Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.25 - Ingin


‘Saat menginginkan lebih, maka kau akan menanggung akibatnya.’

HOTEL DELUSION
Sabtu, 06-06-2020
.
.
.

Dahi Sehun mengeryit. Netra teduh yang sedang ditatapnya berkedip, menyisakan perih yang entah datang dari mana. Saat itu juga keheningan tercipta, hanya angin yang berhembus sehingga menggerakan ranting-ranting, menimbulkan gesekan antar daun. Akibatnya beberapa helai daun gugur, tertiup angin dan jatuh di atas tanah.

“Kau akan pergi ke mana?!” Sejeong mengulang pertanyaannya tapi kini dengan suara menuntut.

“Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?“ Bukannya menjawab Sehun malah balik bertanya.

Suasana hati Sejeong seketika mendung, ada apa dengannya… mendengar kata ‘pergi’ saja ia sudah sesedih ini. Menyadari bahwa rasa suka itu berlanjut menjadi cinta dan mengetahui cintanya tidak akan berakhir baik. Karena suatu saat, cepat atau lambat, pria di hadapannya ini bisa saja pergi tanpa meninggalkan jejak.

“Hanya merasa kalau kau akan mengunjungi dunia lagi tanpa memberitahuku. Jadi aku bertanya lebih dulu, siapa tahu kau ingin pergi berbelanja ke mall, makan makanan enak di restoran jepang atau bermain wahana di taman hiburan, maka ketika itu kau harus mengajakku.” dalih Sejeong panjang lebar, sontak ia beringsut mundur saat tangan Sehun terangkat, mengusap pelan kepalanya.

“Itu lebih terdengar seperti daftar keinginanmu. Bagaimana kalau besok kita melakukannya.” tawar Sehun sambil memasang senyum tipisnya yang terlihat jelas oleh Sejeong.

“Sepertinya aku mulai mencintaimu.” Pengakuan Sejeong untuk kedua kalinya di depan pohon delusi, memekarkan lebih banyak bunga.

Sehun berhenti mengusap kepala Sejeong. Jantungnya berdetak, ini bahkan bukan di dunia, apalagi di Jembatan Gwanggyo seperti pertama kali ia memastikan perasaannya. Apakah ia baru saja membuat delusi untuk dirinya sendiri?

≈ ≈ ≈


Soul Painful, Jiho, merangkai bunga di sebuah vas bening yang terisi setengah air. Di sebelahnya ada si pelenyap jiwa, dengan enggan menuruti Jiho untuk mengambilkan bunga lain yang masih berserakan di atas meja. Tugasnya sebagai jiwa pemberi rasa sakit tak ayal membuat Chan bergidik menyaksikan perubahan ekspresi yang dinilai menyeramkan.

Suatu waktu dapat tersenyum dalam banyak artian, seperti menyindir, mengejek, meremehkan bahkan berubah menjadi tawa melengking.

“Ada kabar baik ya?” tebak Chan dilihatnya senyum kalem Jiho yang jarang terlihat.

“Kabar baik apa?” seseorang yang muncul secara tiba-tiba menimpali lalu berkata, “Pasti mengenai Oh Sajang.”

Jiho mengiyakan sambil memotong tangkai bunga mawar berwarna pink, dan berkata dengan bangga, “Seola ramuan cintamu sangat manjur, mereka saling mengakui perasaan sampai bunga delusi mekar setengahnya, padahal belum memasuki pertengahan musim semi.” kata Jiho menaruh bunga mawar di tengah berbagai macam bunga yang lebih dulu disusun rapih dalam vas.

“Aku tidak memberikan ramuan apa pun.” Seola menggeleng.

“Mereka jatuh cinta sungguhan?! Bukan delusi yang kau buat?” tanya Chan. Setahunya para soul supernatural diizinkan untuk mempengaruhi psikosis manusia.

Sering disebut gangguan mental serius oleh manusia. Namun berbeda bagi soul di delusi, mereka seringkali memiliki pengalaman yang jauh dari kenyataan, singkatnya memang tidak nyata seperti dunia. Mereka hanya menyakini apa yang ingin diyakini. Sejeong telah masuk dalam lingkup ketidaksinambungan antara pemikiran, imajinasi, dan emosi, dengan realitas yang sebenarnya.

“Hm, terjadi di luar kendaliku. Asal kalian tahu, Sehun memintaku mengirim delusi melalui mimpi seorang manusia, dia wanita cantik dan baik hati yang mirip sekali dengan cinta pertamanya.” ujar Seola melirik Jiho yang masih anteng merangkai bunga, seolah bertanya apa itu ulah rekannya.

Jiho mengangkat bahu. “Apa menurutmu aku bisa melakukannya."

"Iya, mana bisa kau mereinkarnasi, kan." imbuh Seola.

≈ ≈ ≈

Seharusnya Sehun menahan diri, mengingat peringatan yang pernah dilontarkan supaya Sejeong hanya menyukainya, tidak lebih. Namun perasaan ini terasa nyata, melebihi luka yang ratusan tahun menghujam jantungnya sampai-sampai mati rasa.

“Jika kau terus bersikap manis padaku, perasaanku akan semakin berkembang, bunganya pun mekar lebih banyak. Lalu setelah itu apa? Kau pergi… kau akan pergi, kan,” kata Sejeong berpaling ke arah pohon delusi, mungkin merajuk.

“Setelah itu musim semi di delusi berlalu, satu per satu kelopak bunga berjatuhan, daun-daun berguguran, tak lama rantingnya mengering.” jelas Sehun menyentuh kedua belah pundak Sejeong, mengubah posisi gadis itu agar kembali berhadapan dengannya. “Meski begitu kau masih tetap mencintaiku?”

Sejeong mendongak, matanya telah berair. “Nde, saranghae (Ya, aku mencintaimu).” jawab Sejeong dengan suara tenang yang menenangkan, ia segera meneruskan, “Sebelum pohon delusi mengering, sebelum kau pergi meninggalkanku, aku ingin mencintaimu.”

Sebuah batasan yang dibuat tak bertahan lama, dengan mudah mengikis jarak di antara dua insan. Sehun membiarkan sepinya luruh, membawa Sejeong dalam dekap ternyaman yang dibaluti keegoisan. Aku akan pergi setelah pohonnya mengering. Sehun membatin tatkala menyelipkan helaian rambut Sejeong ke belakang telinga, memegang tengkuk gadis itu dan bibir mereka bertemu.

Sekali lagi Sehun berucap dalam hati. Ketika waktunya tiba aku ingin kau menarik pedang yang tertancap di pohon delusi.

Air bening mengalir dari sudut mata Sejeong. Cintanya berbalas dan baru saja dimulai, namun mengapa terasa seperti salam perpisahan. Dia sudah tahu risiko mencintai seorang Oh Sehun, bahkan detik ini pun berani menanggung akibatnya.

Ciuman kali ini, bukan lagi tentang memastikan perasaan, justru pernyatan hati masing-masing. Saling mengulum, hingga mengecap rasa manis yang sedikit basah karena air mata. Seketika membangunkan kembali suasana hati yang sempat menguap. Mereka mengakhirinya dengan decapan yang kian menggetarkan hati. Sama-sama mengukir senyum lebar.

Oneulbuteo 1il (Ini hari pertama kita jadian).” ujar Sejeong yang lalu mengecup singkat bibir Sehun dengan wajah tersipu.

Nyatanya Sehun memang belum pernah menjalin hubungan dengan siapa pun. Dia semakin dibuat gemas saja, saat kedua tangan Sejeong melingkar di pinggangnya dan kemudian ujung hidung mereka bersentuhan. Sehun juga mencium kening Sejeong.

Terserahlah bagaimana nanti, Sejeong terlalu senang untuk memikirkan apa yang terjadi pada hubungan beda dunianya. Sekarang ia hanya ingin membuat kenangan indah bersama Sehun, sebanyak yang ia mampu dan sebanyak waktu yang diberi.

“Berjanjilah jangan pernah ucapkan selamat tinggal. Lakukan salam perpisahan persis sama seperti saat ini.” kata Sejeong.

Sehun mengangguk sembari balas melingkarkan tangan di pinggang Sejeong. Jika perasaan ini sebuah delusi, jika ternyata cintanya palsu… dia hanya harus mempercayai apa yang ingin dipercayainya. Sebentar saja Sehun ingin merasakan kebahagiaan walau sebagai gantinya, ia harus mengakhiri kehidupan abadinya.

“Besok mari kita berkencan.” kata Sehun dibalas anggukan antusias dari Sejeong. “Melakukan semua daftar keinginanmu.” lanjutnya merapihkan helaian rambut Sejeong yang sama sekali tidak berantakan.

“Tapi daftar keinginanku lebih banyak dari yang aku sebutkan tadi.” tukas Sejeong, matanya berkilat-kilat penuh semangat.

“Kita lakukan semuanya.”

“Sehari tidak akan cukup!”

“Tidak apa-apa, besoknya dan besoknya lagi kita bisa melanjutkannya.”

“Benar ya, kau harus menuruti semua keinginanku.”

Sehun mencubit gemas hidung Sejeong. Ada perasaan lega sepintas di hatinya. “Iya, iya.” katanya dengan lembut.

≈ ≈ ≈

THANK FOR READING
Don't forget vote, comment and share
.
.
.

SUDAH LIHAT VIDEO TERBARU HOTEL DELUSION
Mengandung spoiler episode-episode selanjutnya loh!

NB: Di cerita ini ada pasangan yang terlintas di benak kalian ga sih, selain Sehun-Sejeong?

Alesta Cho

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro