Ep.17 - Mekar
‘Hati yang berbunga menandakan rasa suka.’
HOTEL DELUSION
Kamis, 30-04-2020
BUDAYAKAN VOTE DAN COMMENT!
# Good Reader #
.
.
.
_ Cameo _
V (BTS)
Hanyang, Joseon, April 1396
Kerumunan rakyat jelata yang menyesaki hampir setiap sudut pasar yang cukup terik pagi hari ini, tepat di pertengahan musim semi, tidak akan pernah menyadari perasaan sedih yang tersembunyi dari ke tiga sosok yang kini tengah berjalan di antara mereka.
Hyungwon paling bisa menutupi kesedihannya akan perpisahan yang tinggal menghitung hari. Mata pria itu menelusuri hampir setiap dagangan yang dijajakan, mencoba mengalihkan pikiran dari kata ‘sulit bertemu’.
“Setelah menjadi pengawal aku akan jarang ke pasar, jadi Jiyeon-ah… bantu aku membeli semuanya, masing-masing satu!” seru Hyungwon, yang berjalan di depan Sehun dan Jiyeon dengan penuh antusias.
“Kalau begitu kau juga harus membelikanku sesuatu ya,” sahut Jiyeon bergegas mendekati penjual aksesoris yang dapat mempercantik penampilan wanita, ia menunjuk satu dari deretan pita rambut. “Aku mau ini!”
Ketika berbalik Jiyeon hanya menemukan Sehun, “Di mana Hyungwon?” tanyanya celingak-celinguk mencari pria jangkung di antara kerumunan, tak lama ia mencebikkan bibir setelah mendengar di depan sana Hyungwon sedang menawar harga sepasang sepatu.
“Chae Hyungwon! Dasar pelit!” gerutu Jiyeon mengalihkan pandangan penuh harap pada Sehun. “Kau mau membelikannya untukku,” Belum sempat Sehun menjawab, ia menambahkan, “Ahh… sudahlah lupakan.”
Setelah mengatakan itu Jiyeon berlari menerobos kerumunan, berseru bahwa ia pandai menawar dan akan membantu Hyungwon mendapatkan harga termurah. Sementara itu Sehun menatap pita rambut berwarna merah muda, berhias sulaman bunga mae (bunga sejenis sakura).
≈ ≈ ≈
“Sepertinya aku pernah melihat wajah Jiyeon,” kata Sejeong menggerakkan kepala mencoba mengingat seulas wajah ceria yang dilihatnya dalam ingatan Sehun, tengah berbincang dengan penjual sepatu selagi ia berhasil menembus cermin.
Di belakangnya Sehun mengikuti sambil pandangan tak luput dari tautan tangannya dengan Sejeong. Secara bersamaan mereka mengalihkan perhatian ke luar pintu kamar yang tertutup rapat. Jelas terdengar suara langkah kaki yang mendekat, dalam seperkian detik saja pintu sudah terbuka lebar.
“Ini dia kamar baruku!”
Setengah tubuh Sehun masih tertahan dalam cermin. Kim Taehyung, pria yang baru saja membuka pintu menatapnya tercengang, “Te, tembus… kalian kenapa keluar dari sana?”
Cepat-cepat Sejeong menarik tubuh Sehun keluar sepenuhnya dari cermin. “Tae, Taehyung-ah kenapa kau ke kamarku,” ujarnya tergagap kemudian melirik dengan maksud mempertanyakan apa yang sekarang harus mereka lakukan pada Taehyung.
Sehun melangkah lebar-lebar sehingga tautan tangannya dengan Sejeong terlepas. Seketika itu juga ingatan yang dilihat Sejeong terrhenti, bola matanya bergulir mengikuti pergerakan Sehun, yang kini telah menghentikan langkahnya tepat di hadapan Taehyung.
“Jadi kau yang namanya Kim Taehyung.” kata Sehun mengusak pucuk rambut laki-laki berseragam sekolah yang memicingkan mata, merasa terganggu dengan perlakuan yang ia dapat dari Sehun.
Taehyung pun segera menyingkirkan tangan Sehun. “Apa yang Hyung ini lakukan, membuat rambutku berantakan saja!” serunya melihat bergantian pasangan yang tampaknya sedang menghabiskan waktu bersama di kamar tersebut.
“Kenapa kau kemari Taehyung-ah?” Sejeong mengulang pertanyaannya dengan tersenyum kikuk.
“Aku datang untuk memberitahu kalau makan malam sudah siap.” Taehyung urung masuk lebih dalam ke kamar, melengos begitu saja sambil bergumam, “Imo bercandanya keterlaluan, masa aku disuruh menempati kamar yang dihuni sepasang suami istri.”
Sejeong menghembuskan napas, merasa lega karena Taehyung tidak mencurigainya lebih lanjut. “Apa yang kau lakukan pada Taehyung?” tanyanya berjalan menghampiri Sehun.
“Kau dekat dengan Taehyung?” Sehun balik bertanya yang lalu keluar kamar, berpikir dirinya beruntung karena datang tepat waktu di jam makan malam.
Sejeong sudah berada di sebelah Sehun. Ia menjawab dengan semangat, “Tentu saja, sewaktu kecil dia sangat imut, menggemaskan namun agak cengeng, kami sangat dekat sampai pernah mandi bersama…”
“Jangan terlalu dekat dengannya!” potong Sehun.
“Kenapa? Dia, kan, sepupuku.”
“Pokoknya jangan!”
≈ ≈ ≈
Acara makan malam keluarga berlangsung menyenangkan, terlebih ada Taehyung yang meramaikan. Tidak ada sedetik pun keheningan yang menjeda obrolan. Sampai lampu ruangan dimatikan dan orang-orang pergi ke kamar masing-masing untuk istirahat.
“Sepertinya Taehyung kecewa karena harus tidur di kamar tamu, kalau memang dia ingin pindah gunakan saja kamar itu jangan ambil kamarku.” komentar Sejeong tengah melihat pantulan dirinya di cermin setelah melakukan perawatan malam pada wajahnya di depan meja rias.
Sehun duduk berselonjor kaki di kasur sambil menempelkan punggung pada sandarannya. “Makanmu sangat lahap tadi.” celetuk Sehun melirik rak di sebelah ranjang, memikirkan apa sekarang waktu yang tepat untuk menunjukkannya, mungkin dengan begitu ia bisa melihat senyum Sejeong melebar seketika.
Kini Sejeong sibuk menyisir rambut seraya mengutarakan betapa sukanya ia dengan masakan sang ibu sehingga meningkatkan selera, makanya bisa sangat lahap. Dan lagi besok ia bersama keluarganya akan berjalan-jalan di sepanjang jalan Yeouido, menikmati indahnya bunga cherry blossom.
“Oh Sehun-sshi, kau yang merencanakan ini semua, kan.” tebak Sejeong melanjutkan dengan menggebu-gebu, “Hebat sekali! Biasanya Appa akan sibuk dengan urusan kejaksaan dan Eomma lebih memilih melakukan kegiatan sosial, aku tidak sabar menunggu besok.”
Tak kunjung mendapat respon, Sejeong bertanya, “Sehun-sshi kau sudah tidur?”
Kedua mata Sehun menatap Sejeong dengan pandangan berbinar. Tatapannya mengikuti gerakan tangan Sejeong yang menyisir rambut dengan perlahan.
“Yeoppo, neomu yeoppo (Cantik, sangat cantik).”
“Kau bilang apa?” Sejeong menoleh mendapati laki-laki di atas kasur yang tampak terkesima.
“Aku tidak bilang apa-apa!” balas Sehun buru-buru merosot, mengubah posisi duduknya menjadi berbaring demi menghindari pandangan Sejeong.
Sejeong terkekeh, menyadari kalau yang barusan ia dengar adalah suara hati Oh Sehun. “Karena hari ini aku sangat cantik, eh, maksudku sangat senang sebagai imbalannya kau boleh tidur di kasurku. Aku bisa tidur di bawah.”
≈ ≈ ≈
Selimut tebal sudah tergelar di lantai, tepat di sebelah ranjang. Selama itu pula Sejeong terus bersenandung riang, menggumamkan apa benar ia sangat cantik. Bukankah seharusnya Sehun segera mengungkapkan perasaannya, tidak, tidak, bahkan ia menjadi bingung dengan jawaban yang akan diberikan.
Menolak atau menerimanya? Sejeong tidak yakin dan segera menghenyakan pikirannya seraya meraih bantal, meletakannya kemudian bersiap untuk tidur.
“Sejeong Noona, boleh aku pinjam…” Taehyung melongok ke dalam kamar setelah membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dulu, Sejeong terperanjat, “Noona kau tidur di lantai?”
“Bantal, bantalku terjatuh!” Sejeong berkelit, ia segera duduk di tepian ranjang.
“Selimutnya juga jatuh?” tanya Taehyung dibalas anggukan cepat Sejeong yang sontak mengambil selimut dan meletakannya di ujung ranjang.
Sejeong berusaha bersikap biasa, meski agak canggung. “Kenapa tidak ketuk pintu dulu?”
“Aku lupa kalau kau sudah menikah, mian (maaf).”
Di tempatnya Sehun bergerak tak nyaman, membenarkan posisi tidurnya. Taehyung merasa bersalah telah mengganggu tidur Sehun.
“Tadi apa yang ingin kau pinjam?” Sejeong memelankan suaranya.
“CD albummu, aku merindukan suara SuA Noona.”
“MWO?!” Tahu suaranya meninggi, Sejeong pun menekap mulut. “Kau mengenal SuA?”
“Penari utama di Delight, cepat ambilkan, aku tidak mau membuat suamimu terbangun.” Taehyung tak habis pikir, sempat-sempatnya Sejeong meremehkan ingatannya, meski waktu debut Delight ia masih duduk di sekolah menengah pertama karena berkesan dan ada Sejeong di dalam grup tersebut. “Tentu saja aku mengingatnya, kau sangat bersinar di atas panggung.”
“HEOL, DAEBAK!” Kali ini Sejeong tidak repot-repot mengecilkan suara.
“Biar aku ambil sendiri saja.” Taehyung berjalan pelan menuju rak setelah mengomentari reaksi Sejeong yang menurutnya aneh.
Sementara Sehun menarik kedua sudut bibirnya, sedang matanya masih terpejam.
“Woah, sejak kapan semua ini ada di sini?!” seru Sejeong mengekor di belakang Taehyung.
“Wae irae (Kau ini kenapa), membuatku takut saja.” tukas Taehyung rasanya ingin pergi secepatnya setelah mendapatkan CD yang ia pinjam.
Rak yang seingat Sejeong diisi penuh oleh buku-buku tebal mengenai hukum serta berkas-berkas kasus yang ditanganinya, tampak lebih menarik dengan lighstick, jajaran foto grup, CD album dan bahkan trofi.
Sejeong tertawa kecil, mengambil trofi dan berkata, “Apa Delight pernah memenangkan penghargaan,” ia mendudukan dirinya di tepian kasur, di mana di belakangnya Sehun tetap mempertahankan mata terpejamnya.
“Sehun-sshi,” Sejeong melihat kening Taehyung berkerut, “Yeobo, Yeobo, kau belum melihat trofi kemenangan Delight, kan.” ralatnya tak mau menunjukan sikap formal antara suami istri, bisa-bisa Taehyung mengadu pada orangtuanya.
Sekarang waktunya untuk Sehun terbangun. Pria itu melenguh tatkala menggeliat, berpura merasa terganggu. Entah apa yang dipikirkannya, sehingga dengan sekali gerakan memiringkan tubuhnya menghadap punggung yang tengah membelakanginya seraya melingkarkan tangan di sekitar pinggang Sejeong.
Seketika itu mata Sejeong berhenti mengamati trofi. Perasaan mendebarkan baru saja menggelitik hati, jantungnya pun tiba-tiba berdetak lebih cepat.
“Auwhh, romantisnya nanti saja setelah aku pergi, annyeongi jumuseyo!” Taehyung memicu langkah cepatnya, menutup pintu dengan suara cukup keras akibat terlalu tergesa-gesa.
Di lain tempat, di taman yang berada di Hotel Delusion. Hana, Mina dan Minhyuk memperhatikan perubahan pada beberapa bunga kuncup yang mulai mekar. Mereka heboh sendiri mengetahui bunga delusi yang tampak semakin indah ketika kelopak bunganya melebar sempurna.
≈ ≈ ≈
THANKS FOR READING
BGM – Kim Kook Heon & Song Yu Vin ‘Blurry’
Jadi ceritanya aku sempetin update di akhir bulan april, semoga kalian betah ya di Hotel Delusion ^^
Alesta Cho.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro