi yang seakan masih kebingungan sendiri akan apa yang terjadi.

"Kalau begitu, silahkan keluar. Kalian bisa istirahat sebelum berangkat ke China dua hari lagi"

Sehun langsung berdiri, diikuti oleh Seulgi setelahnya. Keduanya membungkuk sebentar, sebelum benar-benar melangkah keluar dari ruangan Lee Sung Soo.

"Sehun. Aku ---"

"Aku akan pulang dan melanjutkan tidur ku" Sehun tidak membiarkan Seulgi untuk bicara. Bahkan pria pucat itu dari tadi sama sekali tidak menatap Seulgi dengan benar selama mereka bicara.

"Sampai jumpa dua hari lagi di China, Kang Seulgi" ucapnya datar, sebelum melangkah menjauhi Seulgi yang masih terdiam kaku.

Seulgi membuang nafas gusar. Netra sipit nya terus memandangi punggung tegap Sehun yang perlahan mulai menjauh, lalu menghilang dibalik pintu elavator. Entah hanya perasaannya saja, atau memang Sehun mulai kembali jauh.

Seperti Sehun yang tidak bisa Seulgi gapai saat pria tampan itu masih bersama Lisa dulu.

Hal itu mengingatkannya pada masa lalu. Masa lalu saat di mana Seulgi hanya bisa menatap pria pucat itu dalam diam dari kejauhan. Menyakitkan. Rasanya menyakitkan.

Seulgi membuang nafas lagi lalu menggeleng pelan mengusir pikiran negatif yang sejenak hinggap di kepalanya.

Jangan menyerah. Jangan menyerah. Masih ada kesempatan. Selama Sehun masih sendiri, tidak ada salahnya untuk terus mencoba. Kali ini, Seulgi tidak akan menyerah semudah itu.

Mungkin saat di Guangzhou nanti, Seulgi akan berusaha mengambil hati Sehun lagi. Masih banyak waktu yang tersisa. Tidak apa-apa. Seulgi akan menunggu.

"Aku menyukaimu, Sehun~ah"

   

     

    

     

      
  
-

-

   


     

      

    

  
Terkadang, hidup memang selucu itu. Kalau saja Lisa mempunyai kekuatan special untuk melihat kejadian-kejadian yang akan terjadi di waktu mendatang, Lisa akan sangat bersyukur untuk hal itu. Setidaknya, ia bisa mempersiapkan diri atau bahkan melarikan diri lebih dulu untuk menghindari sesuatu yang tidak terduga seperti yang terjadi padanya saat ini.

Memijat tulang hidungnya mengusir rasa pening yang tiba-tiba datang tanpa permisi, Lisa tidak bisa berbuat apapun selain menenangkan diri dengan cara membuang nafas dalam berkali-kali.

Dari luasnya tempat yang ada di Ghuangzhou, kenapa harus bertemu di sini?

Seperti drama-drama yang sudah ditulis alur ceritanya oleh script writer, Lisa harus benar-benar pasrah saat pertemuan tidak terduganya dengan Sehun harus berakhir dengan kegangguangan untuk keduanya.

Dalam hati Lisa terus menggerutu. Dari banyaknya restoran mewah atau restoran private yang ada di kota ini, kenapa mereka harus dipertemukan di satu ruangan, tempat di mana Lisa harusnya kini sedang menikmati makanan lezat khas dari Negeri dengan julukan tirai bambu ini.

Menghembuskan nafas setenang mungkin, Lisa menoleh ke samping lalu tersenyum pada Mark yang kini sedang menatapnya khawatir. Setelah tadi membungkuk tanda kesopanan dan menyapa Sehun yang sama sekali tidak menanggapinya, Lisa akhirnya lebih memilih untuk mengajak Mark pergi dari sana.

Sungguh. Lisa mulai terganggu dengan adanya Sehun di sekitarnya dengan Seulgi yang sejak tadi selalu menempel pada pria pucat itu.

"Ayo pergi, Gege. Sepertinya Bambam masih lama"

Mark mengangguk tenang. Sangat berbeda dengan Sehun yang kini mulai merasa emosinya meluap tinggi setelah mendengar ucapan lirih Lisa pada Mark.

Tersenyum sinis dengan mata setajam elang yang sejak tadi tidak lepas dari tangan Lisa yang menggantung indah pada lengan kekar Mark, Sehun seakan mulai mengerti bagaimana keadaannya sekarang.

Pria pucat itu mengangguk-angguk paham, seakan mengasumsikan sesuatu. Sehun yang mulai terbawa emosi mulai menghubungkan kejadian yang terjadi di masa lalu dengan apa yang terjadi di depannya saat ini.

"Jadi dia orangnya?"

Suara Sehun terdengar menggelegar, menghentikan Lisa yang baru saja mulai melangkah pergi bersama Mark. Perempuan cantik itu mencoba untuk berdamai dengan hati dan jantungnya yang masih saja berdetak tidak tahu diri ketika berada didekat Sehun.

"Ye?" Lisa manjawab setenang mungkin. Menyembunyikan perasaannya yang kini mulai tidak karuan karena pertemuan tidak terduganya dengan Sehun.

"Sunbaenim mengatakan sesuatu?"

Sehun semakin dibuat marah dengan cara bicara Lisa yang seakan memberikan jarak yang begitu jauh di antara mereka. Sehun tidak menyukainya. Sehun benci mendengarnya.

"Lelaki yang membuatmu berpaling -- " Sehun kembali berkata dengan intonasi suara yang dibuat setenang mungkin " -- dia orangnya?"

Lisa membeku di tempatnya. Perempuan itu melirik Mark yang kini terlihat bingung dengan perkataan Sehun yang sepertinya membawa-bawa dirinya dalam masalah hubungannya dan Lisa.

Mark tentu saja tidak tahu apa-apa tentang hal ini.

"Maaf menyela Sehun ssi. Tapi apa maksud mu dengan ---"

"Itu sama sekali bukan urusan Sunbae" Lisa menyela cepat ucapan Mark, tidak menginginkan perjuangannya selama setahun belakangan terbuang sia-sia.

"Bukankah masalah di antara kita sudah berakhir satu tahun yang lalu?"

Aku -- menyakiti Oppa lagi. Mianhae.

"Jadi, dengan siapapun aku berakhir sekarang, itu sama sekali bukan ranah Sunbaenim untuk ikut campur"

"Lalisa!"

Jongnal mianhae, Oppa.

"Sehun~ah"

Cicitan suara lirih Seulgi mengalihkan atensi Lisa dari mantan kekasihnya itu. Lisa tersenyum kecil, tatkala mata besarnya tidak sengaja menatap tangan kecil Seulgi yang kini sedang mengelus lembut lengan berotot Sehun, bermaksud untuk menenangkan pria pucat itu.

"Jadi tolong --" Lisa kembali bersuara ketika kembali menatap Sehun yang kini sedang dikuasai oleh amarah. "Berhenti mengomentari dengan siapa aku bersama. Jangan melebihi batasmu, Sunbaenim"

"Lisa --"

"Phi"

Seruan sebuah suara itu berhasil menghentikan Sehun yang akan melangkah itu menghampiri Lisa.

Mencoba untuk bersikap biasa saja, Lisa memanjangkan lehernya mencoba melihat seseorang yang kini sudah berdiri di belakang Sehun, sedang menatapnya dengan ekspresi wajah, yang sama seperti Mark tunjukkan padanya tadi.

"Ayo Gege. Sepertinya Bambam sudah selesai dengan urusannya"

Mark kembali hanya mengangguk. Pria tampan itu dengan sengaja mengalungkan tangannya untuk merangkul bahu Lisa, dan langsung mengajak Lisa berjalan tanpa membiarkan Maknae Blackpink itu untuk bicara lebih banyak lagi.

Lisa terdiam dalam keterkejutannya. Sementara Sehun hanya bisa melampiaskan kemarahannya lewat kepalan di kedua tangannya. Berharap dengan begitu, Sehun bisa meredakan emosinya yang meluap-luap itu.

Sehun berbalik, menatap nanar punggung Lisa yang kini sedang berjalan menjauh dengan perasaan terluka. Sudah satu tahun berlalu. Tapi rasanya masih sesakit itu.

Sehun membenci dirinya yang seperti ini. Sehun membenci hatinya yang masih saja mendamba, ketika Lisa sudah jelas begitu menyakitinya. Sehun benci dengan perasaannya yang semakin hari bertumbuh semakin dalam untuk Lisa yang bahkan meninggalkannya untuk lelaki lain.

Sehun ingin Egois dan memiliki Lisa lagi. Bisakah seperti itu?

Tidak apa-apa hati Lisa bukan lagi menjadi miliknya. Sehun akan berusaha mengembalikannya seperti semula, asal Lisa kembali bersamanya.

Sungguh, demi Tuhan. Sehun sudah berusaha, berusaha untuk melanjutkan hidup normal seperti sedia kala ketika Lisa pergi. Tapi semuanya terasa begitu berbeda.

Ketika Lisa pergi, hati Sehun juga ikut menghilang bersamanya.

Bisakah Sehun memiliki Lisa lagi? Bisakah ia egois untuk sekali ini saja?

"Se - Sehun~ah" Sentuhan Seulgi pada lengannya membuat Sehun tersadar. Dan ketika ia kembali menatap ke depan, Lisa sudah menghilang meninggalkan Sehun yang masih terluka di sini.

"Gwenchana?" tanya Seulgi lirih pada Sehun yang masih terus diam.

Sehun tersenyum tipis. "Anni"

"Tidak?" Sehun mengangguk membenarkan.

Berpura-pura kuat saat sesungguhnya hatimu sedang terluka itu menyakitkan. Sehun lelah melakukannya. Jadi biarkan dia menikmati rasa sakitnya tanpa harus berpura-pura baik-baik saja sekarang.

"Angwenchana, Seulgi~ah" (aku tidak baik-baik saja, Seulgi~ah)

Sehun membalik badannya. Bersamaan dengan terlepasnya elusan tangan mungil Seulgi dari lengan berotot milik Sehun yang memang sengaja dilepaskan sendiri oleh lelaki pucat itu.

Seulgi termangu. Menatap nanar tangannya sendiri yang menggantung di udara.

"Melihatnya dengan pria lain, ternyata masih semenyakitkan itu" Sehun menerawang ke depan dengan tatapan kosong. "Selama ini aku hanya berpura-pura bahagia. Berharap dengan begitu, orang-orang tidak akan begitu mengasihaniku"

Seulgi mematung di tempatnya. Rasanya menyakitkan di saat mendengar Sehun mengatakannya. Hatinya hancur, saat dengan begitu jelas Seulgi melihat bagaimana rasa cinta itu masih bersemayam utuh untuk Lisa di balik sorot elang milik Sehun.

Seulgi iri. Bagaiaman bisa Lisa mendapat cinta yang begitu besar dari lelaki di sampingnya ini?

Aku di sini, Sehun~ah. Tolong sekali saja, lihat aku di sini.

"Apa bisa aku Egois, Seulgi?"

"Hah?"

"Aku ingin sekali kembali memilikinya meskipun dia sudah bersama pria lain"

Seulgi menunduk. Meremat kuat Coat berwarna brown yang kini dipkainya.

"Tidak apa-apa hatinya bukan lagi milikku. Asal Lisa kembali, aku tidak apa-apa dengan itu" Sehun terus bicara, tanpa sedikitpun tahu bagaimana terlukanya Seulgi saat itu.

Seulgi ingin marah. Kenapa rasanya tidak adil? Setelah setahun ia berusaha, tidak bisakah ia memiliki Sehun sebentar saja?

"Aku mencintainya, Kang Seulgi"

Tapi aku mencintaimu, Sehun~ah.

Air mata Seulgi menetes, bersamaan dengan terucapnya kata-kata itu dari bibir tipis milik Sehun. Rasanya menyakitkan saat mendengarnya.

Kalau Sehun ingin egois. Bisakah Seulgi juga melakukannya?

  


    

      

      

   

    

    

   
TBC.

  

   
Ini apa yah🙄

  
  

   

   

    
   

    

   

  

😗✌
 

Bamlisa gaes ❤
  

Mbak Seulgi

  

  

   

   

    

    

    

   
 
Kamis, 26 November 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro