Ep.3 - Uluran Tangan
‘Sehangat sentuhan tanganmu yang menggenggam hatiku.’
HOTEL DELUSION
Rabu, 12-02-2020
Cameo
_ Park Kahi, CEO Dream Space _
3 tahun lalu, Dream Space Entertainment, Seoul, Delusi.
Kihyun dan Sejeong dibawa ke ruangan CEO (Chief Executive Officer), di mana kini memiliki interior yang lebih minimalis dengan nama Park Kahi tertulis di atas meja, memberitahu siapa pemilik ruangan tersebut. Tak merasa yakin akan tempat yang dikenalnya sebagai gedung Dream Entertainment.
Sejeong mulai kebingungan, terlebih sambutan trainee baru yang ditujukan padanya dan Kihyun, serta segala sesuatu berubah namun tetap meninggalkan kesan sama dengan agensinya.
“Dimana kita sebenarnya?” Kihyun berbisik menanyakan hal yang ingin Sejeong tanyakan juga. “Apa diam-diam CEO Choi menjual agensi beserta para trainee-nya?” tambahnya melirik Kahi yang datang dengan membawa dua cangkir berisi teh panas, yang lalu ditaruh di atas meja sejajar dengan posisi duduk kedua tamunya.
Kahi mempersilahkan mereka untuk meminumnya, dia duduk di sofa tunggal dan berkata, “Pasti kalian bingung kenapa bisa berada di sini,” tebak Kahi tanpa menunggu jawaban ia melanjutkan, “Dream Space masih satu perusahaan dengan Dream Entertainment,”
“Kami baru mendengarnya,” kata Kihyun.
“Tentu saja begitu, karena Dream Space ada untuk kalian.” balas Kahi disertai seulas senyuman yang tampak misterius.
“Untuk kami?” tanya Sejeong secara tidak langsung meminta penjelasan lebih.
“Iya, kalian bisa menjalani pelatihan dan melakukan debut di sini. Aku sudah menyiapkan pembaruan kontrak kalian dengan kami,” ujar Kahi menunjukan dua lembar kertas.
Kihyun dan Sejeong saling bertukar pandang penuh arti.
“Dalam satu bulan ke depan kalian bisa memulai debut sebagai idol bersama trainee lainnya yang terpilih, dengan satu syarat tertulis di dalam kontrak.” Jelasnya mengedikan kepala pada lembar kontrak yang kini berada di tangan masing-masing pemiliknya.
“Benarkah aku bisa segera debut…” ucap tak percaya Kihyun, meneruskan dengan semangat, “Aku setuju, apa pun syaratnya akan aku lakukan!”
Sontak Sejeong menoleh pada Kihyun yang saat itu terlihat sangat antusias. Sejeong tidak yakin dengan syarat yang telah ia baca, mengeryit kaget ketika Kihyun menyetujuinya. Bahkan tanpa berpikir panjang lelaki itu menerima pulpen dari Kahi dan segera menandatangani kontrak dengan tinta berwarna merah.
≈ ≈ ≈
“Kerja bagus Soul Gone, Chan.”
Sejeong menoleh melewati bahu, tersadar akan keberadaan seorang lelaki yang dipanggil Chan berada di belakangnya. Jadi terhisapnya jiwa jahat itu dilakukan oleh Chan, soul yang bertugas untuk melenyapkan jiwa-jiwa jahat. Dia disebut pelenyap jiwa? Sejeong menyangsikan dugaannya.
Lalu siapa pemilik nama ‘Oh Sehun’ yang terucap dari mulut Sejeong ketika ketakutan tengah melandanya dan rasa putus asa mengunci gerak tubuh. Mungkinkah… Sejeong kembali melihat lurus, mengangkat pandangannya.
“Oh Sehun-sshi?”
Lelaki itu mengulurkan tangan, “Iya, ini aku,” jawabnya singkat seraya menggerakan tangan, menuntut Sejeong agar segera meraihnya.
Orang pertama yang Sejeong lihat ketika membuka mata, yang menyatakan bahwa ia adalah pengantinnya itu memang tidak sempat memperkenalkan diri. Tapi anehnya, kenapa Sejeong bisa menyebutkan nama yang bahkan belum pernah ia dengar.
“Bangun atau aku akan meninggalkanmu di sini.”
Suara itu terdengar acuh dan anehnya lagi Sejeong merasa aman sampai-sampai air bening di sudut matanya enggan keluar. Sejeong menjadi lebih sering menerima uluran tangan, mungkinkah Park Kahi ada hubungannya dengan lelaki ini? Pikir Sejeong setelah berdiri dari jatuhnya dengan dibantu Sehun.
“Terima kasih.” Singkat Sejeong mengusap setetes air mata yang tertahan, ia masih terkejut dengan semua yang terjadi, begitu cepat dan terasa nyata.
Haruskah ia mempercayai lelaki bernama Oh Sehun, mengikutinya, kembali ke Hotel Delusion.
“Mana bisa pengantinku berantakan seperti ini.” ucap Sehun mendenguskan napasnya selagi jari-jemarinya merapihkan anak rambut Sejeong, “Terluka pula!” lanjut Sehun meninggikan suara ketika menyadari luka di dahi gadisnya.
Keberadaan Chan hampir terlupakan, kalau saja lelaki itu tidak berkata, “Maaf atas kelalaianku.” Ia susah payah menahan rasa penasarannya akan pengantin delusi.
“Tidak ada yang boleh melukai milikku.” tukas Sehun.
Sejeong terdiam, menyembunyikan air bening yang menggenangi pelupuk matanya. Sekarang ini sulit baginya untuk memahami keadaan, lebih sulit dari membela klien di persidangan, rasanya dia tidak bisa menahan tangisnya lagi. Dia takut, sebenarnya dia sangat takut dengan dunia asing yang disebut delusi ini. Sampai sebuah lengan merengkuh tubuh Sejeong, membuatnya semakin terisak.
“Mianhae (Maafkan aku),” bisik Sehun mempererat pelukannya.
Sehun tidak akan pernah membiarkan Sejeong terluka lagi selama gadis itu berada di delusi, tidak sampai ia menyelesaikan tugasnya. Dia membutuhkan Sejeong untuk mengakhiri masalalu.
≈ ≈ ≈
Bulan tampak menggantikan hiasan langit yang menggelap, begitupun di delusi. Tidak ditemukan lalu lalang di jalan-jalan besar, hening dan begitu tenang. Suara jerit dari para Soul Wicked juga sudah tidak terdengar, perburuan peleyapan jiwa jahat telah dihentikan.
Chan memilih bersantai di bar yang berada di Hotel Delusion. Satu gelas minuman disuguhkan oleh si barista sekaligus bartender bertubuh tinggi kurus dengan bibir tebal, lantas ia mengucapkan terima kasih seraya mengangkat gelas.
“Kali ini minuman apa yang kau buat?” tanya Chan mengeryit memandangi air keruh yang membuatnya tak berselera.
“Buah persik kering dimasukan ke dalam sari pati markisa.” jawab Hyungwon.
Saat itu Minhyuk dan Yuna duduk hampir bersamaan di tiap sisi Chan. Mereka mengeluh akan hari sibuk, menangani banyak tamu yang datang, ditambah sebisa mungkin mengeluarkan manusia tanpa menaruh curiga. Selain itu harus menunduk meminta maaf di depan Sehun yang mengomel. Mereka dan juga Hana dimarahi habis-habisan perihal kaburnya Sejeong, sehingga gadis itu berada dalam bahaya.
Tidak hanya itu, mereka dihukum membersihkan kamar nomor 273 yang dihuni soul pendendam. Menurut Sehun, si resepsionis dan manager hotelnya telah melanggar peraturan hotel yang tidak memperbolehkan keduanya meninggalkan pintu masuk utama hotel di jam kerja.
“Masa bersantai sebentar saja tidak boleh!” sungut Yuna selagi Hyungwon menyiapkan dua gelas minuman, “Aku masih perlu ke toilet dan hari ini aku hanya membantu Minhyuk.”
“Apa jadinya kalau kau tidak membantuku, gomawo (terima kasih) Yuna-ya,” Minhyuk menghela napas berat, menggoyang-goyangkan sepasang kaki yang belum beristirahat selama sepuluh jam terakhir.
Berlangsungnya gerhana matahari serta datangnya pengantin delusi telah memunculkan pekerjaan tambahan bagi para pegawai hotel.
“Dari banyaknya hari kenapa pengantin delusi datang hari ini?” tanya Yuna yang sudah lama ingin menanyakannya ke siapa pun yang mungkin tahu, asal tidak harus bertanya pada Sehun, dia tidak cukup akrab dengan atasannya itu.
Minhyuk menggeleng. Sementara Chan mengangkat bahu sembari melihat ke arah Hyungwon yang baru saja menaruh gelas sejajar dengan Yuna. Pasti lelaki jangkung itu tahu sesuatu, mengingat ia telah mulai bekerja tiga hari sejak hotel didirikan.
Tanpa melihat minuman yang disuguhkan, Yuna segera menyambar gelas, menegak sampai habis, “Kabar baiknya, Oh Sajang mengundur pernikahannya.” ujar Yuna kemudian tersenyum lebar menyita perhatian Chan, apa minuman racikan Hyungwon kali ini berhasil.
“Diundur?” Hyungwon menunjukan rasa ingin tahunya dengan singkat.
“Hmm, dia bilang tidak ingin terburu-buru, terlebih pengantinnya masih dalam keadaan shock.”
“Aneh bukan, sejak kapan Oh Sajang memikirkan perasaan orang lain.” jmbuh Minhyuk dibalas anggukan setuju dari Yuna yang juga keheranan, “Berikan aku satu gelas lagi dengan tambahan buah persik!” lanjut Minhyuk yang juga sudah menghabiskan air keruh yang sempat diragukan rasanya oleh si pelenyap jiwa.
Chan mengangkat gelas, minumannya yang masih utuh, “Apa seenak itu.” Ia hendak menegak sampai sebuah suara mengurungkan niatnya untuk mencicipi minuman tersebut.
“Apa pernikahannya diundur karena mempelai wanitanya terluka?”
Minhyuk dan Yuna mengenali soul bernama Kim SuA yang sebelumnya datang ke hotel.
≈ ≈ ≈
“Aku melihat hantu wanita itu terlempar, apa mungkin dia baik-baik saja?!”
Sehun berhenti mengoleskan salep pada luka di dahi Sejeong, menghela napas kesal. Sudah kesekian kalinya ia mengatakan bahwa hantu wanita yang dikhawatirkan Sejeong tidak terluka parah, dan kenapa pula manusia di hadapannya ini begitu rewel menanyakan keadaan hantu yang beberapa waktu lalu telah menakutinya.
Tidakkah Sejeong mencemaskan dirinya sendiri. Disadari atau tidak, nyatanya kini seorang Oh Sehun sedang memandangi wajah Sejeong. Manusia yang masuk ke dalam kehidupan tenangnya ini terlihat begitu pemberani, meski telah mengalami kejadian mengerikan dan tidak masuk akal bagi seorang manusia biasa.
“Baik di dunia dan di delusi, kau sama-sama merepotkan.” cibir Sehun menempelkan plester, menutupi luka Sejeong yang kemudian menekannya pelan.
“YA, appo (sakit).” Sehun tersenyum miring melihat sepasang hazel itu terarah padanya.
Saat ini mereka sedang duduk berhadapan. Sejeong yang terduduk di tepi ranjang dengan sebal mengayunkan kaki. Sementara Sehun menikmati setiap ekspresi gadis itu di sofa bundar yang tanpa sandaran.
Kilasan balik ketika Sehun mengawasi Sejeong berkelebat dalam ingatannya. Dimana waktu itu, di hari turunnya hujan, Sejeong nyaris tertabrak mobil dan dengan cepat Sehun menyelamatkannya. Kecerobohan pengantin delusi tidak sampai situ saja. Sehun sampai harus menolong Sejeong yang tenggelam di Sungai Han, hanya demi mengambil berkas persidangan yang terkena angin sehingga berjatuhan ke sungai.
“Kau jangan loncat ke sungai lagi!” celetuk Sehun berdecak.
“Kenapa kau bisa tahu?” tentu saja Sejeong mengingat kejadian musim dingin tahun lalu, saat itu juga ia merasa bahwa inilah akhirnya, dia akan mati kedinginan di dalam air yang membeku, “Jangan bilang kau yang menyelamatkanku?” lanjut Sejeong dengan mulut ternganga.
Karena Sehun tidak menjawab, gadis itu menambahkan, “Selama ini aku merasa ada yang mengikutiku dan ternyata itu, KAU!” ia menunjuk Sehun yang sontak menarik mundur tubuh bagian atasnya, menyingkirkan jari telunjuk Sejeong.
Ada banyak kalimat pertanyaan dalam pikiran Sejeong, seolah bergentayangan meminta jawaban. Masih belum bisa dipercaya oleh otak kecil Sejeong, alasan mengapa bisa ia masuk ke dimensi lain yang persis sama seperti dunia, namun bedanya tempat ini lebih kelam dengan aura dingin mencekam karena dihuni jiwa-jiwa manusia.
Satu hal yang telah menyita pikiran Sejeong, dari banyaknya manusia kenapa harus dirinya, yang memasuki delusi dan terikat kontrak perjanjian kerja bersama Dream Space. Benarkah sesuatu paling berharga baginya adalah sebuah impian? Lalu kenapa ia harus berurusan dengan laki-laki pemilik hotel.
“Oh Sehun, sebenarnya kau itu siapa?”
Sehun terdiam, tidak langsung menjawab, ia malah memposisikan tubuhnya condong ke depan. Entah mengapa Sejeong menahan napas, dalam waktu sesingkat itu Sehun mampu mempengaruhi detak jantungnya.
“Aku calon suamimu.” balas Sehun pendek.
Sejeong mengerjapkan mata. “Suami, jangan bercanda kita baru bertemu, lagi pula aku sudah bertunangan!" ucap Sejeong meninggikan suaranya sebagai penegasan, lalu menambahkan dengan hati-hati,
"Orangtuaku pasti tidak akan menyetujuinya dan kau bilang apa… menikah, jelaskan padaku kenapa aku bisa menjadi pengantin delusi?”
“Orangtuamu telah memberi restu,” Sehun berdiri dari duduknya, mengharuskan Sejeong menengadah mengakui betapa tingginya laki-laki berparas tampan itu, “Kalau kau tidak percaya, ikutlah denganku.”
Tangan itu terulur lagi, bergerak mengisyaratkan sebuah ajakan. Seakan terkena mantra tertentu, Sejeong kembali meraih uluran tangan yang menghangat setelah saling menggenggam. Tubuhnya ditarik untuk berjalan menuju sebuah cermin yang lebih tinggi darinya, terletak di sudut kamar, tampak seperti miliknya.
Sebelah badan Sehun sudah masuk ke dalam cermin. Secara alami Sejeong mematung dengan bola mata membulat, hal mengejutkan apa lagi yang akan ia temui nanti. Tiba-tiba tubuhnya terhenyak sesaat setelah Sehun menarik tautan tangan mereka, dalam sekejap ruangan menjadi kosong.
≈ ≈ ≈
THANKS FOR READING
DON’T FORGET VOTE AND COMMENT
Silahkan putar video Hotel Delusion, original soundtrack part.1 full version di bawah ini ya!
NB:
Update terakhir di bulan februari, ketemu lagi di tanggal 1 maret 2020.
Selama nunggu Hotel Delusion episode 4, kalian bisa baca cerita aku yang lain dengan cast Sehun-Sejeong, judulnya 'WINDY DAY'
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro