01. LOVE AND HURTS
Hallo🤭 eike hadir lagi. Semoga nggak bosen yah liat saya balik ke sini lagi😭
Sebenernya nggak yakin mau pub. Ini😭 beneran deh, ini kayanya gagal 😭 tapi yaudah yah lah, yang penting update setelah berbulan2 😭
Btw, kalo main di lapak aing, syaratnya cuma satu .. Tolong jaga jari dan komenan. Udah itu aja
Bedakan, mana fanfiction dan mana RL. Thank you❤
Selamat membaca. Kalau ada kata2 yg nggak pas, mohon dikoreksi🙏🏻
Warning banyak typo
~~~~~~~~
"Jadi, bagaimana nak?"
Sehun menutup mata. Lalu, setelah merasa berhasil menguasai diri, helaan nafas kasar ia keluarkan. Pria pucat itu mengusap kasar wajah tampan nya, sebelum menatap penuh pada wanita paruh baya di depannya dengan mata yang berkilat merah.
Hanya dengan sekali lihat, siapapun langsung bisa menebak betapa frustasinya seorang Oh Sehun kini.
"Aku -- akan mengakhirinya, Eomma"
"Kau yakin?"
Sehun mengangguk pelan. Lalu, pria pucat itu lantas membuang wajah ke samping menghindari tatapan sendu sang Mama yang selalu berhasil membuatnya lemah.
Terkekeh kering. Sehun lantas berkata, "Jangan menatapku seperti itu, jebal"
Wanita paruh baya itu membuang nafas melihat putranya yang sok kuat itu. Ibu yang melahirkan Oh Sehun itu lalu meraih cangkir teh di atas meja, sebelum meminumnya dengan cara yang begitu anggun.
"Eomma tidak ingin kau menyesal Sehunnie" ucapnya lembut setelah kembali menaruh cangkir teh di atas meja "Pikirkan baik-baik. Jangan menuruti emosi sesaat, ketika mengambil keputusan"
"Eomma ---"
"Hampir dua tahun, Sehun. kalian sudah begitu banyak melalui hal-hal sulit. Kalian jatuh bersama. Lalu, bangkit bersama" nyonya Oh tersenyum tulus. Senyuman yang begitu menenangkan Sehun yang saat ini sedang kalut.
"Eomma hanya tidak mau kau menyesal nantinya, sayang" wanita itu mengenggem tangan Sehun, seakan menenangkan putra tampannya itu.
"pikirkan baik-baik. Arraseo?"
Sehun memejamkan mata dengan tubuh telentang sempurna pada lantai dingin practice. Nafasnya memburu. Peluh pun sudah membahsahi dahi dan sebagian tubuh kekarnya.
Setelah pertemuan dengan sang Mama tadi sore, Sehun memang berniat tidak langsung pulang. Pria pucat itu lebih memilih untuk pergi ke gedung SM, dan memilih berlatih sampai tubuhnya remuk. Comeback sebentar lagi, dan Sehun tidak punya pilihan, selain berlatih terus-menerus untuk menyempurnakan koreo nya.
Atau ---- itu hanya lah sekian dari alasannya saja untuk melupakan semua masalahnya. Setidaknya, dengan tubuhnya lelah, Sehun tidak sempat untuk memikirkan seseorang yang telah menjadi alasannya sekacau ini sekarang.
Membuang nafas kasar, satu tangannya bergerak masuk ke dalam kantung celana training yang ia pakai guna mencari benda pipih di dalam sana.
Dengan nafas yang masih sedikit memburu, Sehun menempelkan ponsel pintarnya pada telinga sebelah kanan, menunggu seseorang yang sebenarnya sangat di rindukannya untuk menjawab panggilannya.
Sehun menunggu, dan terus menunggu hingga panggilan lewat telepon itu tersambung, meskipun membutuhkan waktu yang lumayan untuk seseorang di seberang sana mengangkatnya.
"Sayang" Sehun menyaut cepat saat dirasa panggilan telepon nya tersambung, setelah percobaan panggilan ketiga berlangsung.
Hening. Tak ada sahutan suara di seberang sana membuat Sehun mengernyit bingung. Pria pucat itu bahkan sampai melihat layar ponselnya untuk memastikan bahwa panggilan teleponnya benar-benar sudah tersambung atau belum.
"Lisa ---"
"Ada apa?"
Sudut bibir Sehun sedikit tertarik ke atas ketika mendengar suara perempuan yang sangat dirindukannya ini.
Aahhh rasanya begitu menenangkan hanya dengan mendengar suaranya saja.
"Kau sibuk?"
"Hmm. Dan kau menghubungi ku saat aku berada di tengah-tengah pekerjaan, Oppa"
Sehun masih tetap mempertahankan senyuman manisnya bahkan ketika nada bicara Lisa terdengar begitu ketus, menjurus kasar.
"Apa aku menganggu?"
Terdengar helaan nafas frustasi di sebelah sana. Membuat Sehun merasa sesak tanpa alasan yang jelas.
"Oppa tahu itu dengan baik. Tapi kenapa masih saja bertanya"
Sehun memejamkan mata. Membiarkan lengan kekarnya bergerak untuk menutupi kedua matanya yang mulai berkaca.
"Aku merindukanmu" sahut Sehun serak.
"Oppa ---"
"Kau pulang jam berapa? Aku akan menjemput mu"
"Tidak perlu. Aku pulang bersama jul Oppa saja"
Sehun tersenyum miris. Sebuah penolakan lagi?
"Lisa ---"
"Mengertilah Oppa. Aku sedang bekerja sekarang"
Sehun mengepalkan tangannya mencoba untuk melampiaskan emosinya yang mulai tersulut.
"Bagian mana yang tidak ku mengerti? Aku hanya ingin menjemput mu"
Nafas Sehun memburu. Dadanya naik turun menahan luapan emosi yang sebisa mungkin tidak ia lampiaskan pada Lisa.
Dengusan kasar terdengar di seberang sana. Sebelum, Hening.
Sepasang kekasih itu sama-sama memilih untuk diam setelah ucapan Sehun tadi. Lisa tak lagi bicara dan Sehun juga memilih diam untuk meredam emosinya. Hanya helaan nafas keduanya yang terdengar di telinga masing-masing.
"Aku tidak ingin berdebat. Oppa lebih baik istirahat saja, aku harus kembali bekerja"
"Lisa! jangan coba-coba mamtikan telepon saat aku belum selesai bicara" nada suara Sehun meninggi. Pria pucat itu sepertinya terbawa emosi.
"Mianhae Oppa"
"YA! Lisa-- Lalisa. Shit!"
Panggilan benar-benar dimatikan secara sepihak oleh Lisa. Sehun menatap layar ponselnya yang sudah berwarna gelap itu tak percaya. Tangannya meremat kuat ponsel pintar itu hingga menampilkan otot-otot berwarna ungu di punggung tangannya.
Sehun seakan melampiaskan emosi yang tiba-tiba naik kepermuakaan itu dengan rematan kuat pada benda pipih yang tidak bersalah itu.
"Sialan" umpatnya penuh penekanan.
Sehun memilih memejamkan matanya. Pria itu bergerak untuk duduk dan bersila di practice room yang tampak sepi dengan penerangan yang sedikit meredup. Sehun memang sengaja mematikan beberapa lampu di practice room itu. Sengaja menghindari staff atau bahkan siapa saja yang mungkin akan melihatnya di sana.
Sehun membutuhkan waktu untuk sendiri.
"Sialan. Sialan. Sialan" umpatan itu terus keluar dari bibir tipis Sehun. Marah, kecewa, sedih semua melebur menjadi satu seakan bersengkongkol untuk menyerangnya.
Rasanya sesak sekali.
Sehun mengusap wajah kasar dengan kedua telapak tangan besarnya. Pria itu menarik nafas dalam-dalam, sebelum menghembuskannya dengan perlahan. Begitu terus berulang kali. Sehun sepertinya sedang mencoba untuk menenangkan diri dari luapan emosinya yang tadi tersulut.
"Sialan. Harus bagaimana lagi aku sekarang, Lisa~ya?" gumamnya frustasi.
Sehun tersenyum miris menertawakan dirinya sendiri. Ia tak tahu bagaimana awalnya hingga membuat hubungannya dan Lisa harus berjalan seperti ini. Dulu mereka bahagia, mereka berdua saling mencintai. Mereka tertawa bersama dan juga menangis bersama.
Saat Sehun berada dalam titik terendahnya, Lisa selalu ada disampingnya. Perempuan itu satu-satunya setelah Mamanya yang bisa menenangkan Sehun dan membuat Sehun kuat. Lisa selalu berada di sisi Sehun dan tak pernah lelah memberi semangat untuk pria itu bangkit di saat Sehun terjatuh.
Setiap hari, Sehun tidak pernah melewatkan kesempatan untuk terus mengakatakan bahwa ia sangat mencintai Lisa, begitupun sebaliknya. Mereka sangat bahagia.
Tapi lihatlah sekarang. Kenapa keadaan semudah itu berbalik seratus delapan puluh derajat? Sekarang mereka mengabaikan satu sama lain. Mereka seperti tak saling mengenal. Tak jarang pula, mereka berteriak satu sama lain. Bertengkar dan saling menyalahkan dan tidak ada yang saling mengalah.
Bukan. Bukan Sehun. Tapi Lisa-nya yang berubah. Sementara Sehun di sini, -- masih tetap sama dan masih seperti dulu yang begitu mencintai Lisa. Sehun selalu sama dan akan tetap seperti itu. Perasaannya pada anggota termuda Blackpink itu akan selalu begitu, baik sekarang, nanti dan selamanya.
Lisa -- Sangat special untuk Sehun.
Lalu, bagaimana mungkin mereka yang dulu saling mencibtai dan memuja satu sama lain bisa berubah secepat itu?
"Sehun? kau kah itu?"
Terlarut dalam lamunannya membuat Sehun tidak sadar akan kehadiran seorang perempuan yang sudah berdiri di ambang pintu practice dengan tas yang menempel di punggungnya.
Sehun menoleh sebelum memberikan senyuman tipis.
"Eoh. Kau masih di sini?" jawab Sehun apa adanya dengan sorot mata elangnya yang tak beralih dari si perempuan penyapa, yang perlahan mulai berjalan mendekat kearahnya.
"Hmm. Aku di sini dari sore" perempuan tadi tersenyum lebar sebelum ikut duduk bersila di depan Sehun.
"Ku kira Exo sedang free, mengingat Jongin dan Baek Oppa masih di USA"
Sehun mengangguk membenarkan sebelum berkata, "yap. Aku hanya ingin berlatih sendiri dan menyempurnakan koreo tadi" Sehun membuang muka dari Seulgi yang masih menatapnya lekat.
Main dancer Red Velvet itu manggut-manggut pelan, dan diam-diam terus memeperhatihan Sehun yang kini tampak sibuk dengan ponsel pintarnya. Seulgi tak menyembunyikan rasa kagumnya pada pahatan sempurna di depannya ini dengan senyuman kecil di bibir tipisnya.
"Ku kira kau bersama Lisa" Seulgi kembali bersuara, setelah keheningan yang terjadi antara dia dan Sehun.
"Dia sibuk. Mungkin nanti aku akan menjemputnya saat dia pulang bekerja" ujar Sehun santai tanpa sedikitpun mengalihkan perhatiannya pada benda tipis berwarna putih itu.
"Ah -- Begitu"
Lalu, Seulgi memilih diam ketika tidak melihat adanya niatan dari Sehun untuk mengajaknya mengobrol. Perempuan manis itu lebih memilih untuk terus menatap Sehun dalam diam, meskipun pria pucat itu tidak pernah sekalipun berbalik untuk menatapnya.
-
-
Saat ini, di korea masih pagi dan Sehun kini sudah duduk manis di depan meja makan Apartemen Lisa. Pria pucat itu menatap lurus sang kekasih yang masih mengenakan piama tidurnya, dengan muka bantal khas seperti orang yang baru bangun tidur.
"Aku ingin bicara Lalisa. Bisa tolong dengarkan aku dan letakkan ponselmu sebentar?" nada suara Sehun terdengar begitu dingin dan menusuk telinga. Manik elang pria pucat itu menghujam tajam tepat di bola mata bulat milik Lisa, membuat sang gadis Manoban tertegun untuk sesaat.
Sehun membuang nafas kasar entah untuk yang keberapa di pagi hari ini. Sekarang adalah pertemuan pertama mereka setelah perdebatan dua minggu lalu setelah Lisa menolak tawaran jemputan dari Sehun. Setelah itu, keduanya tidak pernah bertemu dengan alasan kesibukan masing-masing.
Entah benar-benar sibuk, atau memang keduanya menghindar satu sama lain. Tidak ada yang tahu. Hubungan yang bahkan harusnya sudah membaik, kini makin tak tahu bagaimana akan kejelasannya. Komunikasi keduanya juga tak se-intens dulu.
Ah-- lebih tepatnya, hanya Lisa yang terus mengabaikan Sehun. Semua panggilan serta pesan singkat yang pria pucat itu kirimkan, diabaikan begitu saja oleh sang Maknae Blackpink.
Sementara Makane Exo? Dia masih sama. Sehun masih seperti dulu yang selalu menunggu Lisa, dan mencintai perempuan itu. Sehun ingin memperbaiki hubungannya yang entah kenapa, dan ingin kembi seperti dulu.
"Sayang dengar ---" manik elangnya yang tadi terlihat menajam, perlahan mulai melunak "-- aku merindukanmu. Tidak bisakah kita seperti dulu lagi?"
"Seperti dulu?" Lisa bereaksi cepat. Perempuan itu perlahan meletakkan ponselnya di atas meja, sebelum memusatkan seluruh perhatiannya untuk Sehun.
"Maksud Oppa, seperti dulu bagaimana?"
"Lisa ---"
"Aahhhh ... " Lisa tertawa mengejek "Oppa ingin aku diam dan kembali menjadi wanita yang lemah. Bahkan ketika Sasaeng fans Oppa terus melecehkanku, menghinaku, dan bahkan ingin membunuh ku. Begitu?"
Sehun tertegun. Pria pucat itu menatap Lisa dengan pandangan terkejutknya.
"Bukan begitu. Aku hanya ----"
"Hanya ingin aku diam saja, dan tidak melakukan apapun bahkan hanya untuk membalas mereka" Lisa tersenyum miring "No! Aku lelah Oppa. Aku lelah selama ini hanya terus diam"
Sehun memejamkan matanya setelah mendengar ucapan Lisa. Kenapa jadi seperti ini? Lisa-nya berubah, dan Sehun sama sekali tidak menyukai perubahan itu.
"Sayang dengar ---"
"Kali ini aku tidak akan mau mendengarkan lagi, Oppa. Aku lelah" Lisa mengusap wajahnya frustasi sebelum kembali menatap Sehun lekat.
"Oppa mencintaiku?"
"Kau ini bicara apa Lalisa?" Sehun lagi-lagi tersentak kaget mendengar pertanyaan kekasihnya.
Lisa tahu dengan sangat baik bagaimana perasaannya. Lalu, bagaimana mungkin perempuan Thailand itu kembali mempertanyakan sesuatu yang sudah sangat ia ketahui dengan baik bagaimana jawabannya.
"Kau tahu dengan sangat baik bagaimana perasaanku padamu, Lisa" ucap Sehun sedikit kecewa. Dengan keluarnya pertanyaan seperti itu dari bibir Lisa, Maknae Blackpink itu seakan meragukan perasaannya.
Lisa mengangguk pelan. Perempuan bermata bulat itu lalu menunduk sebentar Sebelum menghembuskan nafas kasar dan kembali mengangkat kepalanya untuk menatap Sehun.
"Kalau begitu lepaskan aku. Lebih baik kita tidak bersama lagi Oppa. Aku lelah dengan kita yang selalu begini-begini saja"
Sehun termangu. Lelaki dengan bahu lebar itu menatap Lisa dengan mata berkaca.
"Apa? Me-- melepas mu?" Sehun menggeleng miris "kau -- kau pasti bercanda 'kan, sayang?"
Lisa menggeleng tegas "Anni. Aku ingin kita berhenti sampai di sini Oppa, aku lelah. Sungguh. Aku merindukan kehidupan normal ku sebelum bertemu dengan Oppa"
Ucapan Lisa jelas sekali menyakiti Sehun. Sehun sama sekali tidak pernah menyangka, bahwa kebersamaan mereka selama ini telah menyiksa Lisa.
Tidak thau sejak kapan, tapi tiba-tiba saja pipi Sehun sudah basah oleh liquid bening yang jatuh dari mata elang nya. Yah. Sehun menangis. Pria pucat yang sellau nampak kuat itu sedang menangisi seorang Lisa.
"Aku tidak pernah menyangka. -- haha" Sehun tertawa sumbang. Sama sekali tidak berniat menghentikan genangan air mata yang terus mengalir deras di pipi putihnya "setelah perjuangan kita selama ini, kau begitu saja ingin menyerah?"
"Oppa ----"
"Kau pikir, aku begitu saja akan melepasmu? Tidak Lisa" Sehun menggeleng tegas dengan mata yang sepenuhnya basah "setelah perjuangan kita selama ini, Kau pikir aku akan menyerah? Tidak"
Sehun terus menggeleng dengan tatapan terluka nya. Tidak. Sehun yakin Lisa hanya sedang jenuh. Sehun tidak akan semudah utu melepaskan Lisa-nya.
"Jangan egois, Oh Sehun!" suara Lisa meninggi, dada perempuan cantik itu naik turun karena emosi "aku sudah lelah. Aku harap Oppa mengerti"
Sehun tersenyum pedih "egois?" air matanya begitu saja turun membasahi pipi "bagaimana bisa kau mengatakan aku egois, Lisa~ya"
"Oppa ----"
"Tidak. Sampai kapan pun aku tidak akan melepasmu" final Sehun mutlak.
"Oh Sehun ---"
"Setelah perjuangan kita untuk bersama --- kau begitu saja menyerah?" Sehun menggeleng tak percaya.
"Sehun ssi ---" Lisa membuang nafas kasar.
"Tidak Lisa. Jangan paksa aku untuk melepas mu. karena sampai kapan pun, mau bagaimana pun kau memakiku atau mengumpat padaku, aku tidak akan melepaskan mu" nafas Sehun tersengal setelah menyelesaikan kalimat itu dalam satu kali tarikan nafas.
Sehun menatap Lisa-nya sendu. Dulu mereka saling mencintai, kenapa sekarang malah jadi seperti ini? Hampir dua tahun, apakah rasa cinta Lisa sudah memudar? Atau, bahkan sudah hilang?
No. Sehun tidak akan mempercayainya semudah itu. Ia mengenal Lisa-nya. Sehun mengenal dengan baik bagaimana perasaan Lisa padanya.
"Ada orang lain"
Suara lirih Lisa mengembalikan atensi Sehun pada wanitanya -- setelah pria pucat itu tadi menunduk sebentar untuk menyembunyikan wajah kacaunya.
Tapi, tadi apa katanya? Omong kosong apa yang Lisa ucapkan tadi?
"Apa?" Sehun bertanya dengan suara bergerar. Memastikan bahwa apa yang ia dengar tadi memang benar.
Ada orang lain katanya? Sehun tertawa dalam hati. Ck, alasan bodoh macam apa itu? Kalau Lisa pikir dengan cara itu Sehun akan percaya, maka Lisa harus siap-siap menelan kekecewaannya. Karena Sehun sama sekali tidak akan mempercayainya.
"Kau pikir aku akan percaya?" rahang Sehun mengeras dengan sendirinya "kau pikir aku akan mempercayai drama yang kau buat, Lalisa?"
Lisa kembali menunduk dalam sebelum mengangkat wajahnya untuk menatap Sehun nyalang.
"Oppa pikir aku bercanda?" Lisa tersenyum miring "tidak Oh Sehun. Memang ada orang lain, dan aku sudah tidak sanggup lagi berbohong dengan pura-pura masih mencintaimu"
"Lisa ----"
"Maaf karena sudah menyakitimu, tapi ini juga berat untuk ku dan kekasihku. Aku ingin mengatakannya pada Oppa di waktu yang tepat. Dan sekarang mungkin sudah saatnya. Aku bersalah, maafkan aku"
Sehun menatap Lisa nanar. Bagaimana bisa perempuan itu mengatakan 'Kekasihku' tepat di depannya seperti ini? Bukankah itu terlalu kejam?
"Aku---" Sehun menelan saliva nya sulit "aku-- aku tidak percaya. Kau, kau pasti bohong. Benar 'kan?" wajah tampan Sehun kini sudah benar-benar basah karena air mata yang terus mengalir dari mata elang nan tajamnya. Sehun nampak rapuh, dan semuanya di sebabkan oleh Lisa.
"Maafkan aku Oppa, tapi hubungan kita memang sudah tidak bisa dipertahankan. Aku ----" Lisa menunduk, menelan Salivanya dengan begitu sulit, sebelum kembali menatap Sehun dengan sorot mata rasa bersalahnya.
"Aku mencintai orang lain. Aku bersalah, maafkan aku"
Isakan Sehun mulai terdengar. Pria pucat itu bahkan sama sekali tak merasa malu karena menangis seperti bocah di depan Lisa. Baginya, Lisa itu segalanya. Sehun sudah sangat berharap, bahwa Lisa-lah yang akan menjadi wanita terakhir untuknya. Wanita yang akan menemaninya sampai ia menua nanti. Wanita yang kelak akan melahirkan anak-anaknya.
Tapi kenyataan yang diberikan Lisa hari ini seperti menamparnya dengan begitu keras. Lisa seakan menegaskan kalau angan-angannya itu tidak akan pernah terwujud. Apa yang keluar dari mulut perempuan yang begitu dicintainya ini begitu menyakitinya.
Sehun mungkin masih bisa mempertahankan Lisa kalau gadis itu ingin menyerah karena gangguan Sasaeng atau kendala lainnya. Sehun masih bisa memperjuangkan Lisa-nya.
Tapi, apa yang bisa Sehun lakukan kalau hal yang sama sekali tak pernah sehun duga sebelumnya, menjadi alasan terburuk untuk Lisa lepas dari pelukannya? Wanita yang dicintainya, tanpa memikirkan bagaimana terluka nya Sehun, mengatakan kalau dia mencintai lelaki lain.
Apa yang harus Sehun lakukan sekarang? Bagaimana ia bisa bertahan?
Ini masalah perasaan, dan Sehun tidak bisa memaksa Lisa. Jika saja -- jika saja masalah yang mereka hadapi sekarang bukan menyangkut orang ketiga, Sehun sudah pastikan akan berjuang sampai akhir untuk mempertahankan Lisa.
"Oppa ---"
Lisa ikut berdiri saat melihat Sehun yang mulai beranjak dari duduk nyamannya, kemudian melangkah meninggalkannya tanpa sepatah katapun.
Setidaknya Lisa berhak mendapatkan umpatan dari Sehun. Lisa sangat pantas untuk mendapatkan cacian. Maka, rasa bersalah itu tidak akan terlalu membebaninya.
"Aku mencintaimu. Kau tahu 'kan sayang?" Sehun berujar tanpa sedikitpun berniat untuk menatap Lisa. Pria tampan itu berdiri membatu membelakangi Lisa dengan kedua tangan yang terkepal kuat.
"Mau bagaimana kau menyakitiku, tapi aku tidak bisa begitu saja menghilangkan perasaanku. haha sialan"
Sehun tertawa sumbang. pria pucat itu menertawakan dirinya sendiri yang sangat menyedihkan.
"Jaga dirimu baik-baik. Jangan lupa makan, dan jangan terlalu sibuk bekerja. Luangkan waktu untuk istirahat dan bertemu dengan teman-temanmu"
Sehun menghela nafas kasar sebelum kembali berkata, "aku pergi"
Sehun berjalan sambil menunduk. Hatinya sakit, tapi bagaimana bisa ia tidak bisa membenci Lisa barang sedikitpun? Yang ada rasa cintanya pada gadis Manoban itu semakin mendalam meskipun Lisa telah melukainya seperti itu.
Bodoh. Benar-benar bodoh. Semakin Sehun menyimpan perasaannya pada Lisa, bukankah ia akan terus tersakiti? Sementara Lisa, --- perempuan itu akan memulai kebahagiaannya bersama lelaki lain tanpa Sehun.
Benar-benar perasaan sialan.
"Oppa!"
Suara Lisa menghentikan langkah Sehun tepat sebelum lelaki itu membuka pintu Apartemen mantan kekasihnya itu. Tidak lama, Lisa datang dan berdiri tepat di depan nya.
Lihatlah wanita jahat ini. Tidak ada setetes pun air mata yang jatuh dari manik bulatnya untuk Sehun. Bahkan Sehun yakin, tidak ada rasa penyesalan dalam diri Lisa setelah menyakitinya sedalam itu.
Sehun terus memerhatikan gerak-gerik Lisa. Perempuan cantik yang masih sangat dicintainya itu perlahan melepas cincin dari jari manis sebelah kirinya, membuat hati Sehun semakin remuk saat melihatnya.
"Aku kembalikan cincin ini pada Oppa. Berikan pada wanita yang lebih baik daripada aku. Wanita yang nanti akan menjadi pendamping Oppa"
Mata Sehun memerah menatap cincin di tangan Lisa yang sudah sepenuhnya terlepas. Pria pucat itu hatinya serasa diremukkan begitu saja saat Lisa dengan tanpa rasa bersalahnya mengembalikan tanda keseriusan Sehun pada Lisa dulu.
Hey. Bukankah Lisa sudah sangat keterlaluan? Dia tidak hanya menyakiti Sehun dengan pengakuan mendadak yang membuat Sehun bisa terkena serangan jantung, tapi sekarang dia juga harus menyakiti Sehun lagi dengan mengembalikan cincin itu?
Ayolah. Lisa sangat tahu dengan begitu baik bagaimana cerita di balik cincin cantik itu sampai bisa berada di jari manis Lisa.
Tidak bisakah Lisa membuangnya secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Sehun?
Sehun lagi-lagi hanya bisa menunduk tak membiarkan Lisa melihat betapa hancurnya hatinya saat ini. Pria pucat itu tidak memperdulikan Lisa. Sehun memilih untuk melewati tubuh Lisa dan kembali melangkah pergi untuk membuka pintu Apartemen sang mantan kekasih.
"Cincin itu dari Eomma. Kalau kau ingin mengembalikannya, kembalikan sendiri padanya. Kalau tidak mau, buang saja"
Sempat terhenti di ambang pintu, Sehun kembali melangkah dan benar-benar pergi dari Apartemen Lisa. Meninggalkan si gadis Manoban yang kini hanya bisa melihat punggung lebar Sehun yang mulai menjauh dengan pandangan nanar.
Mianhae.
Tbc.
Im back egen :v ini ottokeh? 😭
Ini gak tau nulis apa, tapi semoga bisa menghibur❤
Sebenernya ini tuh draft lama😭 draft tahun kemarin dan sedikit ku revisi wkwkwk😭 makanya jangan kaget kalo tulisannya aneh😭
Thank you yang masih menanti buku abal2 ini .....
Hope y'all enjoy it ❤
Oh Sehun
Lalisa Manoban
Kang Seulgi
Senin, 23 November 2020.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro