Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

° Three °

"Shogun, cepat sedikit!" (Name) menggerutu dengan sebal ketika mendapati Shogun yang baru saja keluar dari Tenshukaku. "Kalau kolamnya keburu ramai, bagaimana?"

Shogun memandang gadis itu dengan jengkel. "Aku harus mempersiapkan barang-barangku dan Ei dulu. Sabar sedikit, lah."

"Ah, alasan saja kau." (Name) melipat kedua tangannya di depan dada. Kemudian, ia memimpin langkah untuk menuju ke pemandian air panas itu bersama-sama, sebab ia tahu Shogun tidak mengetahui letaknya. "Ikuti aku. Awas saja kalau ketinggalan."

"Iya, dasar cerewet." Shogun pun mengikuti (Name) yang sudah berjalan beberapa langkah lebih di depan.

Shogun mempercepat langkah, mensejajarkan diri dengan (Name). Ei yang masih berada di alam bawah sadar bersura di benak keduanya. 'Shogun, (Name). Ingat ya aku tidak mau ada pertengkaran hari ini.'

"Ah, tenang saja, neesama. Kali ini kami berdamai, kok." Khawatir Ei akan mengamuk kalau mereka bermusuhan lagi, (Name) pun merangkul lengan Shogun erat-erat. "Lihat, kami bahkan berjalan dengan sangat akrab, lho."

Shogun melotot tajam pada (Name), dapat terlihat matanya menyiratkan, 'jangan sentuh aku'. Sementara (Name) memasang ekspresi tidak suka dan menyiratkan 'aku juga ogah menyentuhmu. Kita akting saja sebentar.'.

Ei kembali bersuara dalam benak mereka berdua. 'Bagus. Itu baru adik dan persona kebanggaanku.'

Wajah Shogun dan (Name) merona merah samar mendengar perkataan Ei. Entah sejak kapan, keduanya sangat peduli dan menyayangi Ei, sampai-sampai sering berebut atensi hanya dari Ei seorang.

Ketika sudah tiba di sekitaran kota, (Name) melepas rangkulannya sebab banyak pasang mata yang memandang mereka berdua. Tak sedikit kasak-kusuk warga menyebut-nyebut nama mereka.

"Wah, ada Yang Mulia Shogun dan nona (Name)!"

"Kalau dilihat-lihat, beliau sangat berwibawa ya ... bahkan aura keberadaannya kuat sekali."

"Beliau juga sangat cantik!"

"Heh, jangan lancang! Kalau beliau dengar, kau bisa mampus disambar petir nanti!"

Masih banyak kasak-kusuk yang terdengar dari mulut para warga. Shogun, yang baru pertama kali berada di situasi ini pun melirik (Name) yang tampaknya sudah biasa. "Memangnya para warga selalu begini padaku, ya?"

"Makanya sesekali kau interaksi lah dengan mereka," ujar (Name) sembari melipat kedua tangannya di depan dada. "Terkadang, Ei-neesama suka berjalan-jalan di sini, dan banyak warga yang mengenalinya sebagai 'Raiden Shogun'. Kebanyakan warga sudah mengira kau tidak sekejam dulu lagi karena neesama sangat ramah pada mereka"

"Oh, pantas saja." Shogun menganggukkan kepalanya paham. "Soalnya, terakhir kali aku berjalan sendirian di kota begini, orang-orang selalu kabur atau menundukkan kepala."

"Wajar, sih. Kau ini kan tiran, makanya orang-orang takut."

Sebelum Shogun memprotes perkataan (Name), gadis itu terlebih dahulu menyela dengan menunjuk satu tempat yang sangat ramai. "Shh, diam Shogun. Kita sudah sampai."

Terdapat palang yang bertuliskan kolam air panas, dan dari suaranya juga terdengar bahwa di dalam sana sangat ramai. Tempatnya di pinggiran kota Inazuma, yang masih banyak pepohonan dan tanaman. Dari luar saja, (Name) sudah dapat menilai tempatnya cukup bagus.

(Name) menghampiri sang penjaga, kemudian ia bertanya, "Paman. Kalau kami mau masuk, masih muat tidak?"

"Maaf, nona! Kolam air panas kami sementara sudah pe--" Belum sempat sang penjaga menyelesaikan kalimat, ia terlebih dahulu membulatkan mata kala melihat kedua sosok itu. "No-nona (Name)? Yang Mulia Shogun?!"

"Ah, iya. Kami mau berendam, tapi sementara sudah penuh, ya?" (Name) tersenyum tipis guna tidak membuatnya ketakutan. "Kami bisa menunggu. Kira-kira kapan kami bisa masuk?"

"Tunggu, (Name)." Shogun melangkah maju, kemudian menghalangi tubuh (Name) dengan lengan kirinya. Sepasang netra ungu milik Shogun memandang sang penjaga lekat-lekat. "Kosongkan. Bisa?"

"Eh?" Sang penjaga mengernyit bingung.

"Kosongkan kolamnya. Kami mau masuk." Sekali lagi, Shogun mengulang permintaan--atau lebih tepat disebut perintahnya menurut si penjaga. "Bisa, atau tidak?"

"Bi-bisa, Yang Mulia! Beri saya waktu sekitar sepuluh menit!"

"Tiga menit, bisa?"

"Baik, tiga menit! Mohon ditunggu, Yang Mulia!"

Dengan pontang panting, si penjaga terbirit-birit memasuki area kolamnya. Meski memiliki kolam terpisah untuk laki-laki, sang penjaga juga akan tetap mengusir area kolam laki-laki supaya Shogun dan (Name) tidak merasa terusik.

(Name) bengong ketika melihat tindakan yang diambil Shogun. "Hei, Shogun, yang benar saja! Tindakanmu ini terbilang ilegal, tahu!"

"Aku 'kan cuma meminta tolong dan bertanya bisa atau tidak." Shogun memutar bola matanya dengan malas. "Kalau tadi dia tidak menyanggupi, aku juga tidak akan marah, kok."

"Tatapanmu itu, Shogun!" (Name) memandang Shogun dengan frustrasi. Bisa-bisa, sosok Raiden Shogun akan kembali dikenali sebagai sosok yang kejam dan tak kenal ampun, padahal kakaknya sudah susah payah memperbaiki citranya di depan para warga. "Tatapanmu seolah akan membunuhnya dengan musou no hitotachi jika menolak!"

"Kau terlalu berlebihan. Aku benar-benar biasa saja, kok."

(Name) menepuk keningnya dengan putus asa. Memang susah betul bicara dengan boneka, rasanya seperti bicara dengan tembok saja--begitu keras kepala dan membuat emosi.

Bahkan waktu belum berjalan dua menit, sudah ada banyak orang yang berhamburan keluar dari area kolam pemandian. Tak sedikit yang memberi salam hormat pada mereka berdua. Lalu di paling belakang, ada si penjaga yang kemudian menghampiri mereka berdua. "Yang Mulia Shogun, kolamnya sudah kami kosongkan. Anda sudah boleh memasukinya."

"Oh, cepat sekali. Terima kasih." Shogun menganggukkan kepala kemudian mengeluarkan dompetnya. "Kami harus bayar berapa?"

Si penjaga kolam menggeleng-gelengkan kepala dengan panik. "Tidak perlu, Yang Mulia! Silakan, langsung masuk saja!"

"Kami diberi waktu berapa lama?"

"Sepuasnya! Silakan nikmati kolam air panas kami sepuas Anda, Yang Mulia!"

"Sungguh baik sekali kau. Terima kasih."

(Name) merasa tidak enak. Sejujurnya, ia hendak membayar, tetapi Shogun menyeretnya paksa untuk segera masuk ke area kolam air panas. Ingatkan (Name) untuk membayarnya setelah ia pulang nanti.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro