Perawat Dian (deleted scene)
Karena ketentuan cerpen Project Aku Bisa maksimal 2000 kata, terpaksa ada adegan yang terpotong ಡ ͜ ʖ ಡ
Di adegan ini ada sejumput bumbu romantis ✨👌👀
[][][]
Yang pertama Baskara temukan ketika membuka kelopak mata adalah lampu temaram menggantung di langit-langit asing. Masih setengah sadar, dia memandang sekeliling. Temboknya batu bata dan perabotan berbeda, artinya ini bukan mes. Lantas di mana dirinya?
Derit pintu mengalihkan perhatian Baskara. Tampak seorang perawat membawa troli 3 rak, dengan beberapa piring di atasnya. "Sudah bangun, kah?" Sang Perawat mendorong troli ke meja di samping ranjang.
Senyum tipis terlukis di wajah Baskara. Ia mendudukkan diri. "Seperti yang kamu liha--KOBIS!" Spontan Baskara mengaduh kencang ketika perih punggung menyapa, tepat di mana peluru mengenainya. Tangan kiri Baskara terangkat, mengarah ke belakang bahu kanan. Nyaris saja dia menyentuh luka yang kini diperban.
Sang Perawat menahan tawa kala mendengar umpatan alternatif pasiennya. "Berbaring saja, Katuas*." Kedua tangan wanita itu mendorong pelan Baskara untuk kembali ke posisi semula.
(*panggilan "Pak" dalam bahasa Tetun)
"Makasih, ehm ..." Baskara melirik label nama sang Perawat. "Bu Dian."
"Memang tugas saya. Dimakan, ya. Ada kubis, lho."
Aku benci kubis. Baskara mengerling malas. Teringat sesuatu, alis pria itu terangkat. "Katamu aku nggak bisa bangun."
"Lalu?" Perawat berambut keriting itu tersenyum. Sepasang lesung pipi membuat Dian tampak manis. "Mau saya suap, kah?"
Pertanyaan itu membekukan otak Baskara. Mata hitam berkedip, hampir tak percaya. Bukan mau Baskara pipinya mendadak panas. Spontan ia membuang pandangan ke sudut ruangan. Ia berdehem, "e-ehm, aku ..."
Tawa kecil mengudara. "Astaga, Katuas, saya cuma bercanda. Anda bisa mengambil dan makan sendiri, bukan?" Ia membalik arah troli makanan, lalu melangkah ke pintu. "Cepat sembuh, Baskara," ucap perawat itu sebelum keluar.
Baskara mendengus kasar. Kenapa jantungnya berdetak—lupakan. Tidak boleh ada rangkaian 5 huruf terlarang di hati.
Lirikan Baskara jatuh pada piring di atas meja. Saat mendapati kubis, ia mendengus. Memang harus makan kubis, ya? Kobis, tenan! meski dalam hati bicara begitu, Baskara mau tak mau menghabiskan makan malam pertama di rumah sakit.
Kalau di rumah, pasti Biyung membuatkanku makanan tanpa kubis yang lebih enak.
[][][]
Dan di akhir cerita, Dian bertemu lagi dengan Baskara di warung sotonya untuk sarapan.
(*´ω`*)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro