Ep.18 - Wajah
‘Seraut wajah yang dikenal, tak sebaik rupanya.’
HOTEL DELUSION
Minggu, 03-05-2020
.
.
.
_ Cameo _
Kim Yoohyun (Dreamcatcher)
Pohon besar dengan banyak akarnya yang mencuat beberapa hari ini telah menjadi pusat perhatian. Kemunculannya disangkutpautkan dengan sang pemilik hotel, sebagai pertanda habisnya masa jabatan.
Namun siapa yang tahu kalau sebenarnya pohon tersebut menyimpan banyak kesakitan orang lain, dan rasa sakit terbesar adalah milik Oh Sehun. Tertancap dalam di dahan pohon yang telah ada ratusan tahun lamanya. Entah bagaimana mulanya pedang ditancapkan dan tidak dapat ditarik oleh pemiliknya sekalipun.
“Pohon delusi benar-benar ada, aku kira hanya dongeng orang-orang terdahulu,” kata Mina yang baru sempat mengunjungi taman, ia sibuk dengan pekerjaan di dunia, mengurus pajak bangunan dan koleksi mobil milik Sehun.
“Tapi kenapa sulit sekali mencabut pedang itu?” kata Minhyuk kebingungan, rupanya ia sudah mencoba hampir lebih dari lima kali menarik pedang yang tidak diketahui pemiliknya.
Otomatis Shin Hana melayangkan tatapan tajam, “Lee Minhyuk, kau tidak boleh sembarangan menarik pedangnya, seseorang bisa saja terluka.” kata Hana dengan suara marah yang tertahan.
“Mian, mian, aku janji tidak akan melakukannya lagi.” tukas Minhyuk tampak menyesali kecerobohannya, bahkan ia tidak tahu menahu kembali munculnya pohon yang diceritakan sudah lama mati. “Shin Gwajang, apa pedangnya milik Oh Sajang, kau pasti tahu sesuatu… ayolah beritahu aku,”
Mina berdecak menanggapi perilaku rekan kerjanya itu, ia juga memang penasaran tetapi tidak senekat Minhyuk yang berusaha menarik lepas pedang dari dahan pohon. “Kapan bunganya mekar?” tanyanya lebih ingin mengetahui seindah apa bunga delusi jika sudah mekar.
“Entahlah,” balas Hana singkat.
Mina semakin mendongakkan kepalanya, “Pasti akan terlihat sangat indah.” gumamnya menghirup udara seolah mencium wangi bunga.
Tak lama pandangannya melihat satu bunga bergerak, membuka tiap kelopaknya yang berwarna biru tua. “Lihat, lihat, bunganya mekar!” seru Mina menunjuk tinggi-tinggi, sehingga Hana dan Minhyuk mengikuti arah pandangnya.
“Di sana juga ada yang mekar!” Minhyuk melompat-lompat ke sisi lain pohon, tak sengaja netra berbinarnya melihat kedatangan Hyungwon. “Chae Hyungwon, cepat sini lihat bunganya mulai mekar! WOAH!” lanjutnya sembari bertepuk tangan takjub menyaksikan mekarnya bunga delusi.
Hyungwon memasang tampang lega sekaligus mendengus miris. “Oh Sajang di mana?” ia bertanya dengan pandangan melemah.
Begitulah Hana melihat kegusaran dalam diri Hyungwon. Ia tahu pohon delusi menyimpan banyak kenangan bagi laki-laki tersebut, dan pedang yang tertancap memang benar milik Oh Sehun.
≈ ≈ ≈
“Taehyung sudah pergi.” kata Sejeong pelan, berharap Sehun segera menjauh darinya.
“Lalu?” Sayangnya pria itu masih betah melingkarkan lengan kekar di sekeliling pinggangnya.
“Bukankah kau harus melepaskan tanganmu.” Sejeong merasa ada yang aneh pada dirinya, ketika Sehun berucap dalam hati bahwa kalau bisa ia ingin memeluk Sejeong lebih lama lagi. “Kapan kau menyiapkan ini semua?” tambahnya tidak lagi mempermasalahkan posisi nyaman Sehun, membiarkan pria itu bergerak leluasa membenarkan letak tangan di atas pangkuannya.
“Mudah saja,” ujar Sehun tatkala melonggarkan pelukannya, ia tidak mau membuat Sejeong merasa canggung dan meneruskan, “Kau menyukainya?”
“Eung, neomu jhoa (sangat suka).” jawab Sejeong, ada perasaan kecewa saat kedua lengan yang sesaat lalu bergelayut di sekitar pinggangnya, menghilang dari pandangannya.
Sehun sudah mengubah tidurnya menjadi terlentang, bergeser ke sisi lain kasur yang lalu menepuk permukaan kasur sambil berkata, “Kalau begitu tidurlah,” Sejeong menjadi panik sendiri, ia menoleh dan Sehun kembali menepuk-nepuk kasur. “Kita tidak seharusnya tidur terpisah, Taehyung bisa saja sedang mengintip.” tutur Sehun memelankan suara di akhir kalimat.
Krieet~ Suara pintu yang ditutup dari luar terdengar. Sejeong sontak mengangkat kakinya yang menggantung, menaruhnya di atas kasur, bergegas membaringkan tubuhnya di samping Sehun.
Sementara Taehyung yang baru saja menutup pintu kamar untuk kedua kalinya, berjalan menjauh sambil merutuki perbuatannya dengan mengetuk-ngetuk kepala menggunakan CD. Kenapa juga dia harus mengintip…
“Kim Taehyung.” geram Sejeong setelah menarik selimut sebatas dagunya.
“Mau berpegangan tangan?” Hampir saja Sejeong mengiyakan tawaran Sehun, mengingat seberapa dekat posisi mereka sekarang.
“Tidak perlu.” tolak Sejeong salah tingkah, berbalik memunggungi Sehun.
Sehun malah membahas kebiasaan Sejeong sebelum tidur. Ketika gadis itu merengek meminta tangan Sehun, agar ia dapat menyentuh ingatannya, yang lalu tertidur dengan memimpikan masa lalu Sehun.
“Benar tidak mau lihat wajah putra mahkota, hwagin (kata konfirmasi/penegasan), dia memang tidak begitu tampan. Kalau begitu, good night.” kata Sehun dengan seulas senyum terpatri di wajah kalemnya.
≈ ≈ ≈
Pagi-pagi sekali Jungahn sudah menyiapkan keperluan piknik dengan dibantu Taehyung. Sang kepala keluarga berada di teras, sedang memanaskan mobil. Sementara Sehun dan Sejeong terburu-buru menuruni tangga, mereka yang paling terlambat bangun.
“Dasar pengantin baru.” cibir Taehyung selagi mengemas makanan.
Semua persiapan selesai, mereka bergegas memasuki mobil. Melihat Sehun yang selalu menempeli Sejeong, laki-laki di tingkat akhir sekolah menengah atas itu kembali mencibir sembari kesulitan menenteng barang bawaan.
“YA, Hyung, setidaknya bawa satu kresek!” pekik Taehyung, ia berjalan terhuyung hampir kehilangan keseimbangan.
Sehun hanya berlalu, duduk begitu saja dalam mobil yang dikendarai Namgil.
≈ ≈ ≈
“Kau memintaku untuk menemanimu ke dunia, tumben sekali!?” ucap Minhyuk, memang ini kali pertama Hyungwon meminta bantuannya. “Apa aku tidak salah dengar…”
Hyungwon pun belum pernah mengunjungi dunia setelah ratusan tahun kematiannya. Hidup sebagai soul eternal di delusi, bekerja setulus hati di hotel demi mengurus jiwa-jiwa yang tersesat.
“Kalau tidak mau, ya sudah, aku pergi sendiri.” Hyungwon hendak memasuki cermin yang nantinya membawa ia ke dunia, sebelum Minhyuk menyahut bahwa dengan senang hati akan menemaninya.
≈ ≈ ≈
Pohon cherry yang berbaris rapih di bahu jalan tak luput dari pandangan setiap orang. Berjalan santai dengan langkah kaki seirama, tak ayal membuat Sejeong sesekali melirik Sehun yang tampak menikmati pemandangan bunga yang katanya akan mekar sempurna dua sampai tiga hari mendatang.
Meski begitu bukan hanya mereka yang datang lebih awal sebelum festival diadakan. Banyak pasangan lain memilih hari ini agar tidak perlu berdesakan dengan pengunjung lain, yang dipastikan akan membeludak.
“Eomma dan Appa terlihat seperti pasangan muda.” kata Sejeong melihat di depan sana orang tuanya berjalan sambil mengamit lengan, tampak bercakap-cakap dengan menyenangkan.
Sudah lama sejak terakhir kali ia melihat keharmonisan di antara orang tuanya. Namun detik selanjutnya seorang wanita telah menghalangi pandangannya dari memperhatikan Jungahn dan Namgil. Wanita itu mengenakan dress putih berbahan brukat selutut, dengan rambut bergelombang, di telinganya terselip dua bunga mawar berwarna merah jambu.
“Kim Yoohyun, sebenarnya kau berbicara dengan siapa?”
Di belakang wanita yang dipanggil Kim Yoohyun itu, terlihat laki-laki tengah mengikuti dengan langkah terseok, sepertinya ia kelelahan.
Sehun juga melihat ke arah kedatangan mereka, merasa ada yang aneh dari sosok wanita yang asyik berbicara sendiri. Ia yakin kalau wanita itu bukanlah soul atau mahkluk lain yang bukan manusia seutuhnya.
“Apa dia juga bisa melihat hantu?” tanya Sejeong saat jaraknya semakin dekat, dan tanpa diduga tubuhnya tak sengaja ditabrak karena Yoohyun tidak memperhatikan jalan.
Cepat-cepat Yoohyun menunduk, “Jweosonghamnida.”
Sehun merangkul, menarik Sejeong agar mendekat padanya. “Kalau jalan hati-hati.” ujarnya memperingati.
Yoohyun kembali mengucapkan permintaan maafnya. Setelahnya ia berlalu sambil menoleh ke bahunya, menyalahkan makhluk tak kasat mata yang telah membuatnya tak fokus.
Laki-laki yang masih setia mengikuti Yoohyun pun ikut menunduk kecil. Sejeong membalas dengan senyum simpul, tetapi tidak dengan Sehun yang berdecak tak suka.
“Kau tidak apa-apa, kan?” Sehun memeriksa kondisi Sejeong, membalikkan badan Sejeong dan mengeluhkan bahwa Sejeong bisa saja tertindas kalau membiarkan hal sepele semacam ini terus terjadi.
“Berlebihan sekali, berikan tanganmu.” kata Sejeong menengadahkan tangan, “Ayo kita berjalan sambil bergandengan tangan.” ajaknya tak perlu menunggu lama karena seperkian detik kemudian Sehun sudah menggenggam tangannya.
“Kau masih belum melihat putra mahkota,” Sehun tahu betul mengenai ajakan Sejeong yang ingin berpegangan tangan hanya untuk melihat masa lalunya.
“Emm, kenapa sulit sekali bagimu untuk memberikan pita rambut pada Jiyeon. Dan sekarang kalian akan jarang bertemu…”
Empat meter di belakang Sehun dan Sejeong. Taehyung menghentakkan kaki tak tahan lagi. Memangnya ini acara double date atau apa?
“MINGGIR!” sungutnya memutuskan tautan tangan Sehun dan Sejeong, berlari menghampiri pasangan lainnya, “Imo, Samcheon, aku pulang saja!” keluhnya.
“Dasar pengganggu,” desis Sehun berhenti merutuki perbuatan Taehyung, saat tangannya kembali digenggam oleh Sejeong yang mengaku baru saja melihat wajah putra mahkota.
Putra mahkota, aku mengenal wajahnya. Sejeong mulai membatin selagi Sehun mengayun-ayunkan lengannya, meminta diberitahu bagaimana menurutnya wajah sang putra mahkota yang sangat ingin dilihatnya.
≈ ≈ ≈
“Seja Jeoha (Yang Mulia Putra Mahkota),” kata Hyungwon dengan suara bergetar, sesaat lalu ia merasa dunia sangat asing, berbeda dari Hanyang yang dulu ditinggalinya.
Hyungwon memutar arah, mengikuti laki-laki yang sangat mirip dengan putra mahkota yang pernah dilayaninya. Alasan ia datang ke dunia adalah untuk menemui Sehun, takut kalau-kalau sahabatnya itu terlalu menyukai peran sebagai suami Kim Sejeong dan mengurungkan niat untuk pergi bersamaan dengan menghilangnya pohon delusi yang sudah memekarkan sebagian bunganya.
Hyungwon mempercepat langkahnya. Dipertemukan kembali dengan sosok putra mahkota membuatnya lupa akan tujuannya datang ke dunia.
“Apa lagi yang ingin kau ketahui, aku akan mengenalkan Seoul padamu!” seru Minhyuk menoleh dengan girangnya, namun tak didapatinya sosok Hyungwon yang sedari tadi berjalan di sebelahnya. “Hyungwon, Chae Hyungwon, ke mana dia?”
≈ ≈ ≈
THANKS FOR READING
BGM – MONSTA X ‘Find You’
SEE YOU TOMORROW
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro