Ep.36 - Kembang Api
‘Berpijar indah dan menghilang, itulah kau.’
HOTEL DELUSION
Minggu, 28-06-2020
.
.
.
HAPPY READING
Don't forget vote and comment
.
.
.
Kembang api meletus sedemikian rupa dan cahaya yang berwarna-warni mulai menghiasi langit malam. Di tempatnya Sejeong tersentak oleh suara yang dihasilkan dari efek kembang api, namun ia masih tertunduk, hanya melihat sepasang sepatu di hadapannya sambil terisak. Segurat senyum perlahan terbit di wajah Sehun. Diraihnya tangan bergetar itu dan digenggamnya.
“Jangan sentuh…” Sejeong menarik lepas tangannya, enggan melihat lanjutan masa lalu Sehun.
“Tidak ingin lihat kembang apinya.” kata Sehun memutar tubuh Sejeong sehingga membelakanginya, agar wanita itu dapat melihat pertunjukan kembang api.
Seketika itu juga Sejeong dibuat kagum, mata berairnya disilaukan dengan kemerlip indahnya malam. “WOAH, kembang apinya besar sekali.”
Sesaat Sehun larut dari memandangi punggung Sejeong, berlatarkan percikan bunga api yang berpijar, mirip seperti bunga dandelion. Letupan besar membawa cahaya lebih terang, berkilau dan gemerlap dengan gradasi warna lebih beragam. Mungkin ini kesempatan terbaik untuk Sehun menyelesaikan cerita masa lalunya.
Maka ia berdiri di samping Sejeong, berharap hak istimewa pengantin delusi dicabut karena tidak ada lagi yang perlu diketahui dari ingatannya.
“Maafkan aku Kim Sejeong.” kata Sehun, sepintas Sejeong mengerling ke arahnya.
“Ini sangat indah kenapa harus minta maᅳaf,” Tiba-tiba Sejeong merasa tangannya dipegang, “Sudah aku bilang jangan sentuh! Aku tidak mau tahu, Sehun-sshi…”
Sejeong memejamkan matanya, berhenti mengelak dan membiarkan ingatan Sehun memasuki pikirannya bagai potongan film laga bertema kolosal. “Kau membunuh Putra Mahkota Ui’an.” kata Sejeong perlahan membuka mata, dan ia segera mendapat anggukan kecil sebagai jawaban ‘iya’.
Di atas sana, kembang api meletup dengan meninggalkan jejak luncuran. Sejeong baru saja akan mengaguminya tanpa memperdulikan akhir dari Putra Mahkota Ui’an, yang sama tragisnya seperti Kim Jiyeon. Meninggal ditangan sang pengawal yang tampak kalut, setelah menusuk dua orang yang disayanginya.
Tetapi perpisahan kedua pasangan itu sangat memilukan sehingga membuat netra Sejeong memerah, ia kembali menangis. Putra Mahkota Ui’an berusaha meraih lengan Jiyeon yang terkulai lemah di atas tanah. Jiyeon tersenyum sangat tipis, air bening keluar dari sudut matanya.
Sementara suara bising dari pedang yang beradu saling sahut, bercampur dengan suara letupan kembang api yang semakin meriah dalam pandangan Sejeong. Menghantar kepergian sang pangeran dan wanita yang dicintainya. Sejeong jadi tidak ingin melepaskan tangan Sehun, justru ia menggenggamnya erat. Pria di sebelahnya ini pasti sangat menderita, ditambah harus menyaksikan kematian Hyungwon, tepat di hadapannya, tanpa bisa melakukan apa-apa.
Sehun bertekad untuk menghabisi semua musuhnya. “YI BANGWON!” kemarahannya memuncak, ia mengayunkan pedang ke segala arah mengingat dirinya telah dikepung.
≈ ≈ ≈
“Kau kenapa?” Jiho mengeryit menatap keheranan Seola yang menangis, sungguh tidak seperti dirinya yang biasa ceria sekaligus elegan. “Soul Supernatural yang tidak pernah merasakan sakit, malah menangis seperti itu.” ledek Jiho mulai berkeliling memastikan pertumbuhan pohon delusi.
“Bunga delusi terlalu indah sampai membuatku meneteskan air mata.” kata Seola, ia baru saja mengambil kemampuan pengantin delusi dalam membaca ingatan Sehun melalui sentuhan fisik.
Baginya ratusan kelopak bunga yang berjatuhan, berserakan di tanah terlihat sangat indah namun juga menyedihkan karena mereka nantinya akan layu. Sama seperti perasaan Sejeong yang memudar setelah Sehun berhasil menyelesaikan tugas terakhirnya.
“Jangan-jangan kau sedih akan berpisah dengan Oh Sehun Sajang.” celetuk Jiho asal.
“Bukankah harusnya aku dan kau senang telah mengutusnya pergi.” Seola mengusap air mata di dagu menggunakan punggung tangannya.
“Memangnya Oh Sajang mau ke mana?” sebuah suara yang tidak diketahui asalnya menimpali obrolan mereka.
Seola mengedarkan pandangan ke sekitar taman. “Siapa itu?”
“Peri tumbuhan…” Jiho menyipitkan mata demi melihat makhluk kecil seukuran kupu-kupu tengah terbang di dekat bahu Seola.
≈ ≈ ≈
“Apa?! Seorang peri datang ke hotel dan aku tidak tahu!” ujar Minhyuk agak terkejut dengan berita yang dibawa Hana.
“Itu pasti karena kau sering meninggalkan tempat kerjamu, resepsionis seharusnya berjaga di lobi dan menyapa setiap tamu dengan senyuman.” Tuding Mina mengomentari kinerja rekannya tanpa repot-repot mencari bukti kebenaran dari tuduhannya itu.
“Hei, hei, Kang Mina… kita selalu bekerja bersama, jadi kau juga salah karena telah lalai,” bela Minhyuk tidak mau disalahkan.
“Tidak ada yang menyuruhmu membantu pekerjaanku.”
“Kau bilang tugasmu terlalu banyak, mengeluh betapa lelahnya mengurus pajak, mengatur keuangan dan…”
“Sudah, sudah, hentikan!” Hana menengahi tidak mau melihat perdebatan Mina dan Minhyuk yang dipastikan akan berlangsung lama.
Mina yang memang manusia, harus mampu menyeimbangkan hubungan antara Delusi dan Dunia. Dia diberi gaji dari hasil kerja kerasnya menuntun soul kembali ke raganya. Berbeda dengan Hana yang mengantar soul ke peristirahatan selanjutnya. Pemasukan keuangan Hotel Delusion menjadi stabil setelah peraturan baru dibuat oleh Sehun, dimana beberapa soul yang lebih dari kata mampu harus memberi sejumlah uang sebagai ucapan terima kasih, itu pun kalau mereka ingat pernah berkunjung ke hotel.
Tidak jarang dua sampai tiga konglomerat per-tahunnya yang terbangun dari koma, bermimpi harus mengirimkan uang ke rekening atas nama Hotel Delusion. Mina juga pernah bertemu dengan seorang aktor, idol, hingga makhluk mistis yang menguntungkannya.
“Sekarang di mana perinya?” tanya Mina, siapa tahu peri itu bisa memberikan keuntungan untuknya.
“Dia pasti sangat cantik!” imbuh Minhyuk antusias.
“Ada di taman,” kata Hana dengan gelisah, “Masalahnya musim semi akan segera melanda hotel.”
“Sekarang sudah memasuki musim panas.” ralat Minhyuk bersiap untuk pergi ke taman, ia tidak sabar melihat kecantikan sang peri.
Saat itu akar-akar pohon rambat muncul di dinding. Mina dan Minhyuk kompak mengalihkan pandangan ke arah tumbuhnya pohon belukar. Daun-daun kering bahkan yang masih berwarna hijau segar berserakan di lantai. Tanaman hias dengan berbagai jenis bunga bermekaran di tiap sudut ruangan. Dalam waktu singkat berjejer puluhan pot bunga di anak tangga.
Pertama kalinya Mina melihat pertumbuhan bunga secara langsung. “Dari mana datangnya bunga-bunga ini…” katanya dengan mata berbinar.
“Peri tumbuhan!?” tebak Minhyuk menyadari keadaan hotel yang ditumbuhi berbagai tanaman hias.
“Peri, peri apa katamu?” Mina tidak yakin akan keberadaan peri di delusi.
“Dia seorang peri yang diberi tugas untuk mengurus tumbuhan di dunia. Pantas saja dia lolos dari pengawasanku, sekecil itu mana bisa terlihat.” cerocos Minhyuk.
Pintu utama hotel terbuka. Sejeong yang pertama masuk segera terpekik melihat lobi berubah menjadi seperti taman. Sementara itu wajah si pemilik hotel mengeras, matanya bergulir ke seluruh ruangan.
“Siapa yang berani memindahkan taman ke lobi!? Heuh! Kalian pikir hotel ini tempat berjualan bunga apa!? SINGKIRKAN SEMUANYA SEKARANG JUGA!” pekik Sehun dengan suara semakin keras di akhir kalimat.
“Oh Sajang, kita kedatangan peri tumbuhan, sepertinya ini ulahnya… jadi..”
“Jadi kalian menyuruhku untuk menyelesaikan kekacauannya! Di mana dia sekarang?!” Sehun menyela ucapan Hana dengan tidak sabar.
“Dia berada di taman.” kata Hana bergegas mengikuti atasannya yang tampak kesal.
Sehun bahkan menyingkirkan helaian daun yang hampir mengenai wajahnya. “Dia pikir hotel ini hanya melayaninya!”
“Sehun-sshi…” panggil Sejeong menahan langkah Sehun dengan memegang tangannya.
“Kau tetap di sini.” Sehun berucap tegas yang lalu melepaskan tangan Sejeong.
Sejeong berdecak melihat perangai buruk Sehun, selain pemarah rupanya pria itu juga tidak ramah. “Memangnya siapa peri tumbuhan, sampai dia semarah itu, padahal bunganya sangat indah begini.” komentar Sejeong mengagumi bunga aster di anak tangga pertama.
“Dia seorang peri yang diberi tugas untuk mengurus tumbuhan di dunia.” jelas Minhyuk untuk kedua kalinya.
“Yang benar?! Woah…” kata Sejeong takjub, ia segera meneruskan, “Lalu kenapa dia ada di delusi?”
“Goblin juga pernah berkunjung ke sini.” tambah Mina sambil mengingat tamu kehormatan yang pernah dilayaninya.
Sejeong semakin dibuat takjub. “Maksudmu Goblin yang seperti dobby dalam cerita fantasi Harry Potter, atau yang tampan seperti Gongyoo (Aktor Korea yang memerankan karakter Kim Shin di drama ‘Goblin’)?”
“Bukan keduanya,” sesal Mina.
“Sudah mengobrolnya, lebih baik kita segera memindahkan tanaman ini sebelum Oh Sajang marah lagi.” Minhyuk memberikan pot bunga lily pada Mina, “Cepat panggil yang lain untuk membantu.” lanjutnya memerintah.
“Nde, Sunbae-nim (Ya, Senior).” balas Mina sambil mencebikan bibir.
“Tunggu, tunggu… bukankah tadi aku menyentuh Oh Sehun?”
Minhyuk dan Mina mengangguk hampir bersamaan, Sejeong kembali memasang wajah takjub namun secara berlebihan. “Tidak ada kilasan balik tentang masa lalunya lagi.” lanjut Sejeong mengambil alih pot bunga di tangan Mina, kemudian berputar-putar kesenangan. “Yes, aku bisa leluasa menyentuhnya!”
“Ada apa dengannya…” Mina menatap risih Sejeong.
Jujur saja, Sejeong selama ini berusaha membatasi kontak fisik dengan Sehun. Takut kalau-kalau kepalanya dipenuhi oleh ingatan masa lalu Sehun, dan dia mulai kehilangan suasana hati.
“Biarkan dia dan bawa pot ini.” Minhyuk memberikan pot bunga yang lebih besar, sampai membuat Mina terhuyung.
“YA, Lee Minhyuk… Sunbae-nim,” Daripada melayangkan protes Mina lebih baik menurut saja.
“Kalian mau ke mana, tunggu aku!” Sejeong berlari kecil masih dengan ekspresi kegirangannya. “YES, Touch! (YA, Sentuh)!”
≈ ≈ ≈
Semakin dekat sama kata the end, meski begitu jangan malas buat memberi sekedar vote ya ^^
See you!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro