3. Sabar dan Ikhlas
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan ..." (QS. An-Nisa [4]: 125)
~
Nasi sudah jadi bubur, Faris tak tahu apa yang membuat Alma mau menikah dengannya. Bukan hanya berbohong pada Faris, Alma juga membohongi kedua orang tuanya. Alma memang belum berubah, tapi karena terpaksa menikah dengannya membuat Faris tak tenang. Bagai pedang menohok hati, Faris tak bisa berkata lagi. Mulutnya seakan terkunci, ia hanya bisa istigfar dalam hati atas cercaan istrinya. Biarlah terjadi, ia akan selalu sabar dan ikhlas. Faris menerima semuanya dengan lapang dada, ia akan tetap menjalankan kewajibannya sebagai suami dan akan menepati janjinya.
Waktunya ia mengadu pada Allah, hatinya jadi sedikit lebih tenang. Ia belum bisa sholat berjamaah bersama istrinya karena katanya Alma sedang haid. Setelah sholat ashar dan berdzikir, Faris ingin mengajak istrinya belanja kebutuhan rumah tangga, jika istrinya mau. Faris berdiri di depan pintu kamar, tak sengaja mendengar suara istrinya sedang bertelfonan di dalam sana. Entah dengan siapa, Faris mengetuk pintu kamar dan membukanya.
Alma menyembunyikan HP di bawah bantal, ia spontan beranjak dari tempat tidur. Menatap Faris sinis, karena kesal sudah mengganggunya.
"Ada apa?"
"Mau keluar bersamaku?"
Alma langsung menolaknya. "Tidak, aku sedang sakit perut," ucapnya.
"Baiklah, apa kamu udah minum obat?" tanya Faris, khawatir.
Alma menghela napas gusar, ia ingin laki-laki itu segera enyah di hadapannya. "Sudah," katanya, tak ingin memperpanjang.
Faris mengangguk, mungkin istrinya membutuhkan sesuatu atau pengin makan apa Faris akan membelikannya. "Mau titip apa?"
Alma terdiam sejenak. "Bintang," jawabnya.
Faris terkekeh singkat, mana bisa ia membeli benda langit milik Allah. Ia baru tahu jika Alma suka bercanda.
"Maksud gue minuman bintang," sambung Alma.
"Astagfirullahaladzim."
Faris memang belum pernah menyentuh minuman itu, kadang melihatnya di toko-toko minuman saja. Yang ia tahu minuman itu haram. Faris menatap tajam istrinya. Wanita itu tak kenal takut, ia melipat tangan di bawah perut. Tersenyum miring dengan salah satu alis terangkat, seakan membuktikan dirinya yang paling hebat.
"Tidak!" tolak Faris, berlalu dari hadapan istrinya.
Faris terus beristigfar seraya mengelus dada. Ia keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil. Faris menghela napas panjang. Dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, Nabi SAW bersabda, "Minuman keras itu induk dari hal-hal yang buruk, siapa yang meminumnya maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari, jika ia meninggal sedangkan minuman keras berada di dalam perutnya, maka ia akan meninggal dunia dalam keadaan jahiliyyah." (HR Thabrani).
Faris melajukan mobilnya, pergi berbelanja ke minimarket. Sedangkan di dalam sana, Alma tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Faris tadi. Ia menelfon kekasihnya, tak sabar ingin bercerita dengan Kevin.
"Sayang, kok telfonnya dimatiin sih tadi."
"Kok kamu ketawa?"
"Hahaha, sumpah ngakak banget tahu gak Vin."
"Memangnya kenapa?"
"Jadi Ustadz itu mau belanja, terus dia tanya sama aku mau nitip apa? Aku jawab bintang, terus dia kira bintang di langit padahal minuman ahahaha."
"Gila, pacar gue melawan banget. Terus kamu gak di apa-apain kan?"
"Gak diceramahin? Dipukul?"
"Ya, enggaklah. Dia 'kan takut sama gue."
"Bagus, kalau bisa jadiin budak aja dia. Kalau kamu di apa-apain langsung bilang sama aku, ya."
"Siap, beb."
Bosan terus berada di kamar, Alma membuka pintu kamar depan dan berdiri di balkon dengan salah satu tangan bertumpu pada pagar balkon. Ia menikmati pemandangan sore, sambil bertelfonan dengan kekasihnya. Cukup lama, setengah jam berlalu suaminya pulang. Alma kembali masuk ke kamar masih telfonan sampai ketiduran.
Di dapur, Faris mengeluarkan semua belanjaannya dan menyusunnya di dalam kulkas. Bingung mau masak apa, ia tak terlalu pandai memasak. Ketika libur ia sering membantu ibunya memasak, menggantikan posisi adik perempuannya yang saat ini sedang kuliah di luar negeri. Sudah tahu mau masak apa saja, Faris menggulung lengan bajunya yang panjang. Memotong semua bahan yang mau dimasak untuk makan malam bersama istrinya. Ia tahu istrinya tak bisa masak, Faris melakukannya dengan ikhlas tanpa terbebani. Faris mulai memasak, aroma masakannya sangat wangi sampai ke indera penciuman istrinya.
Alma mengendus-endus, matanya masih terpejam. Mengumpulkan kekuatan untuk bangun. Ia mengubah posisi telungkup. Menggosok hidung, lama-lama bau masakan itu semakin menyengat. Perutnya jadi berbunyi, lapar. Sepertinya enak, Alma sampai ngiler. Sadar akan itu, ia membersihkan air liurnya dengan baju. Setengah jam berlalu, perlahan Alma membuka matanya. Melihat jam dinding, sudah mau magrib. Ia beranjak dari tempat tidur, turun ke lantai bawah menuju meja makan.
Pemandangan yang indah, matanya membesar kagum. Ada banyak makanan di atas meja, mulai dari buahan, aneka donat, pizza dan masih banyak yang lain. Alma mendekat pada kulkas dan membuku pintu kulkas.
"Wah."
Bangun dari tidur serasa di Surga, katanya. Kulkas ini terisi penuh, sepertinya pemilik rumah ini pecinta youghurt. Alma mengambil sebotol youghurt cimory drink dan meminumnya. Lalu beralih ke meja makan, ada banyak tempat lauk. Alma membuka satu persatu, matanya berbinar-binar melihat lauk yang begitu menggoda. Ada lauk kesukaannya lagi. Ya, oncom. Ia meraih piring dan mengambil nasi begitu banyak dan semua lauk, setelah itu ia duduk bersiap-siap ingin melahapnya. Namun, sedikit lagi makanan itu masuk ke dalam mulut, Alma baru menyadari jika ada Faris duduk di sampingnya. Laki-laki itu sedang minum, ia hendak pergi ke masjid untuk sholat magrib.
Alma menjatuhkan makanannya ke piring, ia berdiri.
"Siapa yang masak?" tanyanya.
Faris menolehnya. "Saya," jawab Faris. Meletakkan gelas dengan pelan ke atas meja, berdiri merapikan pakaiannya.
"Astaga, untung gue belum makan." Alma berkacak pinggang.
"Lo mau guna-guna gue ya?!" ketus Alma.
"Astagfirullahaladzim, apa maksud kamu?" ucap Faris, terkejut dengan tuduhan istrinya.
"Ya, supaya gue nurut sama lo gitu. Ingat, ya. Gue peringatin, mau lo guna-guna gue dan jampi-jampi nih makanan gue gak akan pernah cinta sama lo!" teriak Alma, menunjuk wajah Faris.
Faris membuang napas, tetap bersabar. Ia terkekeh singkat sambil menggeleng-gelengkan kepala, tak habis pikir lagi dengan istrinya. Faris menatap Alma dengan penuh kehangatan.
"Allah SWT yang maha membolak balik hati manusia," ucapnya tersenyum tipis. Lalu berlalu dari hadapan istrinya.
Alma menghentakkan kaki cukup keras di lantai, kesal. Apalagi melihat senyuman Faris tadi. Padahal Faris hanya tersenyum saja, lantas apa salahnya. Memang benar, ketika kita membenci seseorang semua apa yang dilakukan orang itu selalu salah di mata. Alma naik ke lantai atas kembali ke kamar. Memesan makanan banyak-banyak, tak mau kalah dengan Faris.
***
Sampai pulang dari masjid selepas isya pun, makanan itu masih utuh di atas meja dan sebotol youghurt juga. Faris membereskannya, memasukkan nasi dan lauk ke dalam kantong plastik lalu membuangnya ke kotak sampah. Karena menurut Rasulullah, ujar Masudi, pada malam hari rumah-rumah menjadi sasaran utama para jin dan setan untuk masuk bersamaan tibanya waktu magrib. Dan, menjilati bahkan mengobok-obok makanan yang masih terbuka adalah bagian dari 'misi' setan masuk ke rumah. Bukan hanya makanan, tapi minuman juga. Faris pernah mendengar ulama menyampaikan itu.
Setelah selesai, ia duduk di kursi ingin makan karena perutnya sudah keroncongan, tapi ia teringat dengan istrinya. Faris mengurungkan niatnya yang ingin meraih piring, ia beranjak naik ke lantai atas menuju ke kamar.
"Astagfirullahaladzim."
Setelah membuka pintu kamar, betapa terkejutnya Faris melihat sampah berserakan di lantai. Sorot matanya beralih pada Alma yang sedang video call entah dengan pacarnya, tapi Faris tak tahu. Alma langsung mengakhirinya dan berdiri di hadapan Faris.
"Ngapain lo ke sini?!" ketusnya.
"Gue gak akan biarin lo tidur satu kamar dengan gue!"
"Keluar!" teriak Alma.
"Kebersihan itu bagian dari iman, saya tidak akan keluar sebelum kamu membersihkan semua sampah ini," tegas Faris.
Alma terdiam, ia menatap tajam Faris. Lalu ia membereskan semuanya, memasukkan semua sampah makanan ke dalam kantong plastik dengan marah. Alma merasa Faris selalu mengganggunya disaat ia menghabiskan waktu dengan pacarnya.
"Nih."
Alma langsung memberikan kantong plastik berisi sampah itu pada Faris. Kemudian ia melangkah seraya mendorong punggung Faris sampai ke depan pintu.
"Bye!"
Alma menutup pintu dengan tidak santai. Baru setengah hari tinggal bersama, Faris selalu mendapatkan caci makian dari istrinya. Meski sikapnya seperti itu, Faris tak pernah mengambil hati. Awalnya memang sedikit menyakitkan, tapi setelahnya tidak. Baginya Alma itu lucu. Entah sampai kapan Alma begitu, hanya Allah SWT yang bisa membukakan pintu hatinya. Faris hanya bisa berdoa dan akan terus membimbing istrinya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro