(4) 1. Jadi Orang Baik Memang Hal Baik 4
Ada satu bangunan berlantai 13 di Jakarta yang masih menjulang di tengah memanasnya persaingan ekonomi. Tepatnya berlokasi di kawasan TB Simatupang, gedung tersebut bisa dibilang cukup menarik perhatian. Seenggaknya sih karena warnanya yang mencolok di antara perkantoran lain.
Paling nggak ada tiga warna pokok yang menyelimuti gedung itu. Merah, kuning, dan hijau. Persis seperti pelangi dan terkesan norak untuk telinga yang mendengar tanpa diikuti oleh pengamatan sepasang mata.
Nyatanya, Guys, hitam yang menjadi dasar tiga warna itu untuk bercampur aduk memberikan nyawa tersendiri. Alih-alih norak, gedung tersebut justru terlihat eye catching. Di siang hari ia kelihatan meriah sementara di malam hari berubah elegan.
Nggak cuma itu. Desain gedung sudah berkiblat ke paham dinamis sehingga menambah nilai artistik. Pun kayaknya pemilik bangunan jeli banget sampai-sampai nggak lupa menghadirkan taman dan beberapa pohon penyejuk di sana. Tentunya itu diatur dengan baik dan sedemikian rupa untuk memberikan pemandangan yang benar-benar indah.
Jadi kayaknya sih nggak heran kalau tiap kaki yang melewati portal keamanan berasa lagi melakukan perjalanan pindah alam. Seolah sedang pindah ke dunia lain saking lingkungannya yang wah. Semesta berbeda yang dikenal dengan nama H&H Universe.
Berdiri di bawah naungan H&H Group, gedung itu mencangkup banyak aktivitas di dunia gaya hidup. Total ada 13 anak perusahaan yang tercatat. Di antaranya ada yang bergerak dalam bidang kosmetik, perawatan tubuh-wajah, agensi model, wedding organizer, lingerie, dan majalah.
Ssst! For your information saja ya. H&H itu sebenarnya bermakna her and him. Satu hal yang sering jadi perdebatan anak-anak di sana. Mereka masih sering beradu argumen mengenai apakah her yang pertama disebutkan atau sebaliknya. Semacam pertarungan gender menggelikan yang biasa menghiasi istirahat siang.
Berbicara mengenai H&H, ada satu bagian menarik yang nggak pernah gagal menyita perhatian banyak orang. Tepatnya berada di lantai 13 alias lantai tertinggi di sana.
Keseluruhan lantai itu nyaris bisa dikatakan kosong. Bila dibandingkan dengan lantai-lantai lain, lantai 13 nggak ubah kayak Jisoo Blackpink yang debut main drama sementara anggota lain debut solo. Istilahnya adalah berbeda sendiri.
Tentunya, berbeda bukan berarti hal buruk. Nyatanya baik Jisoo ataupun lantai 13 di gedung H&H Universe sama-sama punya daya tarik yang mempesona.
Sisihkan sejenak soal Jisoo. Semua pasti akan sepakat kalau lantai 13 adalah surga nyasar yang mendadak saja mendarat di sana. Bukan tanpa sebab, lantaran itu adalah wilayah kekuasaan para cowok berkekuatan lensa dan lampu kilat.
Mereka cowok bukan sembarang cowok. Mereka adalah sekumpulan fotografer yang membuat semua penghuni H&H berpikir: Nggak salah? Bukannya kalian ya yang harusnya jadi model?
Trust me! Nggak sedikit dari mereka yang kerap jadi model dadakan kalau tim majalah H&H sedang kelimpungan. Makanya itu kadang jadi bahan ketawaan mereka juga sih. Bulan ini nama si A jadi fotografer. Eh bulan berikutnya justru jadi model.
Cuma ya itu tadi. Hal tersebut hanya berlaku bila keadaan mendesak. Mereka nggak boleh sering-sering begitu kalau mau hidup tenang tanpa ada panggilan peringatan.
Nah! Berbicara mengenai lantai 13, tim fotografer melayani semua keperluan anak perusahaan H&H Group. Alhasil nggak aneh kalau mereka memiliki tujuh fotografer yang siap sedia dipanggil kapan pun.
Cakep dan siaga setiap saat. Kurang apa lagi coba tim fotografer H&H?
Oh ya. Hampir lupa. Sebenarnya lantai 13 yang terkesan kosong itu berkaitan dengan aktivitas pemotretan. Keadaannya bisa dikatakan nyaris plong andai nggak ada area terbatas di sudut ruangan. Tempat di mana meja, kursi, dan komputer disediakan untuk tim editor.
Ah, selain itu. Ada pula sofa panjang dan meja kaca buat cowok-cowok berkumpul. Mereka bisa ngoceh, bahas banyak hal nggak penting, dan kalau bosan, biasanya mereka pindah ke atap. Tempat bebas untuk merokok yang kerap mereka jadikan sebagai tempat pemotretan pula.
Ting!
Satu denting halus terdengar dari ponsel salah seorang tim fotografer yang sedang berkumpul. Mereka baru saja habis pemotretan dan sekarang sedang siap-siap untuk pulang.
Voni:
Kak Ugo.
Lagi di mana?
Sibuk nggak?
Namanya Ugo Nagata. Senior fotografer H&H Group walau usianya masih 30 tahun. Dia masih muda dan dengar-dengar sih jadi standar buat penerimaan fotografer di sana. Nggak cuma lihai mengarahkan lensa, tapi juga ahli memikat mata para wanita.
"Voni?"
Ugo mengenal Voni. Tentunya bukan dalam bilangan waktu yang sebentar. Memang nggak pasti sejak kapan, tapi kayaknya Ugo tau Voni di hari pertama dia main ke rumah Jordi.
Ugo:
Baru beres motret.
Lagi mau jalan balik.
Kenapa?
Ehm kamu di mana?
Bukan tanpa sebab mengapa Ugo langsung nembak Voni dengan pertanyaan itu. Hubungan pertemanan dengan Jordi yang sudah terjalin sejak lama membuatnya sedikit banyak tau tentang Voni.
Voni:
Aku masih di GALAXY, Kak.
Bisa jemput aku?
Ugo tersenyum tipis. Tebakannya benar.
Ugo:
Tunggu di depan.
Aku ke sana.
Ugo mengemas barangnya dalam satu tas ransel bewarna hitam. Menyandang dan bersiap untuk segera beranjak dari sana, ada satu celetukan terdengar.
"Buru-buru amat, Go. Nggak ikutan ngumpul nih?"
Berpaling, Ugo mendapati Arden Baskara menghampiri. Sama sepertinya, cowok itu juga sudah selesai berkemas. Namun, agaknya bukan dalam tujuan untuk segera pulang. Alih-alih sebaliknya.
"Anak-anak pada ngajak kumpul. Lumayanlah buat segerin mata habis motret seharian," ujar Arden. "Lihat yang bening-bening lagi."
Ugo berdecak samar. Jelas dia paham maksud Arden. Sayangnya, dia nggak minat.
"Sorry, lagi capek. Cuma mau tidur."
Arden dan yang lain hanya geleng-geleng kepala. Namun, ada juga yang merasa geli dan nggak heran sama sekali.
"Dia udah males buat kumpul-kumpul. Kalian nggak tau? Dunia 30 itu dunia di mana pinggang mulai encok."
Arden berpaling dan membalas perkataan Yodha Setya Ardiman.
"That's why WOT ada."
Yodha berkacak pinggang seraya menyeringai sementara yang lain tergelak. Arden tersenyum penuh arti saat menuntaskan perkataannya.
"Biar pinggang nggak cepat usang."
Mendengar keriuhan itu, Ugo cuma mendengkus saja. Dia melambaikan tangan dan tanpa basa-basi berpamitan.
"Duluan!"
Cuma satu kata yang Ugo ucapkan. Dia bergegas dan turun menuju lantai dasar menggunakan lift.
Satu motor terparkir. Nyaris nggak kelihatan karena warnanya yang hitam, Ugo sempat berpikir satu-satunya tempat yang dilupakan oleh pemilik gedung adalah area parkir.
Penerangannya bisa dibilang terbatas. Mungkin karena normalnya jam kerja di sana sampai pukul lima sore. Jadi nggak perlu tuh kasih lampu banyak-banyak.
Cuma ya itu masalahnya. Tim fotografer sering dapat jam kerja di luar normal. Contohnya seperti malam ini. Pas pukul sembilan malam, eh baru deh Ugo dan motornya meninggalkan dunia H&H.
Jalanan malam menyambut Ugo. Dua ban berputar melintasi aspal dengan kecepatan stabil. Berpacu dan terus melaju, Ugo mengendarai motor layaknya tengah berlomba dengan kendaraan lain.
Tiba di GALAXY setelah perjalanan yang nggak sebentar mengingat malam itu lumayan macet, Ugo melewati portal keamanan. Pandangannya langsung terlempar ke pelataran gedung.
Ada sesosok cewek bangkit berdiri seraya melambai padanya. Ketika Ugo menghentikan laju motor di depan pelataran, namanya pun diserukan.
"Kak Ugo!"
*
bersambung ....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro