Ep.24 - Harus
‘Haruskah pertemuan diikuti perpisahan.’
HOTEL DELUSION
Senin, 01-06-2020
.
.
.
_CAMEO_
Wonwoo (Seventeen)
“JEON WONWOO, dia sepertinya mengalami kecelakaan saat pulang sekolah, atau mungkin terjatuh dari gedung sekolahnya…”
Sejeong terus berasumsi selagi diam-diam membuntuti soul yang satu jam lalu telah membuat keributan di restoran Bona. Insting-nya sebagai pengacara memang sudah berlebihan sehingga mengganggu si pendengar yang setia menemani langkah pelan sampai terburu-buru, bahkan sesekali menyembunyikan diri di balik pohon. Sementara soul yang diketahui namanya dari name tag yang tersemat di seragam berwarna abu-abu itu memasang tampang lesu.
“Menurutku dia tidak jahat, tapi sebaliknya, dia sangat menyukai Bona.” tebak Sejeong.
“Berhenti mengoceh, sebaiknya kita pulang saja.” Sehun menimpali sambil lalu berbelok ke gang sempit.
“Mengoceh, aku.” Sejeong menggerutu dalam seperkian detik ia kembali menelisik, menatap punggung Wonwoo yang semakin menjauh. “Rasanya aku pernah melihat seragam itu.” ia mengingat tatkala menyusul Sehun dan melanjutkan dengan sumringah, “Klub magic, masih ingat mereka, seragam sekolah yang dikenakan soul itu persis sama dengan mereka.”
“Jangan berurusan dengan orang yang sudah mati, mereka berbahaya.” kata Sehun sembari memelankan langkahnya, menunggu Sejeong yang masih mengekor di belakang.
“Lalu kau sendiri, apa tidak berbahaya bagiku.” gumam Sejeong dengan sangat pelan.
Setelah wanita itu berhasil menyamakan langkahnya, Sehun kembali berucap, “Kau lihat sendirikan, bagaimana Bona kehilangan kesadaran setelah energinya diserap oleh soul yang tampaknya sudah begitu lama menempelinya.”
“Kalau begitu kita harus segera menyingkirkannya.” kata Sejeong.
Kata ‘kita’ menyita perhatian Sehun. Pengantinnya itu memang suka sekali ikut campur urusan orang lain. “Biar aku saja yang mengurusnya.”
“Tidak, aku ingin ikut.”
Sehun mendesah, pura-pura pasrah. “Aku larang pun, kau tetap ingin ikut, kan.”
“Nde,” sahut Sejeong tanpa ragu.
≈ ≈ ≈
Hari sudah hampir gelap saat Hyungwon kembali ke hotel. Minhyuk dengan raut wajah kesalnya menggerutu, memberitahu bahwa selama si barista itu pergi banyak pengunjung yang meminta dibuatkan kopi. Tidak hanya itu, Hana kewalahan karena harus melayani rombongan mahasiswa yang akan mengadakan pesta lanjutan dari keberhasilan festival tahunan universitas mereka.
Mina keheranan, mengaku tidak pernah mendengar ada acara semacam itu. Ia sampai mengantuk mendengarkan cerita pasangan suami istri yang mengaku datang dari masa depan.
“Mereka bilang datang dari tahun 2020, dan itu tidak salah. Di dunia memang telah memasuki pertengahan tahun 2020.” ujar Mina memperhatikan gerak-gerik Hyungwon yang sedang bersiap di balik counter bar.
“Kau habis dari mana saja?” tanya Minhyuk melepas apron.
“Hanya makan siang di sebuah restoran.” Hyungwon tidak berbohong, dia juga memberitahu bahwa Sehun bersamanya.
“Kau tidak apa-apa, kan,” sambung Hana melihat kondisi baik-baik saja Hyungwon setelah membawa pengantin delusi ke dunia tanpa seizin Sehun. “Oh Sajang tidak memarahimu?”
Hyungwon mengedarkan pandangan tak paham dengan maksud pertanyaan Hana.
“Aku tidak sengaja melihatmu memasuki cermin menuju dunia, bersama Sejeong. Setahuku hanya Oh Sajang yang dapat membawa Sejeong keluar masuk portal.” terang Minhyuk menunjukan ketertarikan akan jawaban apa yang nantinya dilontarkan Hyungwon.
Sayangnya Minhyuk, Mina dan Hana harus menelan kekecewaan saat dengan santainya Hyungwon berkata, “Aku juga tidak tahu kenapa itu bisa terjadi.”
≈ ≈ ≈
Tidak ada yang aneh semuanya nampak normal. Begitulah yang Sejeong lihat di delusi, namun ia baru tahu kalau tidak ada tahun tertentu seperti di dunia yang menurut kalender nasional telah memasuki awal bulan juni 2020. Pantas beberapa soul membicarakan kejadian berbeda pada masanya.
Minhyuk paling heboh ketika membicarakan perang antar Korea. Membual bahwa dirinya telah membunuh hampir seratus tentara Korea Utara. Sejeong jadi ingin tahu kehidupan macam apa yang telah dilalui Minhyuk, sehingga merenggut nyawa lelaki itu di usia muda.
“Pengetahuan sejarahku kurang banyak, jadi bisa kau ceritakan apa yang terjadi 70 tahun silam saat Korea Utara mulai menyerang Korea Selatan.” pinta Sejeong.
Belum sempat Minhyuk membuka mulut, Mina menyela lebih dulu. “Sejeong Eonni, Oh Sajang mencarimu.”
“Jadi sekarang aku harus menemuinya,” kata Sejeong merasa waktunya tidak tepat, dia baru saja akan mendengar cerita masa lalu Minhyuk.
“Nde, dia menunggumu di taman. Sebelumnya dia telah berbicara cukup serius dengan soul bernama Jeon, Jeon…”
“Jeon Wonwoo!?” sela Sejeong.
“Benar, pelajar SMA itu baru saja pergi dengan diantar Shin Gwajang ke Hotel Del Luna.”
“Dia bertemu dengan Wonwoo tapi tidak bilang padaku.” Sejeong bergegas pergi menemui Sehun, sepertinya ia siap melontarkan protes.
Minhyuk tahu benar kalau atasannya itu selalu berhasil membujuk soul keras kepala yang masih betah berkeliaran di dunia, untuk segera pergi tanpa harus mengabulkan keinginan sang soul. Berbeda dengan kali ini, Mina memberitahu bagaimana akhirnya Wonwoo setuju untuk meninggalkan dunia.
“Oh Sajang membujuknya!” kata Minhyuk setengah berteriak.
≈ ≈ ≈
Mansae High School. Sesaat sebelum Sehun menjemput Wonwoo di restoran Bona.
Ke enam anggota klub magic sedang berkumpul. Sehun menemui Yuju dan yang lainnya, setelah memastikan Sejeong pergi dari kamar mereka. Pasalnya Wonwoo sudah lama diburu oleh Soul Gone.
“Sehun Oppa ada apa datang kemari?” Somi lebih dulu menyadari kehadirannya.
“Kau tidak bersama dengan Sejeong Eonni.” imbuh Yuju.
Hoshi lebih tertarik dengan satu kresek yang dijinjing Sehun. “Eih, Hyung, kau tidak perlu repot-repot.” kata Hoshi mengambil alih bawaan Sehun yang lalu segera membukanya. “Aku suka camilan dan ada es krim juga, gomawo Hyung.”
Somi berdecak melihat tingkah tak tahu malu Hoshi. Sementara laki-laki yang dikatainya mulai membagikan camilan pada Wooshin, Dongyeol dan Arin.
“Ada yang ingin aku tanyakan mengenai Jeon Wonwoo, kalian mengenalnya?”
Semua pasang mata beralih pada Sehun, seolah membuka ingatan lama ke enam remaja yang hampir mengetahui rumor apa pun mengenai sekolah mereka.
≈ ≈ ≈
“Bagus sekali, kau berpura-pura masih tertidur dan membiarkanku pergi dari kamar lebih dulu agar bisa mengunjungi dunia tanpa mengajakku.” celoteh Sejeong, padahal ia sangat ingin memecahkan kasus Bona yang katanya telah diikuti soul selama tiga tahun. “Jadi kau benar-benar bertanya pada anggota klub magic.”
Saat itu Sehun hanya mengangguk, tidak tahu mengapa ia bisa sampai segitunya menangani soul seperti Wonwoo.
“Aku bisa langsung saja memanggil Chan, kenapa harus peduli dengan kehidupannya.” gumam Sehun kembali memandang pohon delusi.
Meski agak sebal Sejeong tetap ingin tahu hasilnya. “Apa kata mereka?”
“Wonwoo meninggal tiga tahun lalu, ketika hendak pergi ke Dream Entertainment.” Mendengar nama agensi yang dulu menaunginya sebagai trainee, Sejeong mengangkat alis. “Dia fansnya Bona dan sangat mendukungnya agar bisa debut.”
Sejeong berubah sedih, mendadak sekelebat ingatan terlintas di benaknya. Di hari yang sama ia juga mengantar Kihyun untuk mengikuti evaluasi debut. Mereka turun dari bus yang ditumpangi setelah menunggu beberapa menit, karena di depan sana tampaknya ada sebuah kecelakaan.
Otomatis terjadi kemacetan saat evakuasi mobil berlangsung. Sejeong sempat melihat seorang korban dibawa masuk ke ambulance.
“Jadi korban itu, Jeon Wonwoo.” ujar Sejeong.
“Hmm, sejak itu Wonwoo hidup di dunia sebagai soul dan mengikuti Bona kemana pun ia pergi.”
Sejeong menoleh, menatap langsung ke arah Sehun. Hal pertama yang terlintas dalam pikiran Sehun ketika ia melihat wajah Sejeong dengan jelas adalah bahwa gadis itu sangat mempesona dengan segala macam ekspresinya. Lalu raut wajah seperti apa yang ia dapat ketika mengatakan apa yang harus Sejeong lakukan untuk membantunya menyelesaikan tugas terakhir di Hotel Delusion.
“Dia bahkan tidak mengingatku. Untuk apa aku terus mengikutinya dan malah membuatnya kesakitan akan keberadaanku. Aku akan pergi.”
Kata-kata Wonwoo terngiang di telinga Sehun. Dari kata-kata lelaki itu bisa disimpulkan bahwa semakin lama ia menahan Sejeong di delusi, maka luka yang didapat gadis itu akan semakin besar.
Aku juga harus segera pergi. Batin Sehun balik menatap lekat manik mata Sejeong.
“Kau akan pergi ke mana?” Sejeong bertanya dengan suara lirih, menunjukan wajah polos serta sorot matanya semakin meredup.
≈ ≈ ≈
THANKS FOR READING
Batas deadline cerita ini, sebulan setengah lagi :’)
Alesta Cho
SEE YOU
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro