Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.22 - Bertemu

'Berapa lama waktu yang diperlukan agar takdir mempertemukan kita.'

HOTEL DELUSION
Senin, 18-05-2020
.
.
.
_ Support Cast _
Cha Eun Woo (Astro)

"Jadi benar kau menyukai manusia? Siapa? Siapa? Aku ingin melihatnya, bawa aku bersamamu." Sejeong menggoyang-goyangkan lengan Hyungwon, mengerucutkan bibir seraya bertingkah imut.

Hyungwon mendesah lalu menarik tangannya. Jika Sehun melihat, dia bisa dalam masalah. Namun wanita itu terlalu gigih, beralasan ingin menemui teman lamanya, menambah iming-iming bahwa Hyungwon juga mengenalnya.

"Mintalah Oh Sajang menemanimu, aku tidak bisa mengajakmu." tolak Hyungwon dengan cepat melangkah menembus cermin.

Dengan sigap pula Sejeong memegang tangan Hyungwon, tubuhnya terhuyung ke depan. Dalam sekejap ia pun berhasil masuk ke dunia, bersama Hyungwon yang mengerjap saking kagetnya. Tak jauh dari tempat mereka menghilangᅳmemasuki duniaᅳtampak Minhyuk yang menyaksikan dengan mulut semakin terbuka lebar.

"Kenapa kau bisa ikut masuk?" ucap Hyungwon keheranan, setahunya yang bisa membawa Sejeong keluar masuk portal hanya Sehun.

Sejeong sama terkejutnya, ia dengan iseng mencoba memegang Hyungwon dan tak menyangka akan menembus cermin. "Molla, kukira itu karena kau... apa mungkin aku mempunyai kunci kehidupan cadangan?" pikir Sejeong disusul senyum meringis ketika dilihatnya Hyungwon menggeleng lemah, mau tak mau laki-laki itu harus mengajak Sejeong, karena sudah terlanjur berada di dunia.

≈ ≈ ≈

Hening. Tidak ada sepatah kata pun dari Hyungwon yang masih setia menunggu di halte bus. Sejeong merasa bosan, berulang kali melihat para penumpang naik turun bus, tetap saja tidak ada pergerakan pada laki-laki di sebelahnya. Bertanya juga percuma, lalu mau sampai berapa lama lagi dia duduk di bangku halte.

"Orabeoni... aku haus," kata Sejeong menelan ludah di hari yang lumayan terik.

"Beli saja." balas Hyungwon singkat, tatkala mencondongkan tubuhnya mencari satu wajah yang ia kenal di antara penumpang yang baru turun dari bus.

Ponsel Sejeong tiba-tiba bergetar dan mengeluarkan bunyi khasnya. Dia hampir lupa memiliki benda persegi itu yang akhir-akhir ini jarang berdering. Tidak ada panggilan kerja atau sekedar pesan spam. Dia merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel, seketika deretan nomor tertera di layarnya, tanpa tulisan nama, memberitahu kalau dia belum menyimpan nomor tersebut.

Dahi Sejeong berkerut, "Siapa?" tanyanya pada diri sendiri selagi di sebelahnya Hyungwon menunduk kecewa. Sejeong tebak orang yang ditunggu Hyungwon tidak akan datang hari ini.

Suara nyaring dari ponsel yang dipegang Sejeong meronta-ronta seolah meminta untuk segara diangkat. Mengalihkan beberapa pandang mata ke arahnya, otomatis Sejeong men-dial ikon berwarna hijau.

"Kenapa baru diangkat! Di mana kau?! Kenapa pergi tanpa memberitahuku!"

Kata-kata itu menerjang gendang telinga Sejeong bahkan sebelum ia sempat benar-benar menempelkan ponsel di telinga dan bahkan juga belum sempat berkata "Yeoboseyo (Halo)". Mengenali suara suami delusinya, Sejeong tertawa dan berkata, "Aku di sebuah halte di dekat..."

"Cukup, cukup panggil namaku saja! CEPAT!" sela Sehun.

Hyungwon yang sedari tadi duduk tenang mulai bereaksi, "Oh Sajang?" ia bertanya untuk sekedar memastikan, benar saja, Sejeong mengangguk sekali dan mempersiapkan diri bila nanti dimarahi.

"Orabeoni kau tidak perlu takut, aku akan bantu menjelaskannya." ujar Sejeong samar-samar ia dengar gerutuan Sehun, "Keterlaluan, dia menyuruhku memanggil namanya, padahal waktu itu mengabaikan panggilanku... aku hampir memecahkan cermin di kamarku kalau bukan karena Taehyung."

"Jangan, jangan panggil namanya." Sehun dapat mendengar suara Hyungwon.

"Chae Hyungwon apa yang kau lakukan, pergi kemana kau bersama pengantinku," kata Sehun kembali mendesak Sejeong agar memanggil namanya, kalau tidak dia akan benar-benar marah.

Hyungwon menoleh, menggeleng dengan tatapan memohon. Kegelisahannya bertambah, antara memastikan keadaan seorang laki-laki yang baru dikenalnya beberapa hari lalu atau bergegas pergi dari halte, sehingga Sehun tidak perlu bertemu dengan manusia berwajah persis sama dengan Putra Mahkota Ui'an yang mereka layani di masa lalu.

Sementara Sejeong berusaha menahan diri, menutup mulutnya rapat-rapat. "OH SEHUN-SSHI!" Nama itu lolos begitu saja dari bibir Sejeong, sejujurnya ia takut kalau Sehun marah dan meninggalkannya lagi.

Kurang dari hitungan detik, Sehun sudah berada di depan Hyungwon dan Sejeong.

"Chae Hyungwon jelaskan, mengapa kau tidak ingin aku datang?" tuntut Sehun, pandangannya langsung dihalangi oleh Sejeong yang berdiri menengahi.

Bukannya menjawab, Hyungwon malah melengos berpikir untuk segera pergi dari halte, demi menghindari pertemuan yang tak diinginkan. Sehun tidak terima, ia mencengkram lengan Hyungwon beranggapan kalau laki-laki itu enggan meninggalkan delusi dan mulai berulah.

"Aku yang memaksa ikut, aku janji tidak akan pergi tanpa seizinmu lagi, jadi kau jangan marah pada Orabeoni," bujuk Sejeong.

"Kim Byeonhosa-nim (Pengacara Kim)?" tiga orang yang hendak pergi dari halte bus serempak menoleh ke sumber suara.

"Cha Eunwoo!" pekik Sejeong mengenali laki-laki manis, berpakaian rapih mengenakan kemeja hitam dengan lengan panjang yang tergulung sebatas siku.

"Seja Jeoha!" Hyungwon berhambur memeriksa keadaan tubuh Eunwoo, tampak khawatir. Kemarin ia melihat laki-laki itu dikejar beberapa orang dan terlibat baku hantam.

Sehun tertegun. Dunia yang dipijakinya seakan berhenti berotasi. "Kau bukan pengawalnya lagi, kenapa repot-repot datang ke dunia hanya untuk memastikan keadaannya."

"Sehun-ah," panggil Hyungwon tanpa sadar melupakan keberadaan Sehun yang sebelumnya ia hindari, supaya tidak bertemu dengan pemuda yang kini bernama Cha Eunwoo, bukan Yi Bangseok, putra mahkota yang mereka kenal.

≈ ≈ ≈

Beberapa kali rotasi bumi telah berlalu sejak prosesi pemilihan calon putri mahkota berakhir dengan keputusan yang tidak dapat diganggu gugat. Seperti berjalan dalam mimpi, Putra Mahkota Ui'an kembali hadir dalam sisa hidupnya. Seakan telah melewati berbagai musim yang tak terhitung jumlahnya.

Oh Sehun tidak lagi peduli dengan empat musim yang rutin berganti. Tapi sekarang ia begitu tertarik dengan musim semi. Di mana banyak kejutan didapatnya, selain bertemu dengan pengantinnya.

"Aku tidak tahu kalau kau punya handphone." ujar Sejeong.

Mata Sehun beralih pada Sejeong, mereka berjalan beriringan dengan dikomandai oleh Eunwoo dan Hyungwon.

"Kau terlihat tidak senang seperti terakhir kali bertemu dengan Jiyeon," Sejeong segera meralat ucapannya, "Maksudku, Bona."

Sehun tertawa hambar. "Siapa yang akan senang jika dipertemukan dengan masa lalu yang ingin dilupakannya." katanya datar.

"Biarkan aku melihat masa lalumu lagi, sebelum kau melupakannya, ehhm," sahut Sejeong tanpa ragu mengulurkan tangan, "Ayo kita berpegangan tangan." lanjutnya menarik tiap sudut bibir menjadi lengkungan tipis.

"Bagaimana jika setelah melihatnya kau menjadi tak menyukaiku lagi?" langkah Sejeong sempat tertahan, dan Sehun meneruskan, "Kau masih ingin membantuku menyelesaikan tugasnya, kan,"

"Tentu, aku sudah terlibat, maka harus menuntaskan kasusnya."

"Kasus," Sehun terkekeh pelan, "Kau bukan pengacara lagi." Ia menambahkan seraya menautkan tangan pada jari-jari lentik milik Sejeong.

≈ ≈ ≈

Sorot mata Sejeong meredup, ia tak lagi mengayunkan tautan tangannya dengan Sehun. Malah melepaskan genggaman itu, berpikir sudah cukup untuk hari ini melihat masa lalu Sehun yang semakin jelas.

"Aku sangat lapar." kata Sejeong sebagai alasan, berjalan lebih cepat. Ia menyusul langkah dua laki-laki di depannya. "Apa restorannya masih jauh!?"

Sehun selalu penasaran mengenai masa lalu mana yang Sejeong lihat.

"Dia itu penipu, dan aku telah membebaskannya." ungkap Sejeong, mengingat kasus terakhir yang ditanganinya.

Hyungwon beralih menatap Eunwoo. Begitukah, sehingga laki-laki muda itu dikejar-kejar banyak orang bahkan mendapatkan pukulan.

"Aku sudah tidak menipu lagi, berkatmu aku menemukan bakat baru." elak Eunwoo terselip nada bangga dan meneruskan, "Sekarang aku seorang koki."

"Yang benar?! Kau beralih profesi," Sejeong bertepuk tangan, merasa takjub sembari sesekali melirik ke belakang, ternyata seseorang bisa dengan cepat berubah.

Sehun masih mengekor dengan tampang murung. Sungguh mengganggu pikiran Sejeong, ia tidak mengerti kenapa tak suka melihat raut wajah tertekuk Sehun dan lebih suka saat lelaki itu bersikap ketus. Masa lalu yang baru saja dilihatnya juga tidak begitu baik.

"Jadi sekarang kita akan pergi ke restoran tempat kau bekerja." imbuh Hyungwon.

Di sisi lain, Sehun mendengus memperhatikan kedekatan Sejeong dan Eunwoo. Sudah empat kali pundak mereka bersentuhan dan ia tidak suka melihatnya. Apa dirinya tidak lebih menarik ketimbang Eunwoo yang pandai berbicara. Yang bisa dia lakukan hanyalah berbagi masa lalunya dengan Sejeong. Mendadak ia melangkah lebih cepat, mempersempit jarak dengan ke tiga orang yang berjalan tak jauh di depannya.

Sehun mendorong Eunwoo, "Kita pulang saja." katanya melihat lurus manik mata Sejeong.

"Jangan kasar pada Seja Jeoha." sahut Hyungwon dengan suara mengancam yang sudah lama tak didengar Sehun.

"Dia bukan Seja Jeoha!" sewot Sehun. Adu tatap pun terjadi di tengah-tengah trotoar.

"Mereka kenapa?" ucap Eunwoo keheranan, memang semenjak tak sengaja bertemu dengan Hyungwon ia merasa ada yang mengawasi setiap pergerakannya dan dua kali lolos dari kejaran para rentenir.

"Kau tidak perlu tahu, nanti bisa-bisa besar kepala." Sejeong mengetuk kepala dua kali menggunakan telunjuknya.

"Jangan dekat-dekat dengannya." Sehun menarik Sejeong untuk mendekat, tepat ketika langkah mereka terhenti di depan restoran yang Eunwoo maksud.

Eunwoo tersenyum masam. "Dia siapa? Wajahnya selalu serius dan minim ekspresi."

Sehun cepat-cepat menjawab, "Aku suaminya."

Seorang wanita baru saja keluar dari restoran, ia melambai memberi isyarat agar Eunwoo segera masuk dan berseru, "Cha Eunwoo cepat lakukan persiapan, sebentar lagi sudah memasuki jam makan siang!" matanya berbinar cerah mengenal siapa yang datang bersama Eunwoo, ia melanjutkan dengan ramah, "Sejeong-ah, dari mana kau tahu kalau aku membuka restorannya di sini?"

"Kim Jiyeon." ujar Hyungwon pelan, selanjutnya ia melangkah lebar-lebar mendekati Bona, kemudian memeluknya penuh haru.

≈ ≈ ≈

THANKS FOR READING

Hai, hai, mau minta rekomendasi cameo idol cowok dong!
Buat kasus soul/hantu yang bakal ditangani Sehun Sejeong di episode selanjutnya...

Alesta Cho

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro