Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ep.2 - Pelenyap Jiwa

Sudahkah kalian mendengar
OST Part.1 Yoon Mirae & PUNCH "How Are You"
Aku ada short videonya di ig: alesta_cho


'Sunyi senyap menelusup, masuk ke dalam relung jiwa yang hampir lenyap.'

HOTEL DELUSION
Rabu, 05-02-2020

Cameo
_ Kim SuA, Soul il-nyeon (Jiwa yang berkeliaran sekitar 1 tahun)_

Lobi Hotel Delusion penuh sesak oleh para tamu yang berdatangan. Setiap kali gerhana matahari muncul dan selama berlangsung, maka jiwa-jiwa manusia yang tersesat dapat menemukan tempat peristirahatan tersebut dengan mudah. Tak jarang seorang manusia masuk tanpa sengaja dan tanpa sepengetahuan resepsionis yang tengah kelimpungan mengatasi tamu rewel.

Kim Yuna, satu-satunya manusia yang bekerja di hotel harus bersiap siaga di pintu utama.

"Sepertinya hari ini menjadi hari tersibuk sepanjang masa, ditambah persiapan pernikahan Oh Sajang." ujar Yuna disusul suara derit pintu yang dibuka dari luar. "Selamat datang di Hotel Delusion!" sapanya membungkuk kecil demi menunjukan sikap sopan terhadap tamu.

Sekilas ia tahu wanita berambut hitam legam, dengan panjang sedikit melewati bahu, mengenakan gaun putih selutut dan juga bertelanjang kaki itu merupakan jiwa yang berkelana selama lebih dari satu tahun di dunia.

"Aku dengar pemilik hotel ini akan menikah, jadi aku datang atas undangannya."

"Oh Sajang mengundangmu?" tanya Yuna tak habis pikir, sekalian saja Sehun membagikan surat undangan.

"Tidak, dia pernah menawariku untuk datang ke hotel dan aku menolaknya. Tapi setelah dipikir lagi, sepertinya tinggal di sini akan lebih baik." terangnya segera menambahkan, "Kebetulan di luar sana aku mendengar bahwa pengantin yang ditunggu-tunggu telah datang dan dia seorang manusia..."

"Ahh, jadi kau penasaran sehingga ingin melihatnya." potong Yuna tidak mau memperpanjang obrolan, ia sudah cukup jengah akan alasan kebanyakan soul untuk berkunjung ke hotel.

Namun baru kali ini ada soul yang memandanginya dari kaki sampai kepala, memicingkan mata lalu berseru takjub, "Kau juga seorang manusia!"

"Aku seorang soul yang tinggal di tubuh manusia, singkatnya aku mengambil alih tubuh ini," tukas Yuna terpaksa menerangkan, "Seperti yang kau lihat aku bekerja di delusi dan hidup sebagai manusia di dunia."

"Delusi?" soul yang diketahui bernama Kim SuA, dilihat dari kalung yang melingkar indah di lehernya itu mengeryitkan dahi.

"Kim SuA-sshi, sebenarnya selama ini kau tinggal dimana? Kenapa tidak tahu apa-apa?" Yuna malah balik bertanya, ia menjadi lebih antusias untuk memberitahukan semua yang diketahuinya tentang delusi.

≈ ≈ ≈

"Aku berada di delusi?! Omong kosong,"

Sejeong merebahkan tubuhnya dengan kasar di ranjang empuk berukuran besar itu. "Pasti aku sedang bermimpi, sebaiknya aku tidur lagi dan kemudian terbangun di kamarku." kata Sejeong tersenyum kikuk yang lalu menarik selimut sebatas dagu, sekilas melirik Sehun yang masih duduk santai di sofa tunggalnya.

Laki-laki itu baru saja mengatakan hal aneh mengenai dunia yang dihuni manusia dan delusi yang dihuni soul. Dia terpilih sebagai pengantin delusi, nantinya akan membantu pekerjaan Sehun di hotel sekaligus menyempurnakan status kepemilikan hotel sehingga bisa lepas dari tugasnya.

3 detik telah berlalu,

Detik-detik berikutnya Sehun mengetuk-ngetuk jari tengah pada lutut, dalam hitungan ke sepuluh Sejeong membuka kelopak mata dan segera mengedarkan penglihatan demi memastikan keberadaannya.

Bersitatap langsung dengan manik mata Sehun, "Kau masih di sini, entah untuk berapa lama."

"TIDAK MUNGKIN!" sembur Sejeong menyibakan selimut, bergegas turun dari ranjang, terburu-buru menuju pintu.

Masih hangat dalam ingatannya, setelah menonton konser, ia langsung pulang. Berdebat dengan orangtuanya dan mengatakan keinginannya untuk membatalkan pertunangan, tetapi sekarang malah dihadapkan dengan situasi tak masuk akal. Bagaimana bisa, tiba-tiba saja ia akan menikah dengan orang asing.

"Kau mengunci pintunya!" Sejeong menatap nyalang Sehun yang beranjak dari sofa, "Jangan mendekat, kalau tidak aku akan teriak!" Ia menjadi panik, melihat takut-takut pada lelaki berparas tegas dengan rahang menawan, semakin mempersempit jarak di antara mereka.

"YAAA!" sentak Sejeong ketika punggungnya terantuk dahan pintu, berbicara dengan suara bergetar, kali ini dia berpikir untuk mengalah saja dulu. "Aku akan menikah denganmu, di hotel... tadi kau bilang kita berada di hotel apa?"

"Delusion," jawab Sehun singkat.

Sejeong manggut-manggut, memaksakan senyumnya. Berpura menerima penjelasan Sehun tentang tempat yang sedang dipijakinya.

Hotel Delusion, tepat beristirahat jiwa-jiwa yang tersesat atau bahkan jiwa yang keluar dari raganya yang tengah tertidur. Setelah keadaan jiwa itu dipastikan sebagai Soul Pure (Jiwa Murni) dan bukan Soul Saram (Sebutan bagi jiwa yang raganya masih ada), maka dia akan dikirim ke Hotel Del Luna.

≈ ≈ ≈

"Jadi dulunya kau magang di Hotel Del Luna..."

"Iya, aku hampir menjadi manager di sana sebelum akhirnya dipindahkan ke sini." imbuh Yuna menopang dagu dengan tangan yang lalu mata bulatnya mendapati seorang manusia ngeloyor masuk ke hotel tanpa permisi.

Terpaksa ia harus mengakhiri cerita mengenai karirnya. Bisa-bisa dia kena marah Sehun karena kelalaiannya mengawasi tamu hotel yang tidak diperbolehkan masuk.

"Minhyuk Oppa kau baru saja membiarkan masuk tamu yang tidak seharusnya berada di sini!" tegur Yuna membangunkan si resepsionis yang tampak terhenyak dari kantuknya.

Andai saja Yuna masih bekerja di Del Luna, pastilah tugasnya tidak terlalu berat seperti sekarang, ditambah atasannya yang seorang wanita lebih baik dan pengertian ketimbang Sehun. Del Luna juga merupakan hotel terbesar dengan tingkatan tertinggi yang terdapat di delusi, karena nantinya semua soul akan dikirim ke sana sebelum benar-benar meninggalkan dunia dan delusi.

Sementara para pegawai hotel pergi menyusul manusia yang tidak sengaja masuk. Kim SuA berlagak sebagai resepsionis, berdiri di belakang meja, menggantikan posisi Minhyuk sembari mengucapkan selamat datang dengan ramah. Tersenyum senang ketika mengangkat telepon,

"Yeoboseyo (Halo)," kata SuA menikmati peran.

Di seberang sana suara keheranan menyahut, "Lee Minhyuk, aku baru tahu kalau suaramu seperti wanita." Sebelum SuA sempat menjawab, ia cepat-cepat menambahkan, "Telah terdeteksi satu Soul wicked (Sebutan untuk jiwa jahat, keji dan bengis) menuju ke Hotel Delusion, pastikan kau menghadangnya dan mengulur waktu sampai aku datang."

Panggilan terputus. SuA mendadak ketakutan, "Apa maksud laki-laki itu, arwah jahat?!" ujar SuA menatap pintu yang tertutup rapat dengan perasaan was-was.

Bola matanya bergulir mencari dua sosok pegawai hotel, namun ia tidak melihat tanda-tanda kehadiran Yuna maupun Minhyuk.

≈ ≈ ≈

Mata Sejeong berbinar. Ia kini tengah duduk, memandangi pantulan wajahnya di cermin. Meja rias yang penuh oleh berbagai jenis peralatan make up berjejer rapih, sepintas terlihat seperti miliknya.

"Kau bilang namamu siapa?"

"Shin Hana, Sameo-nim (Istri atasan)." jawab si penata rias, begitu sopan dan formal.

Sejeong terkekeh. "Naega (Aku), Sameo-nim..."

Dia bahkan belum resmi menikah, kenapa wanita itu memanggilnya begitu. "Namaku Kim Sejeong!" sewot Sejeong segera berdehem memperbaiki penampilan dan meneruskan dengan suara ringan, "Di dunia kau bisa menjadi penata rias artis terkenal, sayang sekali... dan baju pengantin ini terlalu indah."

"Shin Gwajang-nim (Kepala tim), kau melihat seorang manusia masuk ke hotel?" tanya Minhyuk sesaat setelah membuka pintu seraya melongok ke dalam kamar.

Hana mengedikan kepala ke arah Sejeong. Otomatis lelaki berkulit putih pucat itu mengikuti arah pandangnya, mendesah kecil sebelum berkata, "Bukan pengantin delusi, tapi tamu yang tidak diundang kedatangannya, aduh... bisa gawat kalau Oh Sajang tahu!" cerocos Minhyuk pergi begitu saja.

Sungguh otak Sejeong hampir berasap, ia mencoba mencerna apa yang sedang dialaminya setelah terbangun di kamar hotel dan bukan di kamarnya. Mengetahui tentang hotel menyeramkan yang membuat bulu kuduk merinding. Tempatnya masih berada di Seoul, namun mereka menyebutnya bukan bagian dari dunia melainkan delusi.

Sekali lagi Sejeong mendengar penjelasan dari Hana, bahwa delusi merupakan cerminan lain dari dunia yang mana hanya dapat dilihat oleh jiwa-jiwa tersesat dan orang-orang tertentu dengan kemampuan supernaturalnya.

"Gwajang-nim, sepertinya kau harus bantu mencari tamu tak diundang itu." usul Sejeong, ia harus segera pergi dari hotel aneh ini.

"Baiklah Sameo-nim, aku akan segera kembali." Hana sedikit membungkukan tubuhnya, berlalu meninggalkan Sejeong yang berencana untuk kabur.

≈ ≈ ≈

Sore itu di delusi lebih gelap dari biasanya, seiring dengan lingkaran gerhana matahari cincin yang tidak lagi sempurna. Sejeong mengetahui perkiraan akan adanya fenomena alam tersebut, tetapi niat untuk melihatnya tidak lagi terpikirkan, yang ada ia sibuk memilih jalan menuju pintu keluar hotel.

Langkah kaki terburu, menyusuri lorong kamar sembari mengangkat juntaian gaun putih yang dikenakannya. Secepat mungkin memasuki lift dan tanpa menunggu lama, ia sudah berada di lantai dasar.

"Itu dia pintunya," ucap Sejeong lega, melangkah lebih santai, "Oh, sepertinya dia tamu hotel... tapi dia sedang apa, mondar-mandir seperti itu?" tambah Sejeong terselip kegelisahan di suaranya.

Takut akan kenyataan sehingga terpaksa mempercayai kejanggalan yang tengah dialaminya.

"Permisi," suara Sejeong tercekat, kalimatnya tertelan, ia membelalakan mata ketika wanita pucat itu menembus tubuhnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya SuA maju selangkah, sontak Sejeong mundur masih tidak ingin mempercayai kenyataan bahwa dia baru saja bertemu hantu.

Sejeong lari terbirit-birit menuju pintu, ia semakin mempercepat gerak kaki ketika terdengar suara SuA yang berseru memperingatinya, "Kau tidak boleh keluar, HEI JANGAN KELUAR!"

Terlambat, pintu sudah terbuka lebar dan Sejeong benar-benar ketakutan karena sekarang hantu yang berbicara padanya tengah mengejar. Gaun pengantin yang ia kenakan mempersulit pelariannya, ditambah ia harus menuruni tangga.

Eomma, Appa, museowo (aku takut). Sejeong mulai membatin ketika berhasil turun dari anak tangga terakhir.

≈ ≈ ≈

Delusi benar-benar sedang kacau, para pelenyap jiwa dikerahkan untuk membasmi Soul Wicked. Sebentar lagi saja gerhana matahari akan usai, saat itu riak suara jeritan kesakitan berangsur mengecil. Chan hanya harus mengarahkan alat penghisap jiwanya yang menyerupai kamera itu pada jiwa-jiwa jahat, yang tampak kelaparan.

Dalam perburuannya itu, netra tajam Chan menangkap satu Soul Wicked hendak menerkam mangsa. Betapa terkejutnya ia saat melihat target bukanlah soul melainkan seorang manusia dengan mengenakan gaun pengantin.

"Pengantin delusi?" Chan mengerutkan dahi, mana mungkin Sehun membiarkan sang mempelai wanita pergi setelah menunggu ratusan tahun lamanya.

Sementara itu Sejeong tidak berani menoleh ke belakang, ia terus berlari, sejauh yang ia bisa untuk menghindari bahaya yang lebih besar. Masalahnya Sejeong baru saja melihat hantu yang mengikutinya sedari di Hotel Delusion telah diserang oleh makhluk menyeramkan beraura kejam yang kini mengejarnya.

Sialnya Sejeong malah menginjak gaun sampai terjatuh menelungkup, membentur aspal, merintih kesakitan ketika lutut terasa ngilu dan mendadak kepalanya pusing. Ada luka kecil di dahi Sejeong, mengeluarkan darah yang sangat disukai para Soul Wicked. Makhluk yang Sejeong ketahui sebagai jiwa jahat itu mendekat. Sejeong beringsut mundur, menyeret tubuh bergetarnya.

"Oh Sehun." Satu nama terlontar tanpa ia ketahui pemiliknya.

Seperkian detik kemudian asap hitam yang berasal dari terhisapnya Soul Wicked, lewat di atas kepala Sejeong yang bergeming dengan pandangan shock menyaksikan proses menghilangnya jiwa tersebut.

Seolah setengah dari jiwanya telah ikut terbawa, menelusup keluar bersamaan dengan ketakutan yang seketika lenyap. Asap itu menipis, otomatis memperlihatkan seorang lelaki yang diketahui Sejeong sebagai pemilik hotel sekaligus calon suaminya di delusi, tengah berdiri dengan pandangan yang tidak dapat diartikan..

"Kerja bagus Soul Gone, Chan."

≈ ≈ ≈

THANKS FOR READING
DON'T FORGET FOR VOTE AND COMMENT

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro