Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Huggles

"Rav, aku lapar."

Mata itu melirik singkat sembari jari tangannya sibuk mengetik di perangkat keras, sebelum kembali memandangi layar.

"Tunggu sebentar, ya. Tinggal sedikit lagi."

Respon sang penjawab membuatnya memajukan bibir beberapa mili meter, meninggalkan kesan cemberut.

Mereka berdua sedang di sofa di kamar Raven. Teman sekamarnya belum kembali entah pergi kemana, jadi dia sekedar bermain dan mengunjungi.

Padahal dia memang lapar dan ingin sekali makan bersama Raven. Hanya saja dia memang sedang sibuk, dan ia juga tak bisa mengganggu pekerjaannya.

Tapi apa mau dikata, sudah beberapa hari ini dia melihat Raven sibuk sendiri. Katanya pekerjaannya menumpuk dan ia harus selesaikan secepatnya dalam membuat laporan.

Mau tak mau diakui, tapi Azmire ingin dia istirahat sejenak agar tidak capek.

Tidak puas akan fakta yang membuatnya hanya menemani tanpa bisa berbuat sesuatu, manusia bertubuh lebih kecil dari yang bersangkutan pun memajukan badannya dan menhlyelinap ke antara badannya dari perangkat yang menguasainya tadi.

Raven yang tengah serius mengerjakan pun sedikit terdiam melihatnya menyerang dengan halus, apalagi sebentar lagi dia juga mau selesai buat laporan harian.

"Az, apa yang kau lakukan??" Raven yang kebingungan akan sikap si lelaki yang mendekatinya sekarang.

Azmire masih cemberut dan duduk di pangkuan Raven, menyingkirkan di sisi samping badan mereka berdua lalu memeluk layaknya koala.

"Az, aku harus mengerjakan tugasku."

"'Kan bisa nanti. Kau bahkan sudah tiga hari sibuk."

Raven menghela napas, mengelus pelan kepala sang pemuda bermuka imut tersebut.

Dia tersenyum tipis, tahu kalau Azmire kesepian. Dia juga begitu, namun dia tak mungkin mengabaikan laporan yang menjerit minta diurus.

Lihatlah sikapnya, jadi ingin mencium ganas bibir Azmire yang monyong bagaikan paruh bebek.

"Kemarilah."

Raven menangkup tengkuk sang pemuda dan memagut dengan lembut.

Azmire yang diserang begitu pun sedikit terkesiap namun menerima dengan senang hati.

Bagaikan di nirwana, cumbuan mereka terasa seperti sesuatu yang adiktif namun harus ditahan demi akal sehat mereka agar kembali normal.

Beberapa saat kemudian pagutan menjadi silatan lidah dicampuri desahan pelan. Permainan mulai terasa panas namun Raven menghentikannya, membuat Azmire ingin melakukannya lagi.

Pemuda tersebut tersenyum tipis dengan rona merah sekilas, mendekap Azmire yang memeluknya manja.

"Bagaimana? Puas?"

Azmire memerah singkat sambil makin menyembunyikan dirinya di dekapan.

"Raven licik..."

"Hehe..."

"...Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Azmire."

Adegan ditutupi dengan manisnya kecupan kedua, sementara perangkat keras sudah terlupakan sampai baterai habis.

Untung sudah disimpan datanya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro