Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.21 - Tidak Lebih

‘Sebuah batasan yang diciptakan untuk perasaan.’

HOTEL DELUSION
Minggu, 16-05-2020
.
.
.

Jiyeon cantik, lembut dan begitu anggun. Siapa pun akan kagum ketika melihatnya, seolah dia adalah pusat dari seluruh perhatian. Bahkan beberapa wanita dibuat terkesima. Sikapnya jelas ramah dan mudah bergaul, tak memandang status sosial, ahli dalam bela diri, wawasannya pun luas. Tak heran kalau dia menjadi salah satu dari lima wanita yang lolos tahap akhir evaluasi sebagai calon putri mahkota.

“Putra Mahkota Ui’an telah datang!” seorang kasim berseru memberitahu bahwa orang yang akan menentukan hasil akhir dari pemilihan putri mahkota sudah datang.

Di sampingnya tampak laki-laki berpakaian serba hitam berdiri tegak, menenteng pedang dengan raut wajah yang tidak dapat dilihat secara jelas, karena terhalang sebuah tirai putih yang sengaja dipasang untuk membatasi ruang antara putra mahkota dan calon putri mahkota.

Meski begitu Jiyeon dapat mengenali laki-laki itu. Dari tinggi badan, postur tubuh dan cara berdiri yang kaku. Oh Sehun, akhirnya aku bisa melihatmu. Ia berucap dalam hati sambil mengulum senyum termanisnya.

“Kau yang duduk di tengah, di baris kedua, siapa namamu?” tanya Putra Mahkota Ui’an.

Semua pandang serempak tertuju pada orang yang dimaksud Putra Mahkota Ui’an. Bahkan meski terhalang tirai, yang cukup menyamarkan pandangan, wanita itu masih tetap menjadi pusat perhatian.

“Jiyeon-ah, Seja Jeoha bertanya padamu.” Jiyeon baru tersadar, merutuki kebodohannya, karena terlalu fokus pada Sehun, dia tidak mendengar perkataan putra mahkota. “Jeoha menanyakan namamu.” tambah wanita disebelahnya dengan suara pelan.

“Kim Jiyeon, jeoha.” kata Jiyeon terkesan buru-buru.

Seketika itu juga Sehun mengangkat kepalanya. Kenapa Jiyeon ada di sini? Tak butuh waktu lama, ia segera menyadari kegiatan pemilihan putri mahkota yang beberapa minggu terakhir telah berlangsung. Tetapi dia tidak tahu, kalau Jiyeon mendaftar untuk menjadi putri mahkota.

“Aku dengar kau pandai memanah, berkuda dan menguasai lebih dari sepuluh gerakan pedang.” kata Putra Mahkota Ui’an.

Sebelum datang kepertemuan, dia sempat membaca laporan identitas para calon putri mahkota dari sang ratu. Sehun semakin dibuat yakin, kalau wanita di depan sana adalah benar, Kim Jiyeon yang ia kenal. Dia sangat hapal suara itu, suara ringan bersemangat yang dirindukannya.

“Buka tirainya.” Perintah Putra Mahkota Ui’an.

Tirai diangkat ke atas. Para calon putri mahkota bersiap dengan ekspresi mereka, berharap mendapat kesan baik saat bertukar pandang dengan putra mahkota. Jiyeon masih dengan senyum manisnya, memberi isyarat pada Sehun melalui mata. Dengan cepat Sehun menurunkan pandangannya, ketika putra mahkota tersenyum cerah membalas senyum Jiyeon.

“Kalau begitu kita harus pergi berburu bersama.” kata Putra Mahkota Ui’an.

Nde, Seja Jeoha.” Jiyeon merasa ada yang aneh dengan Sehun yang tidak mau balik menatapnya, saat itu Putra Mahkota Ui’an menyadari arah pandang Jiyeon bukan pada dirinya melainkan pada pengawalnya.

≈ ≈ ≈


Sejeong mengedipkan matanya. Perlahan menjauh, mengakhiri ciuman sekaligus cerita masa lalu Sehun yang ia lihat. Jadi cinta segitiganya bukan dengan Hyungwon Orabeoni, melainkan Putra Mahkota Ui’an. Ia membatin saat menangkap raut muram Sehun, pandangan pria itu lurus ke depan.

Pikiran bahwa Sehun tidak menyukai perbuatannya berkelebat. “Kita impas!” ujar Sejeong gelagapan, mengingat bahwa dirinya juga pernah mengalami hal yang sama, memastikan perasaan dengan melakukan kontak fisik, seperti yang pernah Sehun lakukan padanya.

Ia menggaruk alisnya dengan jari telunjuk begitu tak mendapati respon dari Sehun. Tak lama menghela napas panjang dan berbalik demi mengikuti arah pandang Sehun, yang ternyata tertuju pada pohon delusi.

“WOAH, bunganya mekar! Indah sekali…” ucap Sejeong, matanya berkilat-kilat.

Sebuah perasaan suka telah mempengaruhi pertumbuhan pohon delusi. Bunganya mekar, dan entah untuk berapa lama bertahan sebelum menjadi layu.

“Ingin lihat lebih banyak bunga yang mekar?” tawar Sehun, dibalas anggukan senang Sejeong yang tetap menengadah memandangi ratusan bunga.

Seakan dunia berhenti berputar, untuk sesaat Sejeong menahan napas mendapati dua tangan yang mengunci tubuhnya dari belakang, membawanya dalam sebuah dekapan.

Tak lama kepala Sehun menjulur ke satu sisi wajahnya, lalu berkata, “Lihatlah bagaimana kau memekarkan bunganya.”

Sejeong mengembuskan napas, segera menghirup udara banyak-banyak. Jangan sampai ia kehabisan napas selagi tubuhnya membeku, sementara degup jantungnya berpacu lebih cepat.

“Aku yang memekarkan bunganya?” tanya Sejeong memandangi pergerakan bunga delusi.

“Bukankah tadi kau telah memastikannya, perasaanmu,” balas Sehun, entah mengapa hatinya merasa sakit sedangkan jantungnya berdetak menyenangkan.

“Sepertinya aku mulai menyukaimu.” Pengakuan Sejeong membuat hati Sehun semakin sakit, tanpa sadar pria itu mempererat pelukannya.

“Kau hanya boleh menyukaiku, tidak lebih.” Sehun mengatakannya sambil mengangkat kepala, mengedarkan pandangan ke seluruh bunga delusi.

Banyaknya bunga delusi yang mekar, maka waktunya terus berkurang. Mungkin itulah alasan dari wajah muram Sehun yang sempat dilihat Sejeong beberapa saat lalu. Separuh dari jiwanya tidak ingin pergi baik dari dunia maupun delusi. Nyatanya ia tahu kehidupan abadi yang selama ini disandangnya itu tidak benar-benar abadi.

“Kenapa? Kenapa aku hanya boleh menyukaimu?”

Karena tidak ada yang abadi. Cepat atau lambat Sehun harus segera pergi, meninggalkan semua ingatannya.

“Menyukai seseorang itu adalah awal dari tumbuhnya rasa cinta.” ujar Sejeong sebal, belum apa-apa dia sudah disuruh menghentikan perasaannya, “Kau yakin tidak akan pernah mencintaiku?”

Sehun memilih untuk tidak menjawab, ia menaruh kepalanya di bahu Sejeong, “Biarkan seperti ini sebentar saja.”

Saat itu juga Sejeong tersadar, dunianya berbeda dengan delusi. Mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Sialnya kehadiran Sejeong hanya untuk membantu Sehun lepas dari rasa sakit, menghapus semua penyesalan, kemudian pergi dari delusi. Dan Sejeong tidak tahu itu, ia berpikir hanya harus mengikuti arus kehidupannya.

≈ ≈ ≈

“Dia pasti masih mencintai Jiyeon, apalagi setelah melihat Bona… makanya hanya memperbolehkanku untuk menyukainya, tidak lebih, siapa juga yang jatuh cinta padanya, jjajeungna (menjengkelkan)!” cerca Sejeong melenggang masuk ke bar.

Hyungwon berhenti memijit kening, hampir tidak bisa mencerna garis kehidupan antara batasan dunia dan delusi yang ditempatinya, terlebih harus memahami cerocosan Sejeong. Setidaknya ia ingin tahu alasan dipertemukan kembali dengan Putra Mahkota Ui’an. Terhitung sudah tiga kali, ia sengaja menembus portal demi mengecek keadaan orang yang mirip dengan Seja Jeoha-nya itu.

Belum lagi suara Sejeong yang terdengar familiar saat memanggilnya, “Orabeoni! Orabeoni! Kau mendengarku, aku butuh kafein, tolong buatkan!”

“Nanti aku akan buatkan.” ujar Hyungwon, hatinya kian gelisah.

“Aku maunya sekarang, kenapa dibuatkannya nanti.” sahut Sejeong.

“Aku harus memastikan sesuatu,” Hyungwon menyambar mantel, memakainya sambil berjalan keluar dari counter bar.

Orabeoni jatuh cinta?! Pada siapa, Hana Eonni? Atau… Mina!” Sejeong sibuk sendiri menebak dengan siapa perasaan Hyungwon harus dipastikan. Mendesah ketika mengingat bagaimana ia mengakui perasaannya, setelah melakukan kontak fisik dan memastikan detak jantung tak beraturan yang muncul akibatnya.

“Tunggu,” sergah Sejeong menahan langkah Hyungwon dengan mencengkram tangannya, menatap heran pria itu yang hendak menembus cermin menuju dunia. “Jangan bilang kau menyukai manusia!?”

“Omong kosong apa yang kau bicarakan.” tukas Hyungwon.

≈ ≈ ≈

Sehun memicingkan matanya, keningnya berkerut dalam. Dia tidak sendiri melainkan bersama dua soul supernatural yang tampak menyayangkan keputusan untuk membatasi hubungan dengan manusia. Menyalahkan pemikiran dangkal Sehun, menuntut agar pemilik hotel tersebut segera mundur dari jabatannya saja, daripada mengulur waktu.

“Pengantinmu seorang manusia dan kau ingin membatasi hubungan soul dan manusia, jangan harap bisa melakukannya.” tolak Jiho sambil menatap nyalang Sehun yang duduk di kursi kerjanya.

“Selesaikan dulu tugasmu, maka kau tidak akan pernah berhubungan lagi dengan soul atau bahkan manusia sekali pun.” imbuh Seola dengan suara tenang namun menusuk.

Sehun mengetuk-ngetukan pena ke meja. “Rupanya kalian ingin aku segera pergi.”

“Tentu saja!” sahut Jiho dan Seola serempak. Sampai kapan mereka harus mengurus kesakitan Sehun yang telah mengendap lama.

“Temui pengantinmu dan katakan kalau kau mencintainya.” usul Seola.

“Tidak semudah itu, semuanya butuh proses.” Sehun meletakan pena begitu saja, tatapannya berubah lebih tajam. “Baiklah aku akan segera mengakhirinya.” lanjutnya tatkala bangkit dari kursi, lantas melangkah mantap menuju pintu, keluar dari ruang kerja.

Sebelum perasaan itu semakin kuat dan memunculkan alasan untuk hidup lebih lama lagi. Maka Sehun harus bergegas menyelesaikan tugas terakhir di Hotel Delusion. Karena tidak ada yang tahu akan konsekuensi dari keserakahannya kelak.

≈ ≈ ≈

“Shin Gwajang, kau melihat Sejeong?” tanya Sehun sepuluh menit kemudian di lobi.

“Aku kira dia bersamamu.” jawab Hana.

“Gawat! Gawat! Hyungwon membawa Sejeong ke dunia, kalau Oh Sajang tahu… SAJANG-NIM!” Minhyuk menutup rapat mulutnya ketika menyadari Sehun berdiri di belakang Hana.

“Akhir-akhir ini Hyungwon sering berkunjung ke dunia, kau tahu kenapa dia ke sana?” Sehun akhirnya menanyakan perihal Hyungwon yang pergi ke dunia, setelah sekian lama mengabaikan ajakannya, dan sekarang kenapa tiba-tiba ia bulak-balik ke dunia tanpa mengatakan apa pun padanya.

“Aku tidak tahu, dia hanya memintaku untuk menemaninya dan dari apa yang aku lihat dia menkhawatirkanmu karena bunga delusi mulai mekar. Dia bilang kau tidak seharusnya berada di dunia terlalu lama, jika diingat lagi… Hyungwon berniat menjemputmu, lalu…”

“Lalu apa?” kata Sehun menuntut penjelasan lebih.

“Dia menghilang, aku sempat mencarinya, sungguh!” Minhyuk membela diri dan segera menambahkan, “Dan hari itu juga dia kembali dengan senyuman yang berhasil membuatku merinding. Aku menduga dia telah bertemu seseorang di dunia.”

Sehun jadi teringat pada Kim Bona. Apa mungkin Hyungwon juga melihat gadis itu.

“Bukankah kunci kehidupan Sejeong ada pada Oh Sajang, tapi kenapa dia bisa masuk ke dunia bersama Hyungwon?” kata Hana keheranan.

Sesuatu yang baru diketahui Sehun, dan sayangnya ia tidak tahu mengapa itu bisa terjadi. Sehun pergi dengan tergesa-gesa, ia pikir harus segera menemukan Sejeong dan Hyungwon.

≈ ≈ ≈

THANK FOR READING

Apa sih yang membuat kalian tertarik buat baca lanjutan Hotel Delusion?

Cast-nya, kah? Ceritanya, kah? Kisah cinta berlatar dua dunia?
Atau ada hal lainnya?

SEE YOU TOMORROW

Alesta Cho

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro