Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3 ╬ Suspicious

"Ponselmu berfungsi kan? Kabari aku kalau ada apa-apa, kunci kamarmu aku yang pegang," ucap Dahyun sesaat sebelum menutup pintu kamar yang di tempati oleh Jungkook.

"Arrasseo aku mengerti itu."

Dahyun mengangguk, "Okey baguslah kalau begitu." Dahyun pun mulai menarik pintu kamar itu untuk ditutup.

"Dahyun-ah!" Panggil Jungkook sebelum pintunya tertutup sempurna.

"Ya? Kenapa? Ada yang kurang?"

Jungkook menyengir, "Jangan merindukanku," ucapnya.

"Tidak akan!" Dahyun langsung saja menutup pintunya dengan kencang, membuat Jungkook terkekeh pelan melihat wajah kesal Dahyun barusan.

Keesokan harinya, Dahyun bingung ingin melakukan apa. Jadi ia hanya mengistirahatkan tubuhnya yang cukup lelah kemarin dengan berbaring di kasur sambil menscroll ponsel nya. Untungnya Dahyun membawa charger sehingga ia masih bisa mengisi baterai ponselnya.

Saat sedang asyik bermain ponsel, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar Dahyun.

"Hmm siapa itu?" Dahyun mulai bangkit dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya.

"Oh annyeonghaseo nyonya Seo," ucap Dahyun sembari menunduk dengan sopan kepada Hyojin yang sedang menggendong Woojin.

"Apakah kedatangan kami mengganggu mu nona Yoon?" Tanya Hyojin dengan ramah.

"Ah tidak kok dari tadi aku malah bingung ingin melakukan apa, apa kau butuh bantuan ku? Apakah ada orang terinfeksi lagi yang muncul? Aigoo dimana—"

Suara kekehan Hyojin menghentikan Dahyun yang sedang uring-uringan itu. "Haha tidak ada apa-apa nona, hanya saja, aku ingin menitipkan Woojin sebentar saja padamu, aku akan mengikuti rapat dahulu sampai malam nanti, eum..." Hyojin pun memandang Dahyun dari atas sampai bawah, perempuan itu masih menggunakan seragam polisinya sama seperti pakaian kemarin.

"Kau tidak membawa baju ganti?" Tanya Hyojin yang dibalas cengiran Dahyun.

"Eum..sebenarnya aku tidak sengaja terjebak disini, ini terjadi karena eommaku membelikan tiket kamar, aku tidak mau menginap akhirnya tiket nya kuberikan pada Jungkook dan aku mengantarkan Jungkook untuk check in dan kita terjebak, jadi begitu nyonya...intinya, kami sama sekali tidak ada persiapan menginap," tutur Dahyun dengan jujur, Hyojin pun mengangguk paham.

"Ah begitu..baiklah aku akan membawakan kalian beberapa pakaianku dan suamiku, tunggu sebentar, Woojin-ah tunggu sama Noona dulu ya!" Setelah menyerahkan Woojin pada Dahyun yang langsung menerima anak itu dengan sangat welcome, Hyojin pun mengambilkan pakaian untuk Dahyun dan Jungkook.

....

"Noona...Woojin cocok tidak jadi polisi?" Tanya Woojin yang sedang duduk di pangkuan Dahyun. Kini mereka sama-sama ada di atas kasur, tadi Dahyun baru saja selesai membacakan buku cerita yang dibawa Woojin. Kini anak laki-laki itu mulai mengantuk dan tiba-tiba mengajaknya berbicara.

"Tentu saja cocok! Nanti kalau Woojin jadi polisi, harus jadi polisi baik ya!" Balas Dahyun.

"Memangnya apa bedanya polisi baik dan polisi jahat Noona?"

Dahyun mulai mengelus rambut anak itu dengan sayang, "Polisi baik akan berbuat dengan hati yang penuh kebaikan, ia akan menegakan kebenaran dan keadilan untuk membantu orang-orang banyak, seperti yang Woojin mau kan?" Woojin mengangguk dengan semangat dan senyumannya yang lucu.

"Kalau polisi jahat bagaimana?" Tanya Woojin yang tampak penasaran.

"Hmm polisi jahat itu—" tiba-tiba terdengar suara gaduh dari kamar diatas kamar Dahyun, yang ditempati oleh Jungkook.

Dahyun mengerenyit, ada apa dengan Jungkook, kenapa ia membuat kegaduhan seperti itu. Dahyun pun mulai bangkit dari kasurnya sambil membawa bantal untuk pertahanan diri.

"Noona mau kemana?" Tanya Woojin yang kaget saat Dahyun tiba-tiba terlihat ingin pergi.

"Noona ke kamar atas sebentar ya sayang, jangan bukakan pintu untuk siapapun sebelum Noona kembali, oke?" Anak itu mengangguk perlahan.

Dahyun langsung saja berlari keluar dari kamarnya menuju kamar Jungkook. Setelah membuka pintunya dengan kunci yang dibawa nya, Dahyun perlahan memasuki kamar itu perlahan. Berjalan sambil terus berjaga-jaga. Suara gaduh itu sudah tidak terdengar tapi Jungkook malah tidak terlihat ada di dalam kamarnya.

Jantung Dahyun berdebar semakin kencang, hingga akhirnya ada yang menepuk pundak nya. Dahyun terkejut, ketika ia menoleh Jungkook tampak seperti ingin menggigit lehernya.

"RAWRR!" Seru Jungkook sambil mencengkram bahu Dahyun. Sontak Dahyun pun memejamkan matanya kaget dan menghindarkan tubuhnya.

Suara kekehan Jungkook yang tertawa puas  membuat Dahyun membuka matanya perlahan kemudian langsung merubah ekspresinya menjadi datar.

"Yak Choi Jungkook!" Omel Dahyun marah sambil membekapkan bantal yang dibawanya pada wajah tampan Jungkook.

"Argh Dah—" setelah berjuang cukup lama akhirnya Jungkook berhasil menghentikan tindakan Dahyun itu.

"Waee? Kenapa kau tiba-tiba datang? Kan masih ada 30 menit lagi sebelum 24 jam."

Dahyun memijit keningnya, "Aish tadi aku mendengar suara gaduh dari atas sini, aku hanya ingin memastikan saja kukira kau kenapa-napa." Jungkook malah tersenyum-senyum sendiri membuat Dahyun mendelikan matanya.

"Waee?" Jungkook hanya menggeleng cepat.

"Ani..aku tidak kenapa-napa, suara gaduh tadi..aku jatuh dari atas kasur, kau lihat kan kasurnya memang agak tinggi," tutur Jungkook sambil menunjuk ke arah kasur yang ia tiduri tadi, Dahyun lanjut memijat keningnya yang terasa pening.

"Yasudah bagaimana? Aku sudah boleh keluar dari tempat ini kan?" Jungkook mulai berjalan santai menuju pintu namun tangan Dahyun langsung menahannya dengan cekatan.

"Nanti dulu! Biar aku pastikan dulu pada Taehyung."

Setelah menghubungi Taehyung, ternyata lelaki itu menyuruh Dahyun untuk memfoto luka cakar milik Jungkook.

"Bagaimana katanya?"

"Dia bilang kondisimu aman, selagi lukanya belum berubah warna jadi menghitam, tapi dia memintamu untuk melakukan beberapa tes darah."

"Jadi kita akan keluar dari sini?"

"Tepat sekali, tapi mereka belum memberitahukan langkah selanjutnya bagaimana, kita tunggu saja."

.........

Jungkook akhirnya ikut ke kamar yang ditempati Dahyun untuk mengambil pakaian yang diberikan oleh Hyojin. Kebetulan tak lama setelah itu Hyojin datang kembali untuk menjemput anaknya dan kini mereka sedikit berbincang mengenai rencana kedepannya.

"Setelah tadi rapat online bersama anggota tentara, mereka meminta kita untuk tetap didalam untuk karantina selama seminggu, lalu kami juga diminta untuk terus memantau orang-orang dari perusahaan farmasi bioelixir itu, untung saja mereka memesan 15 kamar di satu lantai jadi kami lebih mudah untuk memantaunya."

"Wah seminggu cukup lama juga ya nyonya..apakah Woojin..aman didalam sini? Situasi seperti ini tidak baik untuk anak-anak kan?" Tanya Dahyun yang merasa khawatir.

"Kau benar situasi disini tidak aman untuk anak kecil, tapi mau bagaimana lagi." Hyojin menampilkan ekspresi sedih, sembari terus mengelus rambut anaknya dengan sayang.

Jungkook pun menanggapi, "Benar setidaknya kita harus bertahan sampai bantuan itu datang, kita juga tidak tahu kan keadaan diluar sana seperti apa karena kita tidak tau juga obat itu sudah menyebar sejauh mana—"  Dahyun dan Jungkook sontak saling berpandangan.

"Yak benar juga, sudah sejauh apa pil Axe itu di distribusikan? kita harus cari tahu!"

......

Setelah memborgol tangan Doyoung pada pintu lemari, Dahyun dan Jungkook pun mulai mengintrogasi lelaki yang pertama kali terkena infeksi penyakit gila itu.

"Kita tidak tahu sampai kapan kau mampu menahan diri untuk tidak berubah, maka dari itu, harap jawab pertanyaan kami dengan cepat dan jujur, demi kebaikan kita bersama," pinta Dahyun sebelum memulai.

"Baiklah aku mengerti."

"Lee Doyoung-ssi..berdasarkan informasi yang kau ketahui, sudah sejauh apa pil axe itu di distribusikan?" tanya Dahyun dengan bersidekap.

"Sejujurnya aku sendiri kurang tahu karena aku hanyalah pegawai pabrik rendahan di perusahaan farmasi bioelixir ini, aku juga bingung kenapa Pak Kang dan wakilnya itu mengajakku dan 12 rekanku yang lain untuk menginap di hotel mewah ini, bahkan dirinya mengiming-imingi kami kenaikan jabatan dan kenaikan gaji, tawaran yang sangat menggiurkan kan?"

Dahyun dan Jungkook berpandangan bingung, "Hah apa-apaan itu? aku kira kalian yang diajak rapat di hotel ini merupakan team pengembang obat itu." Doyoung menggeleng menanggapi ucapan Dahyun.

Jungkook tiba-tiba terhenyak, "Yak Lee Doyoung-ssi, kalau aku boleh tahu, kemarin saat rapat itu apakah Pak Kang menjelaskan tentang uji coba obat ini?"

"Seingatku mereka bilang sudah melakukan uji in silico, in vitro dan telah dilakukan juga uji in vivo pada tikus mencit, mereka bilang obatnya berhasil membuat tikus itu lebih kuat, bahkan ketika mereka sengaja melukai tikus itu seperti melukai kakinya, penyembuhannya cepat sekali, maka dari itu aku dan rekan-rekanku tertarik untuk segera mengkonsumsi obat itu."

"Baru sampai tahap itu saja?" tanya Jungkook sekali lagi untuk memastikan.

"Iya seingatku begitu, duh maaf aku hanya karyawan rendahan jadi tidak terlalu paham mengenai hal-hal seperti itu, tapi semoga informasi yang kuberikan berguna."

Jungkook terlihat kalut, "Jadi mereka belum melakukan uji klinis?" Doyoung yang mendengar pertanyaan Jungkook pun jadi tampak terkejut seakan baru tersadar akan sesuatu.

"Yak apa yang kalian bicarakan? Jangan membuatku seperti orang bodoh begini dong, jelaskan dengan bahasa sederhana," keluh Dahyun yang dari tadi tidak mengerti pembahasan mereka ini akan mengarah kemana.

"Jadi begini Dahyun, syarat sebuah obat dapat di distribusikan ke masyarakat umum itu harus melewati beberapa tahapan uji, uji in silico itu uji menggunakan perangkat komputer, kemudian setelah itu diadakan uji in Vitro di laboratorium menggunakan media  mikroba pada tabung reaksi, dan jika lulus uji coba in Vitro, baru akan dilakukan uji in Vivo menggunakan hewan seperti yang dijelaskan Doyoung tadi, nah tahapan terakhir sebelum obat dapat di distribusikan, harus diadakan uji klinis yaitu uji pemakaian obat langsung pada manusia, sedangkan perusahaan itu belum melakukan uji klinis sebelumnya."

Dahyun juga jadi terlihat kaget sekarang setelah mendapat inti dari penjelasan Jungkook, "Jadi kemungkinan besar, Doyoung dan beberapa rekannya itu dijadikan target untuk uji klinis obat ini?"

Doyoung dan Jungkook pun mengangguk dengan wajah yang terlihat semakin gusar.

"Sial siapa managermu tadi? Pak Kang? Dia benar-benar gila, seharusnya jika sedang melakukan uji coba obat ya di tempat yang seharusnya dong, kenapa harus di hotel yang menyatu dengan mall begini?" Keluh Dahyun yang tak habis pikir.

"Itu sebuah trik Dahyun, untuk membuat orang-orang ini mau dibujuk untuk dijadikan target uji coba tanpa sadar, mereka akan mengira kalau ini hanyalah sekedar perjalanan bisnis biasa," timpal Jungkook.

"Aku juga sangat bodoh sekali bisa-bisanya tidak berpikir kesana, sejak awal menginjakkan kaki di hotel ini, yang kupikirkan hanyalah kenaikan jabatan dan gaji yang diiming-imingkan oleh Pak Kang," keluh Doyoung yang merasa kecewa pada dirinya sendiri.

"Wajar, memang terkadang ketika kita terlalu sibuk mencari yang sempurna, kita malah akan kehilangan yang terbaik, terlalu fokus terhadap kesempurnaan berupa kenaikan gaji dan pangkat, membuat kalian lupa bahwa kesehatan adalah hal yang terpenting," timpal Jungkook tiba-tiba, Dahyun saja kaget mendengar Jungkook berbicara begitu.

"Dahyun-ah, tampaknya kita harus segera berbicara dengan pak manager gila itu!" Dahyun langsung mengangguk dan bersiap untuk pergi.

Sebelum pergi, Dahyun membuat perhitungan terlebih dahulu dengan Doyoung. "Mengenai percakapan kita malam ini, jangan kau beri tau pada siapapun! Apalagi bos gila mu itu, mengerti?"

Doyoung hanya mampu mengangguk ketakutan karena nada bicara Dahyun yang sangat mengintimidasi.

"Jungkook-ah kajja!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro