Ep.1 - Gerhana Matahari
BGM - Yoon Mirae X PUNCH ‘How Are You’ OST Part.1
‘Cahaya meredup, kegelapan tiba dan secercah harapan tampak berkelip.’
HOTEL DELUSION
Rabu, 29-01-2020
Support Cast
_ Yoo Kihyun, Main vocalist Monstar EX_
SUARA HISTERIS dari sekumpulan orang yang mengaku diri mereka adalah fans berat dari boyband populerᅳMonstar EX, menggema di Gocheok Sky Dome, Seoul, Korea Selatan. Kim Sejeong berada di antaranya, terdiam dan mematung ketika indera pendengarnya lebih terfokus pada ucapan salah satu anggota yang menempati posisi sebagai main vocal di grup.
“Menikah? Bagiku itu masih terlalu dini di saat ada Monbaby (Sebutan penggemar Monstar EX) bersamaku…,”
Ke tujuh anggota Monstar EX bergantian menjawab pertanyaan pembawa acara. Namun yang masih menyita perhatian Sejeong adalah jawaban Yoo Kihyun, mengenai sebuah hubungan. Sepertinya laki-laki itu enggan memberitahu bahwa jauh sebelum menjadi trainee di agensi hiburan, mereka telah bertunangan.
Menjalani pelatihan menjadi idol bersama, hingga terlibat kontrak kerja tak masuk akal mengenai debut mereka. Sayangnya Sejeong tidak berhasil meraih impiannya menjadi penyanyi, setidaknya salah satu di antara mereka berhasil mewujudkan impian tersebut.
“Apa aku bilang, Kihyun Oppa tidak punya pacar apalagi tunangan.”
“Itu rumor tak berdasar.”
Obrolan dua wanita di sekitar semakin meyakinkan Sejeong akan perbedaannya bersama Kihyun yang seorang idol. Sampai kapan dia bisa menutupi status hubungan yang tetap berjalan di tempat, bahkan orangtuanya telah dikecewakan oleh sikap Kihyun yang terus mengundur konferensi pers dalam rangka mengumumkan Sejeong sebagai calon istrinya. Mana mungkin, disaat karir Kihyun tengah menanjak pesat.
“Pokoknya aku tidak rela Kihyun Oppa menikah dengan wanita lain selain aku!” Sejeong berjengit di tempatnya, menoleh takut-takut ke arah penonton yang sudah dipastikan penggemar berat Yoo Kihyun.
“Kalau aku sih setuju saja, asalkan Oppa bahagia.” sahut yang lainnya, rasa takut itu berangsur menghilang.
Sejeong tahu betul apa yang akan terjadi padanya setelah berita hubungan percintaan dia dan Kihyun terkuak. Netizen akan mencaritahu semua tentangnya, dia harus bersiap dengan komentar hingga nyinyiran, berpikir akan sulit mendapatkan restu dari penggemar. Belum lagi menghadapi sasaeng fans yang kerap kali berulah. Satu skandal saja sudah bisa menjatuhkan pamor si penyanyi.
“Kim Sejeong, apa yang kau pikirkan!” rutuk Sejeong mengenyahkan pikiran negatif yang membuatnya bergidik ngeri, jangan sampai dia menjadi target sasaeng fans.
Sesi bincang-bincang dengan ke tujuh anggota Monstar EX telah selesai bersamaan dengan vanue yang menjadi gelap. Denting piano mengalun, lagu berikutnya mendapat respon luar biasa dari penonton. Konser berjalan meriah dan sukses, tetapi mengapa hati Sejeong tidak sesenang seperti biasanya saat menyaksikan penampilan tunangannya itu.
≈ ≈ ≈
Seorang laki-laki bertubuh tinggi, sekitar 183 cm, tengah berdiri menatap stadion yang mampu menampung lebih dari 25.000 orang. Sebenarnya jika mau, ia bisa masuk tanpa tiket, menyaksikan aksi panggung boy group yang tengah digandrungi semua kalangan terutama remaja.
Di sebelahnya, sosok wanita imut namun terkesan dewasa mencak-mencak tak jelas seraya berusaha menutupi wajah. Rupanya dia agak malu menemani laki-laki jangkung yang berpakaian ‘norak’, menurutnya … sangat mencolok.
“Oh Sajang (Pemilik usaha), haruskah kita menunggu sampai konsernya selesai?”
Sang atasan tampak menimbang-nimbang sebelum akhirnya menanggapi, “Tidak juga, sebaiknya kita kembali ke hotel dan menjemputnya besok siang, tepat ketika gerhana matahari terjadi.” jelas Oh Sajang yang memiliki nama lengkap, Oh Sehun.
Dia hanya sekedar memastikan apa wanita yang akan dijemputnya baik-baik saja hari ini.
“Yes! Setelah itu aku tidak perlu mengawasinya lagi!” seru wanita berpipi agak tembem mengalihkan pandangan dari stadion.
“Kim Yuna, aku tidak mau kau melakukan kesalahan seperti kemarin, dia nyaris terluka akibat ulahmu, INGAT ITU!” Sehun meninggikan suara di akhir kalimat.
“Nde (Ya),” balas Yuna hanya bisa patuh.
Jubah yang panjangnya melebihi lutut, bercorak bunga di masing-masing kerah, sementara di sisi lain terdapat gambar karakter populer Donald Duck dan seekor ikan yang tidak diketahui jenisnya dikibaskan bersamaan dengan kaki yang melangkah. Sehun sama sekali tidak memperdulikan desain jubah berwarna biru tua yang sempat membuat Yuna malu. Dia dengan tingkat kepercayaan diri tinggi, melenggang bersama pejalan kaki lain di trotoar yang tak cukup ramai.
≈ ≈ ≈
Wajar jika Sejeong merasa lelah. Menghela napas panjang, sesekali ingatannya berkelana ke masa-masa kuliah. Terlebih lagi ia sedang berjalan gontai menyusuri jalanan yang tiga tahun lalu sering dilewatinya bersama Kihyun. Kedekatan yang dulu telah kandas, tergantikan dengan kesendirian, menahan kesakitan akan ketidakpastian.
Kepulangan Sejeong disambut serentetan pertanyaan seputar kelanjutan hubungannya dengan Kihyun.
“Eomma, Appa (Ibu, Ayah), aku ingin membatalkan pertunangan,” ujar Sejeong yang lalu menunduk dalam, siap menerima omelan orangtuanya.
Wanita paruh baya, berambut agak ikal tampak mendenguskan tawanya, “Pantas saja aku tidak menemukan satu artikel pun mengenaimu.” ia berharap dapat membaca pemberitaan sang anak yang telah bertunangan dengan idol seterkenal Yoo Kihyun.
Membuang jauh-jauh pendapat netizen, berharap mereka, terutama penggemar Monstar EX, menerima keputusan yang sangat mengejutkan di tengah berlangsungnya konser.
“Sudah Appa bilang, harusnya kau melarang dia menjadi penyanyi, membatalkan pertunangan … bikin malu keluarga saja!”
Mungkinkah semuanya akan berbeda, jika dulu Sejeong tidak menandatangi kontrak bersama Dream Space Entertainment. Dia juga tidak harus hidup bersembunyi sebagai tunangan seorang idol. Muncul perasaan takut akan serbuan penggemar, dicaci, dihina, digunjingkan dan atau melemparinya dengan telur.
“Aku tidak bisa menikah dengannya,” ucap Sejeong melangkah dengan letih menuju kamarnya, mengabaikan celotehan sang ayah yang masih menuntut keputusannya.
“Yeobo (Panggilan sayang suami istri), sudahlah biarkan Sejeong istirahat dulu.”
≈ ≈ ≈
Sesampainya di kamar, Sejeong merebahkan tubuh di kasur yang tampak berantakan. Mendadak ia terduduk ketika tak sengaja pandangannya menangkap sekelebat bayangan dalam cermin.
“Aku berhalusinasi lagi,” kata Sejeong.
Cermin setinggi satu setengah meter, terletak di salah satu sudut ruangan, hanya memperlihatkan pantulan dirinya yang jelas tampak kacau.
“Sudah tiga tahun dan aku masih merasa terjebak dalam cermin, apa benar kontraknya tidak bisa dibatalkan?” seseorang baru saja lewat dari pandangannya, Sejeong mulai gelisah, bola matanya bergulir ke sekeliling kamar.
Ia selalu merasa ada orang yang mengawasinya, selama tiga tahun terakhir setelah pemutusan kontrak sepihak dengan agensi bernama Dream Space. Buru-buru Sejeong menarik selimut, menutupi hampir seluruh tubuhnya. Secepat mungkin, ia ingin terlelap, melupakan segala kemelut dalam otak kecil yang dipenuhi pemikiran-pemikiran tidak masuk akal mengenai gedung berbeda di tempat yang sama, yang pernah dikunjunginya.
Saat itu, Sejeong tidak mengetahui ada sebuah tangan dari cermin menjulur keluar.
≈ ≈ ≈
Gerhana matahari cincin terjadi ketika matahari, bulan dan bumi tepat segaris. Saat itu, piringan bulan yang teramati dari bumi lebih kecil dibandingkan piringan matahari. Ketika terjadi puncak gerhana, matahari akan tampak seperti cincin, yakni gelap di bagian tengah dan terang di bagian pinggirnya. Sehun sudah sering melihat fenomena alam tersebut, namun tidak pernah seantusias sekarang.
Langkah ringannya menghasilkan suara ketukan sepatu pada lantai, di sepanjang lorong kamar yang tampaknya telah terisi penuh. Pelayan berlalu lalang, segera menunduk sopan ketika sang atasan lewat dengan penuh karisma.
“Pengantin delusi sudah datang, dia seorang manusia.”
“Benarkah, kalau begitu dia adalah...”
“Oh Sajang, kau sudah datang.” sela Shin Hana, selaku kepala pelayanan yang telah bekerja 500 tahun.
“Apa kau mengajari mereka cara bergunjing, sehingga telingaku tidak berhenti mendengar ocehan mereka.” Dengan senyum yang terulas sempurna, Sehun mengibaskan tangan sebagai isyarat agar para pelayan pergi, suasana hatinya sedang baik jadi dia tidak perlu marah.
“Jweoseonghamnida (Saya mohon maaf),” ucap Hana formal, tidak lupa sedikit menundukan kepala, “Gerhana matahari akan segera menghilang, mungkin sebentar lagi dia juga terbangun.” Ia menambahkan seraya meraih knop pintu, mempersilahkan Sehun untuk masuk ke kamar.
≈ ≈ ≈
“Sebuah keajaiban melihatmu menari lagi setelah kontrak kerja kita berakhir.”
Suara renyah seseorang membuat Sejeong menghentikan tariannya, sontak pandangannya tertuju pada pantulan wanita di cermin besar yang berada di ruang latihan.
“Park Kahi Daepyo-nim (Wakil Direktur)?!”
“Rupanya kau masih mengingatku, lalu apa kau ingat impianmu?” Sejeong menggeleng tampak meragu, “Sudah tiga tahun lamanya kau hidup tanpa impian, karena kau melanggar kontrak, maka sesuai perjanjian aku akan mengambil sesuatu yang paling berharga bagimu.” terang Kahi berjalan mengitari sosok Sejeong.
“Apa mungkin sesuatu yang berharga itu adalah impianku … Jadi kau merenggut impianku, begitu.” ujar Sejeong menautkan alis, ia kira perjanjian itu sudah tidak berlaku setelah pemutusan kontrak sepihaknya.
Gedung Dream Space Entertainment tidak dapat ditemukan di mana pun. Sejeong menyerah untuk menanyakan apa yang telah diambil dari dirinya dan ternyata itu adalah impiannya.
Selama ini Sejeong hidup baik-baik saja, menyerah untuk menjadi seorang idol, dengan mantap ia berhenti menjadi seorang trainee, mengikuti keinginan sang ayah agar lulus dari jurusan hukum dan kelak menjadi pengacara handal. Memberikan dukungan penuh pada Kihyun yang waktu itu berhasil lolos dalam evaluasi debut.
“Jika kau ingin impianmu kembali, ikutlah denganku,” tawar Kahi mengulurkan tangan.
Mendadak suara-suara aneh memenuhi indera pendengarannya, Sejeong merasa akan menyesal ketika ia memilih mengabaikan uluran tangan itu. Berselang beberapa detik saja, tangannya tergerak, tubuhnya ditarik masuk ke dalam cermin yang dulu pernah ia masuki.
Ruang lain dalam dunia berbeda, dihuni oleh manusia yang jiwanya telah terperangkap, Dream Space.
≈ ≈ ≈
“ANDWAE (TIDAK)!”
Napas Sejeong naik turun tak beraturan, matanya mengerjap memastikan di mana ia sekarang. “Syukurlah semua hanya mimpi,” ujar Sejeong sedikitnya merasa lega.
“Kau bangun lebih awal dari pudarnya gerhana matahari.”
Dengan cepat Sejeong mengedarkan pandangannya, ia terperanjat sehingga mendadak duduk, “Siapa kau? Kenapa ada di kamarku?” tanya Sejeong kebingungan, mendapati laki-laki asing berada di kamar yang sama dengannya.
“Ini bukan kamarmu, tapi kamarku.” balas Sehun menempelkan punggung ke sandaran sofa, membenarkan posisi duduknya seraya menyilangkan kaki.
“M, mmwo (A, Aapa)!?” kaget Sejeong bertepatan dengan ia yang menyadari tempat mewah dengan interior elegan itu bukanlah kamarnya, sekali lagi ia memastikan kalau tempat tidur yang sedang didudukinya bukanlah miliknya. “Katakan siapa kau?! Dan kenapa aku berada di sini?!”
“Kau pengantinku, kita akan segera menikah.”
“MENIKAH!? MALDO ANDWAE (Sungguh tidak dapat dipercaya)!”
≈ ≈ ≈
THANKS FOR READING
Cerita selengkapnya mengenai masa trainee Sejeong, bisa baca di work ‘PENTA FANTASY VOL.4 DREAM SPACE’
Note:
Keterkaitan Hotel Delusion dan Dream Space akan diceritakan secara berkala.
~
Kosa Kata
Sasaeng fans: Penggemar yang sangat obsesif yang terlibat dalam pengutilan atau perilaku lain yang merupakan pelanggaran privasi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro