Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

(9) 2. Persamaan Orang Baik dan Pembohong? Sama-Sama Mudah Capek 3

"Miss Voni sakit ya?"

Voni nggak heran kalau dia langsung ditodong pertanyaan saat baru masuk ke kelas. Anak-anak itu polos dan kepeduliannya dengan orang lain begitu tinggi.

Lihat saja. Satu orang yang bertanya, eh yang lain turut bangkit dari duduk. Mereka mulai memerhatikan Voni dan melayangkan pertanyaan serupa.

"Miss kurang bobok?"

"Atau Miss bobok malam-malam ya? Kata Mama, nggak boleh bobok malam-malam. Nanti sakit."

Terkadang anak-anak memang bisa cerewet, tapi Voni nggak merasa terganggu sama sekali. Malah sebenarnya dia merasa senang dengan perhatian itu.

Voni menaruh modul di meja. Mendekati barisan meja para siswa, dia tersenyum seraya menggeleng.

"Miss nggak sakit kok," jawab Voni. "Mungkin Miss cuma kurang bobok saja."

Anak-anak heboh. Mereka geleng-geleng dan keadaan riuh.

"Tuh kan. Nggak boleh kurang bobok."

"Mas aku sering nggak bobok malam. Matanya jadi hitam. Mirip hantu di tv. Ih! Takut."

"Gimana kalau Miss nanti jadi mirip hantu juga?"

Sama seperti biasa, pasti selalu ada pertanyaan aneh yang membuat tawa pecah. Voni dan para siswa berpaling pada Selina Ayu Rustika. Dia cengar-cengir dengan dua tangan terangkat dan tersenyum pura-pura menakuti.

"Hihihi. Siapa yang nggak kerjain PR Miss?"

Voni mengusap kepala Selina, membalas gurauan itu dengan senang hati. "Miss akan datangi anak yang nggak kerjain PR."

Semua siswa buru-buru mengangkat buku tugas. Kompak, mereka berkata.

"Sudah, Miss."

"Nggak lupa dong kerjain PRs."

"Bagus," puji Voni. "Kalian memang rajin semua."

Bila ada satu alasan mengapa Voni suka mengajar anak-anak, maka itu pastilah energi positif yang mereka berikan. Anak-anak polos selalu punya cara untuk memberikan membangkitkan suasana. Dia yang sempat merasa letih dan nggak bertenaga seketika bersemangat lagi dengan celetukan mereka. Sayangnya, Voni justru merasa letih yang semakin menjadi-jadi setelah kelas berakhir.

Voni tersenyum samar ketika berpapasan dengan rekan kerjanya yang bernama Morin Juanita di lorong. Samar, Morin menyapa basa-basi. Voni membalas seadanya sementara tatapannya nggak lepas dari tas yang dipakai Morin.

Langkah Voni terhenti. Dia berusaha mengingat sesuatu, tapi satu sapaan membuyarkan pikirannya.

"Ni."

Voni berpaling dan mendapati Tora yang muncul dari pantri. Cowok itu menghampiri.

"Udah selesai ngajar?"

Voni mengangguk. "Baru saja. Sekarang aku haus."

"Buruan minum," lirih Tora seraya melihat jam tangan dan membuang napas. "Sebentar lagi kelas aku mulai."

Tora ada jam mengajar di pukul tiga sore itu. Dia sudah berniat untuk beranjak ke ruang guru dan mengambil modul, tapi Voni menahannya.

"Oh iya, Tor. Ada yang lupa aku bilangin."

Tora harus mengurungkan sejenak niatnya. "Apa?"

"Ehm kapan hari Kalil ada pesan sama aku. Katanya kita jangan lupa buat laporan sama Mbak Syibil."

"Laporan apa?" tanya Tora dengan dahi sedikit mengerut.

"Soal kita tukaran jam," jawab Voni. "Katanya kita harus lapor gitu."

Kerutan di dahi Tora menghilang seketika. Ekspresinya yang sempat bingung tergantikan oleh senyum geli.

"Aku pikir apaan."

Itu respon yang sedikit di luar dugaan Voni. Masalahnya bukan apa, tapi Sybil Annisa adalah orang yang bertanggungjawab dengan jadwal dan kedisiplinan para guru. Bisa dibilang dia bagian Tata Usaha yang paling disegani di GALAXY.

"Kayaknya kita nggak perlu sampai laporan deh."

Kali ini Voni yang mengerutkan dahi. "Nggak perlu? Ehm aku khawatir jadi masalah kalau Mbak Sybil nggak tau."

"Ck. Nggak bakal jadi masalah," ujar Tora santai. "Yang penting kan nanti aku ngisi jadwal kamu. Intinya ya aku tetap bakal ngajar."

Voni diam. Apa itu keputusan tepat?

"Ehm aku harus masuk berapa kali ke kelas kamu?" tanya Tora membuyarkan lamunan Voni. "Dua kelas ya?"

Menggeleng, Voni meralat dengan wajah nggak yakin. "Kayaknya lima kelas deh. Hari Sabtu kemaren kan kamu juga nggak masuk."

"Ah, benar. Sabtu kemaren aku nggak ngajar juga. Ehm."

Ada yang beda dari nada dehaman Tora. Voni mengangkat wajah dan melihat cowok itu berkacak pinggang dengan tatapan yang tak bisa dia artikan.

"Kenapa?"

Tora menggeleng dengan senyum kecil. Ekspresinya terlihat santai, tapi ucapannya membuat Voni tertegun.

"Aku nggak nyangka aja. Ternyata kamu perhitungan gitu. Padahal sama pacar sendiri juga."

Perhitungan?

Bola mata Voni membesar demi mendengar satu kata itu. Dia buru-buru menggeleng dan bicara.

"B-bukannya aku perhitungan. Kan tadi kamu sendiri yang nanya."

Tora tergelak. Dia mencubit samar ujung hidung Voni.

"Bercanda. Aku cuma bercanda ah," ujar Tora geli seraya memegang tangan Voni sekilas. "Aku ngajar dulu."

Voni membuang napas panjang melihat kepergian Tora. Untuk sesaat, dia termenung di lorong dan lupa dengan rencana awalnya yang ingin ke pantri.

Udahlah. Kayaknya benar kata Tora. Nggak perlu sampai laporan ke Mbak Sybil deh. Yang penting kan nanti Tora ngisi jadwal aku.

Ah! Berbicara mengenai kemungkinan Tora mengisi jadwalnya, itu berarti Voni punya lima jam kosong. Waktu berharga yang membuatnya segera mengirim pesan pada Ellys.

Voni:
Lys, kamu masih marah?
Aku benar-benar minta maaf.
Aku juga mau bilang makasih karena sudah mau bantuin aku di depan Kak Jordi.
Btw. Kira-kira kamu ada waktu luang minggu ini?
Gimana kalau kita jalan?
Aku punya jam kosong.
Minggu ini aku rada bebas.

Voni menunggu. Tatapannya nggak lepas dari layar ponsel. Dia berdoa dan berharap Ellys sudah nggak marah lagi.

Ellys mengetik ....

Bola mata Voni langsung membesar. Dia menunggu dengan nggak sabar dan balasan Ellys masuk.

Ellys:
Kapan mau jalan?
Aku mau cek jadwal aku dulu.

Mata Voni sontak terpejam. Tangannya mengepal satu dan dia mendesis penuh senang.

"Yes!"

Itu sinyal bagus buat Voni. Kayaknya Ellys sudah nggak begitu marah lagi ke dia. Ya walau balasannya masih terkesan ketus, tapi itu lebih baik timbang nggak dibalas sama sekali.

Voni:
Kapan kamu ada waktu?
Ehm gimana kalau Jumat ini?
Kita jalan, terus nonton.
Habis itu kamu nginap di rumah dan Sabtunya kita masak-masak.

Ah! Itu rencana yang bagus sekali. Setelah mereka kian dewasa, nggak banyak waktu yang mereka punya buat seru-seruan. Tentunya, Ellys pasti nggak akan menolak ajakannya.

Ellys:
Oke.
Jumat ini ya?
Deal?

Tuh kan! Benar seperti tebakan Voni. Ellys pasti suka.

Voni:
Deal!

Voni nggak akan menyia-nyiakan kesempatan kali ini. Pokoknya dia mau menebus kesalahannya minggu kemaren. Lagi pula dia pun sudah kangen setengah mati sama Ellys.

"Ah, benar."

Saking senangnya dengan rencana yang sudah tersusun di benak, Voni nyaris lupa hal penting. Dia buru-buru bangkit dan berniat mencari Tora ketika cowok itu justru masuk ke ruang guru.

"Tora!"

Voni segera menghampiri Tora yang baru saja selesai mengajar. Nggak pake basa-basi, dia langsung bicara.

"Jumat ini, kamu tolong masuk kelas aku ya?"

"Jumat ini?"

Voni mengangguk. "Iya. Aku ada acara sama Ellys. Gimana? Bisa kan?"

Bukan cuma ekspresi Voni yang penuh semangat, melainkan sorot matanya pun berbinar-binar. Dijamin, semua orang yang melihat pasti bisa menebak sebesar apa harapan Voni buat bisa senang-senang dengan Ellys akhir pekan itu.

"Ehm gimana ya?"

Tunggu. Bayang kesenangan di benak Ellys terjeda.

"Hari Jumat kamu ada empat kelas kan?"

Voni mengangguk. "Iya. Dari jam satu sampe jam lima. Gimana?"

"Wah! Gimana ya, Ni? Kan hari Jumat aku ada kelas juga jam setengah tujuh dan setengah delapan."

Tentu saja. Voni tau jelas jadwal Tora. Toh minggu lalu dia yang masuk kelas itu.

"Kayaknya aku bakal capek banget kalau ngajar dari siang sampe malam."

Mulut Voni membuka, tapi nggak ada satu kata pun yang terucap dari mulutnya. Ia terdiam ketika Tora justru lanjut bicara.

"Masa kamu nggak kasihan sih sama aku? Ngajar dari siang sampe malam?"

O oh.

Voni mengerjap. "M-maksud aku—"

"Aku takut aku kecapekan, Ni," potong Tora cepat. "Bukannya apa. Pegal badan aku habis party kemaren aja masih sisa."

Voni melongo. Dia sudah bilang ke Ellys, tapi Voni bisa apa kalau Tora ngomong begini?

"Besok-besok aja aku ganti kelas kamu ya, Beibh?"

*

bersambung ....

Aku tau kalian udah gedek dari awal, tapi tenang. Ini belum seberapa. Lagi pula orang kayak Voni ini memang banyak kan di dunia nyata? Kalau dia belum sekarat dan sakaratul maut, mereka nggak bakal sadar. Hahaha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro