Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.26 - Berkencan (I)


‘Selalu ada awal dan akhir dari sebuah kebersamaan.’


HOTEL DELUSION
Minggu, 07-06-2020
.
.
.
_ Cameo _
D.O (EXO)

Satu tahun sudah Kim Jiyeon menyandang gelar sebagai Putri Mahkota Yeon. Ia semakin akrab dengan Putra Mahkota Ui’an. Hampir sebagian harinya dihabiskan untuk bermain bersama laki-laki tersebut, tentu saja Sehun dan Hyungwon ikut berada di sekitar mereka. Menjaga dua tokoh yang kelak memimpin Negara dari segala macam ancaman.

Seperti hari ini, mereka tengah berburu dengan iring-iringan beberapa pengawal serta pelayan. Putra Mahkota Ui’an menaiki kuda, seperkian detik kemudian melepas anak panah dari busurnya. Semua pelayan berlarian, memastikan ke mana arah panah itu berakhir yang lalu salah satunya berseru,

Seja Jeoha berhasil mengenai sasaran!”

Jiyeon yang sedari tadi mengekor di belakang bersama kuda putihnya, dengan cekatan memasang anak panah, ia baru saja melihat rusa lain lewat dalam penglihatannya. Tak lama dua kuda hitam menghentikan gerak kaki, ketika si penunggang memberi aba-aba untuk berhenti tepat di tiap sisi kuda yang ditunggangi Jiyeon. Panah melesat cepat, mengenai pangkal kaki rusa.

“Kau memang mahir berburu.” komentar Hyungwon sambil memasang senyum gusi.

“Siapa yang dulu mengajariku memanah.” Jiyeon menoleh ke sebelah kanannya, sedang Hyungwon mulai mendecih ketika Jiyeon tertawa lebar pada sang guru. “Aku hebat, kan.” lanjutnya dengan suara penuh tekanan.

"Iya, kau hebat." kata Sehun, ia juga ikut menarik sudut-sudut bibirnya, membuat guratan senyum, yang mendapat perhatian dari Putra Mahkota Ui’an.

Keturunan raja itu melihat tak suka sang pengawal yang terlampau akrab dengan calon istrinya. Dia tidak bodoh, pengawalnya itu masih menyukai Jiyeon.

“Apa aku pecat saja dia.” gumam Putra Mahkota Ui’an untuk kesekian kalinya dalam setahun terakhir.

≈ ≈ ≈


“Kau ingin aku mengajarimu memanah?”

Sejeong menempelkan kedua telapak tangan penuh harap. Dia juga ingin diajari olahraga panahan, dan pasti akan semahir Jiyeon. “Bukankah kau bilang akan menuruti keinginanku.” kata Sejeong mengingat dengan jelas perkataan Sehun kemarin sore.

“Lagi pula aku termasuk orang yang mudah belajar kok.” Ia kembali meyakinkan Sehun.

“Tidak masalah, kebetulan aku juga pengajar terbaik.” sahut Sehun sembari mengangkat dan menengadahkan telapak tangan, memberi isyarat keluar portal berupa sebuah cermin di sudut ruangan.

Dengan cepat Sejeong menggenggam tangan Sehun. Tidak sabar menantikan pengalaman baru yang belum pernah terpikir untuk dilakukannya dikencan pertama. Ia melangkah ringan, menembus cermin yang lebih dulu dimasuki Sehun.

Setelah keluar dari cermin di sisi toko serba ada, Sehun segera membawa Sejeong ke deretan minuman botol. Mengambil dua botol secara acak dan tak lupa membayar. Si kasir terheran-heran, seingatnya tidak ada pengunjung yang memasuki toko, apa dia tidak menyadarinya karena asyik dengan membaca buku.

Sejeong menangkap raut wajah keheranan laki-laki muda di depannya, menebak kalau pekerja paruh waktu itu seusia Kim Taehyung. Melirik name tag yang tersemat di rompi kerjanya.

“Do Kyungsoo haksaeng (pelajar), pasti kau sibuk belajar untuk ujian akhir sekolah, eungwonhada (aku mendukungmu).” kata Sejeong mengalihkan perhatian si kasir mengenai kehadirannya yang tiba-tiba.

Gamsahamnida (Terima kasih).” ucap Kyungsoo sedikit terkekeh ia membenarkan letak kacamatanya.

Sehun tidak mau Sejeong terlibat percakapan terlalu lama dengan orang asing, laki-laki pula. “Cepat ambil uangnya.” desak Sehun melihat selembar uang yang sesaat lalu diletakannya masih teronggok di atas counter chasier.

“Kembaliannya tuan!” Kyungsoo berseru ketika dua orang itu berlalu pergi, ia kembali terkekeh, “Apa aku terlihat begitu muda, sehingga dianggap anak sekolah.”

≈ ≈ ≈

Undakan tanah berbentuk persegi panjang berjejer rapih di atas bukit. Eunwoo masih tidak tahu siapa yang akan ditemui Bona. Setahunya, tidak ada satu pun anggota keluarga Bona yang dikuburkan di pemakaman tersebut.

Sampai pandangannya membaca tulisan di batu nisan. “Jeon Wonwoo.” Eunwoo juga merasa asing dengan namanya.

“Dia fansku, lucu bukan, bahkan aku belum pernah debut.” kata Bona tersenyum miris.

Hari-hari dimana ia masih menjadi seorang pelatihan di agensi berkelebat dalam ingatannya. Menghampiri mimpi dalam tidur, sehingga menumbuhkan keinginan untuk menjenguk tempat peristirahatan terakhir orang yang telah mendukungnya baik ketika semua tampak berjalan lancar maupun berlalu dengan meninggalkan kesulitan.

“Memberiku sebotol minuman saat tak sengaja berpapasan di depan gedung agensi, memberi handuk bermotif hati untuk mengelap keringatku dan sebuah ikat rambut. Banyak hal-hal kecil lainnya yang tidak aku ketahui tentangnya.” ujar Bona yang sempat mengira Wonwoo sebagai peserta pelatihan di agensinya.

Eunwoo ikut berjongkok ketika dilihatnya Bona menaruh sebuket bunga di atas rumput hijau yang tumbuh menyelimuti undakan tanah tersebut.  “Sepertinya dia lebih pengertian dariku, sayang sekali aku tidak bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih karena telah membantuku menjagamu.”

≈ ≈ ≈

Sepasang mata cerah Sejeong bergulir, melihat lalu lalang orang-orang tak jauh dari toko serba ada yang baru saja menghantarkannya ke tempat yang entah disebut apa. Memiliki beberapa gedung, salah satunya bertingkat lima dengan nuansa alam yang hijau.

“Kita berada di mana?” kata Sejeong tak yakin pernah mengunjungi tempat seperti ini di dunia.

Sehun membuka tutup botol, “Kau pasti akan terkejut, jadi minum dulu airnya.” katanya tak langsung menjawab, disambut gerak tergesa Sejeong menegak minuman rasa jeruk dan kembali meminta jawaban atas pertanyaannya. “Lets Run Park,” lanjut Sehun mengambil botol di tangan Sejeong yang tak bergeming.

“Iya yang kau pikirkan benar.” Angguk Sehun berjalan sembari membanggakan dirinya.

“Pulau Jeju! Kita berada di Pulau Jeju!” pekik Sejeong melompat-lompat kegirangan, setengah berlari menyusul Sehun. “Mungkinkah cermin delusi sama dengan pintu ke mana saja milik doraemon, aku sangat ingin ke luar negeri. Kau bisa membawaku ke Australia, kan?”

Arena pacuan kuda telah menjadi daya tarik unik di Pulau Jeju. Dibuka pada tanggal 28 oktober 1990, sejak saat itu pula Sehun sering mengunjungi kuda-kuda asli Pulau Jeju yang diberi nama Jejuma, merupakan simbol Pulau Jeju. Satu-satunya permainan balapan kuda di dunia yang menggunakan kuda poni asli Pulau Jeju ini telah menarik minat Sehun.

Melepas rindu masa lalunya yang sering kali menunggang kuda demi mengawal kemana pun Putra Mahkota Ui’an pergi. “Lihat di sana, ada lapangan panahan.” Sehun menunjuk sepetak tanah dengan lima Target Archery (Arah target yang bentuknya lingkaran) diletakan sejajar.

“Ayo, kita mulai memanah!”

Melihat Sejeong yang begitu semangat, Sehun hanya bisa tersenyum dan mengangguk.

≈ ≈ ≈

Sehun dan Sejeong sudah siap dengan perlengkapan alat panahan. Berdiri sekitar 7 meter di depan Target Archery. Seperti intruksi Sejeong melemaskan otot-otot bahunya, dan melakukan sedikit peregangan. Sementara di sebelahnya Sehun sudah mengambil posisi untuk melepaskan anak panah pertama yang beberapa saat lalu diambilnya di Ground Quiver (Tempat menaruh anak panah yang diletakan di tanah).

“Perhatikan baik-baik.” kata Sehun, menarik tali busur sampai menyentuh bagian dagu, bibir dan hidung.

Saat itu juga Sejeong terkesima, membayangkan betapa kerennya Sehun saat bertugas sebagai pengawal.

Dalam hitungan detik, anak panah melesat menuju Target Face, menancap pada lingkaran bagian warna kuning terkecil bertuliskan angka terbesar dalam raihan nilai. Sontak Sejeong bersorak sambil bertepuk tangan takjub. Dia juga ingin mendapatkan nilai 10.

“Sekarang giliranmu, kemarilah.” Sehun memandu cara berdiri Sejeong di shooting line (garis menembak), satu kaki berada di depan garis dan satunya lagi di belakang garis. “Pandangan lurus ke depan, pastikan posisi badan selalu seimbang, angkat sedikit dagumu,” ia menerangkan seraya menyentuh dagu Sejeong sesuai arahannya.

Sehun berdiri semakin ke samping belakang Sejeong. “Tarik tali busurnya ke bawah secara perlahan.” ujar Sehun langsung dituruti Sejeong yang mengangguk selagi memicingkan mata, melihat sekiranya mana arah target yang tepat.

Krieet~ tali busur merenggang, anak panah dilepas. Sejeong dengan antusias melihat perolehannya dan mendapati panah tertinggal di lingkaran warna merah.

“Delapan! Bukankah aku cukup hebat!” seru Sejeong bersamaan dengan menoleh pada laki-laki yang telah mengajarinya. “Bantu aku untuk mendapatkan sepuluh.”

Tanpa sadar Sejeong bertingkah imut, mengulum bibir sampai pipinya menggelembung. Sehun jadi dibuat gugup, bergeser tatkala merubah posisi Sejeong agar kembali memandang lurus ke Target Archery. Ia tepat berada di belakang Sejeong, kembali memberi arahan dan tips dalam menarik tali busur.

“Pada waktu menarik jangan dibantu dengan badan, tetapi gunakan otot-otot belakang bahu untuk menarik, jangan biarkan kepalamu mendekati tali, kau bisa terluka.”

Sejeong dengan yakin melepas anak panah, yang lalu pandangannya mendapati seorang laki-laki berjalan maju dengan anak panah menancap di dadanya, ada darah di tubuh ringkih itu. “AAKKKH!” ia menjerit menjatuhkan busur, matanya membelalak ketakutan.

“Bagaimana ini, panahku mengenai seseorang.” ucap Sejeong panik, napasnya tersengal saking kagetnya.

Sehun menutup pandangan Sejeong menggunakan tangannya, wanitanya tidak boleh melihat sesuatu yang mengerikan. “Gwaenchana.” Netra bening Sehun berubah tajam setelah mengucapkan kata menenangkan, ia menatap nyalang sosok laki-laki berlumur darah itu.

≈ ≈ ≈

NOTE:
Target Face = Benda yang terbuat dari kertas atau karton yang berfungi sebagai target.
.
.
.

THANKS FOR READING

D.O muncul bentar di Hotel Delusion, siapa yang kemarin minta dia jadi cameo? Udah aku undang dia ya hehe

NB: Sebenernya aku udah siapin beberapa foto seperti biasanya, cuma dari kemarin susah banget buat upload :'

Alesta Cho

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro