Last?
I wanna play game!
.
"Sugawara-san. Sugawara-san. Bisa dengar aku?" Tanya Hinata. Ia mendengarkan walkie talkienya dengan serius.
Boom!
'Apa itu?!'
Entah apapun yang terjadi disana. Hinata berharap bahwa mereka baik baik saja. Ah,bukan saatnya untuk takut Hinata. Batinnya berkata. Hinata menggeleng dan kembali fokus dalam misinya.
Walkie talkie berbunyi. Namun ia sama sekali tak mendengar suara balasan dari seniornya itu. Yamaguchi dan Kageyama menengok kearahnya. "Bagaimana??"
"Aku sama sekali tak dibalas."
"Kalau begitu aku duluan. Tolong kalian cari Tsukki. Aku akan mencari ruangan CCTV." Ucap Yamaguchi. Dia bersiap untuk keluar ruangan ganti. Dan dengan hati hati melihat ke sekitarnya.
"Dimana semua kabel itu terpasang?" Ia mencoba menatap dinding. Lalu melihat kemana kabel tersebut terkait tanpa harus melihat CCTV. Bisa bahaya jika ada yang mengawasinya dari sana.
Ruangan masih sepi. Entah ada apa disana tapi diruangan ini ia sama sekali tak menemukan keberadaan orang orang disini.
Deg!
Yamaguchi terkejut. Ia hampir saja ceroboh. Sebuah alat pendeteksi transparan atau sensor berada dihadapannya. Dia menghela nafas. 'Untung saja tidak kena.'
"Ada CCTV." Yamaguchi memperhatikan atas dinding. Dimana berada sebuah CCTV yang hampir saja. mere kamnya. Ia mengambil sebuah air pistol.
Tidak. Ia tau ini akan bersuara. Makanya ia membawa sebuah peredam suara super. Silencer yang dirancang sesuai keinginan nya.
Shut!
Yamaguchi mengarahkan senjatanya kearah kabel yang terpasang dengan CCTV tersebut. Akan tetap beresiko jika ia mengarahkannya kearah camera.
Lama lama tanda kamera tersebut meredup. sinar yang menyala berwarna Disamping lensa CCTV mati. Menandakan bahwa ia telah tak berfungsi
Sekarang tinggal perangkat ini yang membuatnya kesal. Ah, omong omong. Ia memang melihat kabel CCTV mengarah kearah pintu dihadapannya. yang menandakan bahwa itu ruangan CCTV. Berarti dugaannya benar.
'Apa aku harus. mengambil alih sensor tersebut? Tapi itu menggunakan waktu lama.' Yamaguchi cukup berpikir sesaat. ia dengan hati hati melangkahkan kakinya tanpa mengenai satu sensor pun.
'Sial. Aku ingin bersin!' umpatnya dalam hati. Ia terdiam ditengah sensor tersebut dalam posisi satu kaki terangkat.
Bruuk!
Ia menutup mata. Badan nya kini terduduk. Ia terlihat kecewa dengan dirinya sendiri. Ia takut jika semua misi ini bisa gagal karenanya ia menggigit bibir.
"Apa yang kau lakukan Yamaguchi?" Ucap seseorang dibelakangnya. Ia terkejut dan refleks menengok.
"Asahi-san??" Ucap Yamaguchi. Ia tak percaya bahwa ada yang akan membantu nya. ia kini menoleh kearah sensor yang entah sudah sejak kapan mati.
"Aku ingin mematikanya sebelum kau datang. Tapi aku tak bisa menjangkaunya karena ada CCTV memperhatikanku."
"Lalu?..."
"Kau datang dan dengan mudah menghancurkan CCTV. Harusnya aku yang berterima kasih padamu." Ucap Asahi dengan tersenyum. "Mungkin kau bisa lanjutkan misi. Aku dipanggil Daichi sekarang."
"A-arigatou. Asahi-san." Asahi mengangguk. Ia berjalan berlawanan arah dengannya.
Yamaguchi lalu mendekat kearah pintu tersebut. Pintu hitam tersebut tertutup, namun ia bisa melihat bahwa pintu tersebut tak terkunci. Hanya tertutup rapat.
Ia menempelkan telinganya kepintu tersebut, memastikan tak ada orang disana.
Beberapa saat kemudian ia sama sekali tak mendengar suara. Kesempatan baginya. Ia yakin bahwa didalam sama sekali tak ada musuh.
Krieet...
Pintu itu sedikit demi sedikit terbuka. hal yang pertama ia lihat adalah sebuah ruangan kecil dengan enam monitor yang Menampilkan beberapa rekaman Dari CCTV yang berada diruangan ruangan sebelumnya.
Dia melihatnya. Tsukishima yang terikat disebuah ruangan. Ah,sebuah keberuntungan baginya karena melihat beberapa daerah yang tak asing di matanya melalui jendela yang berada disana.
"Hinata??"
'Ah,kau sudah menemukannya?'
"Tsukishima dilantai tiga. Dengan pintu yang berbahan besi."
'Ok, kau tunggu ditempat aman.'
"Baik--"
Bugh!
"Arghh!" Yamaguchi terkejut. Tanganya patah akibat sebuah benda tumpul mengenainya. Yamaguchi terkejut hingga kehilangan keseimbangan.
Bruuk!
Dia langsung terjatuh dan tangannya kini malah beradu dengan kerasnya marmer. dia meringis. Merasakan sakit di tangannya.
"Halo.." nada berat menyapanya. Laki laki dihadapanya memandangnya dengan senyum mengerikan. Dia mengangkat balok tersebut kearah Yamaguchi yang terjatuh.
Bruuuk!
....
Bagh! Bugh!
Tsukishima memandang monitor dengan tak percaya. Enam monitor sekaligus menghadap kearahnya. Sambil memberikan sebuah rekaman mengerikan.
"Hentikan! Jangan!" Teriaknya. Ia melihat temannya terkapar dengan sebuah balok yang terus menghantam tubuhnya.
"Benarkah? ngomong ngomong. Kenapa ada polisi rendah itu? Kenapa ia disini?" Tanya seorang laki laki dengan muka datar. Ia melihat monitor itu dengan serius. "Itu pasti ulahmu."
"Kau ini siapa? Dan apa mau kalian?!" Tsukishima terus berupaya melepas kedua tangannya yang terikat kuat pada kursi.
"Kau mau apakan dia Kunimi?" Tanya orang yang baru saja memasuki ruangan tersebut. Tampangnya tak terlihat karena memakai sebuah masker hingga menutupi sebagian wajahnya.
Kunimi berpikir sebentar. " Kita buat dia sebagai sandraan. Kulihat, ketua mereka nampak kuat."
"Baiklah kalau begitu." Dia mengangguk. Setelah itu kembali menutup pintu. Meninggalkan mereka berdua diruangan tersebut.
"Aku punya sebuah game." Dia mendekat kearah Tsukishima. "Gamenya. kau harus memilih semua pilihan yang kuberikan. Jika kau memaksaku untuk tidak memilih keduanya. Maka..."
Kunimi akhirnya menyeringai. Ia berjalan dan menghadapi kearah Tsukishima. Ia menatap matanya dengan tajam. "DUA PILIHANNYA AKAN MATI."
Kunimi kembali dalam mode muka datarnya. "Kalau begitu. Kau lihat temanmu yang kini babak belur. Perlu diikat atau langsung mati?"
Tsukishima menatap tak percaya orang dihadapanya. 'Dia psikopat?!'
"Aku menyuruhmu menjawab. Bukan diam."
"Ikat, tapi jangan lakukan apapun kepada semua temanku." Ucap Tsukishima. Ia berusaha untuk tenang.
Reaksi yang diberikan kunimi tak terduga. Ia membelak mata. ia terlihat marah besar.
"KAU SIAPA?! KAU SIAPA?!! SIAPA YANG MENYURUHMU MEMBERIKANKU PILIHAN HAH?!!" Dia menarik kasar kerah Tsukishima. yang dilakukannya hanya bisa diam dan meringis. Mau bagaimana lagi.
"Hanya Iwaizumi-san yang dapat menyuruhku. Kau hanya manusia yang sebentar lagi mati. Mengerti?" Dia melepas genggaman kuatnya. Lalu kembali menenangkan diri.
"Baiklah kalau kau mengerti." Ucap kunimi. dia mengangkat walkie talkienya. "kyoutani. Hentikan pukulanmu. Ikat dia di tiang tiang rumah. ini ucapan Iwaizumi-san."
"Hei, kau mengikatnya dimana?!" Tanya Tsukishima tak percaya. Kunimi balik membalasnya dengan tatapan tak terima.
bugh!
"apa urusanmu?!"
Tsukishima mendecih. Merasakan sebuah darah mengalir segar dari hidungnya. Dia terdiam. 'Bisa mati jika aku terus bicara.'
"Sekarang yang kedua. liat kapten itu. Dia tak sadar jika semua anggotanya telah kami sandera. Dan aku sudah membawanya ke daerah baku pukul. Ya, disana ruangan luas. Dari balik pintu mereka bersembunyi. anggota ku akan langsung menghajar nya tanpa ampun ketika ia mendekat ke daerah itu..."
"sepertinya tak ada pilihan lain. Mungkin aku akan benar benar Membunuhnya." Ucapnya dengan ringan. Tsukishima semakin panik. Apa yang harus ia lakukan?!
"ARGH!!! BUNUH! BUNUH AKU SAJA!! SIALAN!" Tsukishima berteriak kesal. Dia mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih bahkan darah mengalir dari kepalan nya.
"Hmm. Ide bagus." Kunimi mengangguk. Dia berjalan kearah sebuah senapan angin. Dia mengangkatnya Dengan susah payah. "Ini berat."
"Kau tau. AK 47 dengan tambahan amunisi drum mag. Ini sangat berbahaya. Brutal. Aku akan menghabiskan semua peluru ini dan menancapkan semua peluru tersebut ke tubuhmu. Ide yang bagus. "
Dia lalu melangkahkan kakinya ke hadapan Tsukishima. Ia mengarahkan moncong senapan kearahnya. "Aku tak sabar memakai nya."
"Satu..."
"Dua.."
"Ti..."
Bruaghh!
Pintu terdobrak tiba tiba. Hinata masuk dengan kaki yang telah menendang kuat senapan tersebut. "Mati ka--"
"JANGAN!" Teriak Tsukishima. Ia menghentikan gerakan Hinata yang siap membunuh orang yang berada didepannya itu. Sayang nya Tsukishima ingat. Bahwa keselamatan semua anggota kini berada ditangannya.
Si psikopat itu.
"Jangan Main pukul bodoh!" Ucapnya dengan kesal. Hinata kini beralih melihatnya. Dia seketika terkejut. Matanya membelak tak percaya.
" Jangan tatap aku seperti itu bodoh. Aku benci dikasihani oleh orang sepertimu." Ucap Tsukishima tanpa melihat kondisi nya. Keadaannya mungkin tak lebih parah dari Yamaguchi. Tapi apakah ia bisa disebut baik bauk saja?
"Ahahaha..Solidaritas yang bagus. Aku suka. Mungkin eksekusinya kita mulai sekarang." Kunimi menepuk nepuk bajunya yang kotor akibat terjatuh. Ia kini menyeringai.
"Jangan melawan atau semua nya mati." Ucapnya dengan ancaman. Dia melirik Hinata.
Hinata terdiam. Dia dengan terpaksa menurut. Rasa kesal memenuhi dadanya.
'TEME!'
Kageyama mendengar percakapan dari jauh. Ia satu satunya orang yang bersembunyi diatap. Firasatnya benar. Mungkin bukan hal yang baik ketika masuk dengan sembrono seperti bocah exstrem angkatannya itu. ia menghela nafas. 'Hampir saja'
"Hoy.."
Kageyama mendengar panggilan seseorang. Matanya bergerak kesana kemari. Siapa orang yang memanggilnya. Kageyama tiba tiba merasa silau. Dia ingin mengumpat jika saja ini bukan arena pertarungan. Ia kini melihat laki laki berseragam nekoma menatapnya.
ah,jadi dia yang membuat matanya silau. sebuah lencana mengarahkan cahaya lampu ke matanya.
"anda bersembunyi disini juga?" Tanyanya dengan bodoh. orang berambut puding itu mengangguk. "Aku satu satunya yang lolos selain Kuroo disini. Mereka licik."
"Kalau begitu. Bisakah anda bekerja sama? Aku dalam keadaan terpojok saat ini." Dia berkata jujur. Aneh,mendengarnya. Bahkan si rambut kuning juga begitu. Si rambut puding akhirnya mengangguk.
"Onegaishimasu."
...
Daichi masih setia dalam pertarungannya. Bahkan ia tak tahu sudah sebanyak apa peluru yang ia lontarkan.
"Wait!"
Daichi menengok ke sumber suara. Perempuan itu menatapnya sinis. Ia menghentikan senjatanya yang sedari tadi terus mengeluarkan peluru.
"Gomen-ne Tsukishima-kun." Daichi terlihat kebingungan akibat ucapan dari perempuan itu. Dia menurunkan senjatanya. "Apa maksudmu?"
"Lihatlah keatas." Ucap Hana dengan menunjuk keatas bangunan ini. Sebuah tirai hitam bergeser. Memperlihatkan sebuah hal yang mengerikan.
Sraak!
Beberapa anggotanya menggantung dengan badan yang terikat. diatas sana bahkan anggota Nekoma juga. mereka hanya bisa Terdiam dan menggantung disana.
"G-gomen. taichou." Ucap Yamaguchi yang bahkan kini sudah babak belur. Dia bahkan batuk dengan darah yang keluar dari mulutnya.
Warna babak belur menghiasi wajahnya. Dia tersenyum sedih. "Maafkan aku. Terlalu lemah."
"Ya-yamaguchi.." Sugawara menutup mulutnya. Dia terkejut. terkejut Melihat keadaan yang terlihat menyedihkan. Seketika ia membeku. "Bertahanlah.."
kini Matsukawa mendorong Tsukishima yang masih terikat dengan kursi hingga ke ujung ruangan. Bersiap untuk menjatuhkan si kacamata itu dari ketinggian dua lantai. Dia menyeringai. "Hai,semua."
"HEI, JANGAN BERANI APA APAKAN MEREKA!" Teriak Sugawara. Dia terlihat tak tahan lagi. Ia menjatuhkan senjatanya dan hendak menuju kearah Anggota anggota yang terikat dilantai dua.
"Tenang Suga-san!!" Tanaka menariknya sekuat tenaga. Mencegahnya untuk. mendekat. "Kita tak bisa terus maju jika begini. Angkatan mereka akan mati."
Daichi terdiam. Jujur, ia takut salah mengambil keputusan jika begini. Miris melihat anggotanya terluka dengan tali yang mengikat kuat mereka. Bahkan Hinata juga terikat disana walau tanpa luka.
"Tak ada negosiasi. Mereka jadi pajangan yang cantik jika saja tak hancur jatuh dari lantai dua." Ucap Hana dengan senyum yang mengembang.
"Tapi. Aku baik kok. Akan kuberi sebuah pilihan. Ya kan Tooru-ni?"
Oikawa melipat kedua tangan dibawah dada. Ia mengawasi dari lantai dua. Matanya kini menatap Hana. " Itu terserahmu saja Hana-chan."
Tsukishima menatap tak percaya. Perempuan yang berada disana benar benar Hana? Penampilannya seratus persen berubah. Dan uniknya ia sangat mirip dengan Oikawa.
"Baiklah Daichi-san. Anda lebih memilih aku mengebom bangunan ini atau menjatuhkan mereka semua? Ingat. Tanpa bantuan."
Daichi berfikir. bagaimana jika bangunan ini dibom. Pasti mereka beserta musuhnya akan mati. Tapi ia juga tak tega jika membiarkan orang orang yang menggantung tersebut jatuh dan mati.
Tunggu.. Nekoma kepolisian yang cerdas dan lihai. bisa saja jika mereka jatuh Mereka akan menjatuhkan diri mereka ketempat yang lebih mudah diarih agar mengurangi adanya luka serius.
"Namun bagaimana dengan Tsukishima dan Yamaguchi?" gumamnya.
"Anda kehabisan waktu tuan."
"Hei, tung--"
"Aku akan membunuh semua orang yang menggantung disana. Beserta Tsukishima-kun. Ya kan??"
"Ah, aku lupa sesuatu." Setelah ucapannya. Beberapa orang nampak masuk ke ruangan dengan menggeret kapten Nekoma yang tak sadarkan diri.
"Kuroo-san.."
Tsukishima ikut melihat orang itu. Ia menahan emosinya. Sial, berani beraninya dia berbohong. Ia menengok kearah Kunimi yang berada tak jauh. dari hadapannya.
"Beraninya!"
Kunimi balik menatapnya. Dia yang sedari tadi menatapnya datar kini menyeringai. "Kau lupa siapa yang memegang semua ini. Bukan aku bodoh."
Hana mengeluarkan sebuah granat dari balik setelannya. Dia tersenyum lembut."Sayonara..."
"HENTIKAN!!!"
"CEPAT LAKUKAN SESUATU."
"SAYONARA!!!"
Duar! Duar! Duar!
Hana terjatuh. Ia tertembak sebuah peluru yang tiba tiba saja datang dengan beruntun.
Bruuk!
"HANA/CHAN/SAN!"
Oikawa mengejar tubuh yang terjatuh dari lantai dua tersebut tanpa menghiraukan sebuah peluru yang terhunus ketangannya.
"Hana-chan. Bangun!" Oikawa memanggilnya dengan parau. matanya memanas seketika. Ia memeluk Hana dengan erat. "Hana..."
"Oi. Kusokawa! Kita harus cepat pergi. Aku telah mengaktifkan peledak disini."
"Iwa-chan... Bagaimana dengan Hana?" Tanya Oikawa dengan mata yang menatapnya dengan tajam. Walau semua tatapan tajam itu terhapus karena matanya tampak berkaca kaca.
"Kau bodoh! Tetaplah ketua yang paling bodoh." Iwaizumi dengan cepat mengangkat Hana dan bergegas pergi.
"Merunduk!"
Kenma langsung melontarkan semua peluru tersebut dengan cepat. Ia dengan mudah melepas tali yang menggantung mereka. Dia tak akan membiarkan musuhnya pergi.
'Aku tau mereka akan baik baik saja.' Batinnya. Ia melihat teman temannya langsung terjatuh tanpa luka karena pendaratan yang telah mereka siapkan
Duar! Duar! Duar!
kageyama ikut keluar dari persembunyiannya. Dia berlari dengan cepat pada saat tali Yamaguchi terlepas.
Greep!
Beruntung tubuh Yamaguchi tak menghantam lantai. Kageyama dengan sigap menangkap nya dan segera berlari ketempat aman. Dia sudah mengetahui bahwa peluru tersebut tak akan selesai hingga beberapa saat. Ada berpuluh puluh peluru di kotak itu.
"Bertahanlah.. Yamaguchi."
Asahi juga dengan cepat menarik kursi Tsukishima dan melepas talinya. ia juga ikut andil dalam pertarungan cepat ini. Beruntung ia tak terluka dan ikut terlihat dalam pertarungan. Ia jadi bisa membantu mereka. Si sniper. Kageyama tobio dan Kozume kenma.
"Cepat keluar dari sini!" perintah Daichi setelah semua orang telah terbebas. Beberapa orang membantu membopong anggota yang terluka.
"Lari! Rumah ini akan hancur. Cepat!"
DUAR!!
.
.
.
.
TBC.
maaf kan segala typo dan anehnya jalan cerita. aku juga ngetik di hape ini :')
Btw aneh. apa gak nih??
Hana mati gak nih? Tunggu aja wkwkwk
Btw aku update cerita baru. Creepy pasta Tsukishima ver. mampir ya kalo minat
( ´ ▽ ' )ノ
Hana sebelum berubah penampilan. Yap,aku memang mikirin kalo dia itu perempuan misterius seperti Akira mado. Tapi. warna mata dan rambutnya beda.
Aduh. Aku ingin buat mafia ver. Tapi gak tau apa apa. (T▽T)
Semoga terhibur sama ceritaku ya
bye bye 💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro